Loading...
Logo TinLit
Read Story - YANG PERNAH HILANG
MENU
About Us  

ERI berdiri di depan sebuah bangunan megah. Dia berhenti tepat di sebuah gerbang besar yang tingginya tidak bisa dia pikirkan. Menghela napas panjang setelah berjalan beberapa puluhan meter dari jalan raya. Eri masih tak habis pikir kenapa supir angkot tidak mau mengantarnya sampai di depan gebang rumah megah bak istana itu. Karena yang dia tahu hanya setelah Eri turun, sang supir langsung tