Loading...
Logo TinLit
Read Story - Main Character
MENU
About Us  

Leo berjalan ke arah jalanan yang sebelumnya dilewati bersama Kinanti di belakangnya. Mereka menatap ke setiap penjuru arah dengan senter dari handphone masing-masing untuk menyinari yang gelap. "Mireya!" panggil Kinanti dengan sedikit berteriak.

Sepenting itu kah gelang yang hilang, Mire? Sampai kamu harus mencarinya. Leo tidak berpikir bahwa gelang yang hilang adalah pemberinya. Leo hanya mengkhawatirkan Mireya dan harus segera menemukannya sebelum tengah malam. Mireya pasti ketakutan dan kedinginan.

"Mireya, kamu di mana sih?!" Wajah cemas Kinanti sudah tak tertolong.

"Mireya Putri!" panggil Leo dengan nada suara sedikit tinggi.

Pos satu dan pos dua telah mereka lalui namun Mireya belum juga ditemukan. Hingga saat Leo menoleh ke arah tanah sejenak, ia lihat sebuah gelang dengan liontin kupu-kupu biru. Leo mengambilnya, menatapnya lama, merasa mengenal gelang itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Kinanti yang bingung melihat Leo yang berhenti.

Leo memperlihatkan gelang itu pada Kinanti. "Gelang Mireya, bukan?" tanya Leo yang ingin memastikan bahwa ia tidak salah.

"Iya, aku pernah melihatnya beberapa kali."

Leo masukkan gelang itu ke dalam saku jaket, lalu mereka berdua kembali berjalan.

Mireya terus berjalan mencari jalan menuju tempat camping dengan wajah semakin takut dan panik. Tiba-tiba Mireya tersandung sebuah kayu berukuran sedang yang tidak ia lihat. Jatuh terduduk dengan salah satu kaki terasa sakit, bagian pergelangan dan kedua telapak tangannya terdapat goresan luka.

Mireya merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya masuk ke dalam hutan, bahkan jatuh seperti itu. Saat hendak berdiri, Mireya kembali duduk karena tak tahan dengan rasa sakit pada pergelangan kakinya. Mireya pun memutuskan diam di sana.

"Mama ... Mireya takut," gumam Mireya sembari menatap bulan yang bersinar dengan terangnya.

Beberapa orang terlihat mencari Mireya termasuk guru-guru yang khawatir terjadi sesuatu pada murid tersayangnya itu.

Di sisi lain, Leo dan Kinanti memutuskan masuk ke dalam hutan karena berpikiran mungkin Mireya salah jalan. "Mireya!" panggil Leo untuk kesekian kali. Bulan pun menjadi saksi betapa berusahanya Leo mencari Mireya.

"Gimana kalau sampai nanti kita gak juga menemukannya?" tanya Kinanti dengan mulai kehilangan harapan.

"Kita gak boleh nyerah! Aku yakin Mireya akan segera ditemukan."

Mireya menyentuh layar handphone yang tidak bisa digunakan untuk menelepon karena tidak ada sinyal. Rasanya kayak syuting film...

Tiba-tiba terdengar patahan ranting, dan suara itu berhasil membuat Mireya diselimuti rasa takut yang kian nyata. Bukan hanya takut tiba-tiba hantu muncul, tapi di dunia ini cukup banyak orang jahat. "Mama ...."

Mata Mireya sudah berkaca-kaca saking takutnya. Berharap jika ada seseorang yang berhasil menemukannya segera. "Mireya!" Wajah Mireya seketika berubah, seperti menemukan cahaya di tengah kegelapan.

"Aku di sini!" teriak Mireya, bahkan mengarahkan senter dari handphone ke setiap arah.

Leo dan Kinanti saling melempar pandang saat mendengar jawaban dari suatu arah. Leo mempercepat langkah kaki hingga melihat sebuah cahaya.

"Mireya!" ujar Kinanti dengan hati yang mulai terasa lega.

Langsung berjongkok di hadapan Mireya yang memeluk Kinanti. Air matanya jatuh membasahi pipi, saking leganya bahwa akhirnya berhasil ditemukan dan yang menemukan adalah Kinanti dan Leo.

Kinanti lepas pelukan Mireya, menghapus air mata itu. "Kamu gakpapa kan?" tanya Kinanti.

"Tadi aku sempat terjatuh dan sepertinya salah satu pergelangan kaki terkilir. Aku bahkan gak sanggup berdiri saking sakitnya," jelas Mireya.

Leo yang sebelumnya berdiri sedikit jauh, menghampiri. Tanpa meminta izin, atau bertanya, Leo langsung mengangkat tubuh Mireya yang terkejut. Spontan langsung mengalungkan kedua tangan pada leher Leo.

Kinanti yang melihat itu senyum-senyum seperti orang gila. Pada kenyataannya Kinanti suka banget shipperin Mireya dan Leo. Ya, diam-diam jadi kapten utama dari kapal Leo-Mireya yang mulai ia layarkan sejak hari Leo menggendong Mireya saat Mireya pingsan itu.

Mireya memilih menatap ke arah lain karena tidak sanggup menatap Leo yang jarak wajahnya sedekat itu dengannya. Jantungnya sungguh di luar batas normal. Di pertengahan jalan mereka bertemu dengan orang-orang yang mencari Mireya.

"Mireya terluka?" tanya Bu Laras-guru biologi.

"Salah satu kakinya terkilir," jelas Leo.

"Kalau gitu segera bawa ke tempat guru! Biar diobati."

"Baik, Bu."

Alih-alih lega Mireya sudah ditemukan murid-murid perempuan itu menatap iri Mireya yang bisa digendong Leo. Bahkan ada yang mulai curiga mengenai hubungan keduanya karena itu bukan kali pertama Leo dan Mireya terlihat sedekat itu. Bahkan saat Mireya pingsan Leo yang menggendongnya juga. Bukankah mencurigakan?

Willy, Andrea dan Audry yang tengah mengobrol di depan tenda Audry sembari berdiri, menoleh ke arah Leo yang menggendong Mireya. "Syukurlah sudah ditemukan," ucap Willy dengan wajah lega.

Audry memang lega bahwa Mireya ditemukan, namun ia juga tidak suka dengan Leo yang menggendongnya. Kenapa tidak orang lain saja yang menggendong? Seperti itulah yang ada dalam kepala Audry tanpa tahu situasi dan kondisinya.

Leo mendudukkan dengan perlahan Mireya di atas karpet dengan beberapa guru yang ada di sana. Lalu, datang guru lainnya yang sebelumnya mencari Mireya. Seorang dokter perempuan yang bertugas di UKS itu memeriksa kaki Mireya. Bahkan sampai memberikan pereda nyeri namun Mireya masih merasa kesakitan, bukan hanya itu terdapat memar, dan bengkak. Dokter pun menyarakan untuk Mireya segera dibawa ke Rumah Sakit.

"Apa separah itu, dok?" tanya Mireya dengan wajah khawatir.

"Kita bisa tahu setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut," jawab dokter itu.

Manik mata Mireya bertemu dengan manik mata Leo. Dapat Leo lihat bahwa Mireya sedang khawatir, takut jika lukanya seburuk itu. Leo pun berpikir, apa yang bisa ia lakukan untuk mengurangi sedikit rasa khawatir itu. Leo pun teringat akan gelang kupu-kupu.

Leo yang semula berdiri di dekat pintu, beralih duduk di dekat Mireya. Mengeluarkan gelang dari dalam saku, menyodorkannya pada Mireya. Mireya yang melihat itu langsung tersenyum senang, bahwa ia tidak perlu kehilangan barang berharganya.

"Tangan kamu," ujar Leo.

Mireya memberikan tangannya yang siap menerima gelang itu, tapi alih-alih memberikan gelang itu Leo memasangkan langsung di tangan Mireya.

"Kak Leo yang menemukannya?" tanya Mireya.

Leo selesai memesang gelang. "Iya, aku temukan di jalan menuju pos tiga."

"Terima kasih Kak sudah menemukannya," ujar Mireya.

"Gak perlu berterima kasih," balas Leo dengan wajah selalu datarnya itu.

Tidak lama kemudian, Mireya dibawa ke Rumah Sakit oleh Bu Laras dan satu guru laki-laki lainnya. Leo yang tengah berdiri, memperhatikan mobil yang perlahan menjauh itu dengan harapan semoga tak ada hal yang buruk terjadi pada Mireya.

Willy, Andrea dan Audry menghampiri Leo. "Parah memang terkilirnya?" tanya Willy dengan wajah penasaran.

"Gue juga gak tahu." Tanpa menatap Willy.

"Kamu sekhawatir itu ya?" tanya Audry yang mencoba bicara. Pembicaraan yang sesungguhnya langsung dari hati.

"Aku gak mau sesuatu terjadi padanya," jawab Leo tanpa menatap Audry. Jawaban yang membuat luka pada hati Audry semakin menjadi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rumah Tanpa Dede
134      83     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
DocDetec
290      198     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Melihat Tanpamu
141      115     1     
Fantasy
Ashley Gizella lahir tanpa penglihatan dan tumbuh dalam dunia yang tak pernah memberinya cahaya, bahkan dalam bentuk cinta. Setelah ibunya meninggal saat ia masih kecil, hidupnya perlahan runtuh. Ayahnya dulu sosok yang hangat tapi kini berubah menjadi pria keras yang memperlakukannya seperti beban, bahkan budak. Di sekolah, ia duduk sendiri. Anak-anak lain takut padanya. Katanya, kebutaannya...
HABLUR
677      344     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...
Can You Hear My Heart?
455      270     11     
Romance
Pertemuan Kara dengan gadis remaja bernama Cinta di rumah sakit, berhasil mengulik masa lalu Kara sewaktu SMA. Jordan mungkin yang datang pertama membawa selaksa rasa yang entah pantas disebut cinta atau tidak? Tapi Trein membuatnya mengenal lebih dalam makna cinta dan persahabatan. Lebih baik mencintai atau dicintai? Kehidupan Kara yang masih belia menjadi bergejolak saat mengenal ras...
Winter Elegy
592      411     4     
Romance
Kayra Vidjaya kesuma merasa hidupnya biasa-biasa saja. Dia tidak punya ambisi dalam hal apapun dan hanya menjalani hidupnya selayaknya orang-orang. Di tengah kesibukannya bekerja, dia mendadak ingin pergi ke suatu tempat agar menemukan gairah hidup kembali. Dia memutuskan untuk merealisasikan mimpi masa kecilnya untuk bermain salju dan dia memilih Jepang karena tiket pesawatnya lebih terjangkau. ...
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
1869      760     5     
Humor
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu Buku ini adalah pelukan hangat sekaligus lelucon internal untuk semua orang yang pernah duduk di pojok kamar, nanya ke diri sendiri: Aku ini siapa, sih? atau lebih parah: Kenapa aku begini banget ya? Lewat 47 bab pendek yang renyah tapi penuh makna, buku ini mengajak kamu untuk tertawa di tengah overthinking, menghela napas saat hidup rasanya terlalu pad...
Kursus Kilat Jadi Orang Dewasa!
530      219     11     
Humor
Didaftarkan paksa ke Kursus Kilat Jadi Orang Dewasa oleh ayahnya, Kaur Majalengka--si OCD berjiwa sedikit feminim, harus rela digembleng dengan segala keanehan bin ajaib di asrama Kursus Kilat selama 30 hari! Catat, tiga.puluh.hari! Bertemu puding hidup peliharaan Inspektur Kejam, dan Wilona Kaliyara--si gadis berponi sepanjang dagu dengan boneka bermuka jelek sebagai temannya, Kaur menjalani ...
Langkah Pulang
376      275     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Monday vs Sunday
112      97     0     
Romance
Bagi Nara, hidup itu dinikmati, bukan dilomba-lombakan. Meski sering dibandingkan dengan kakaknya yang nyaris sempurna, dia tetap menjadi dirinya sendiricerewet, ceria, dan ranking terakhir di sekolah. Sementara itu, Rei adalah definisi murid teladan. Selalu duduk di bangku depan, selalu ranking satu, dan selalu tampak tak peduli pada dunia luartermasuk Nara yang duduk beberapa meja di belaka...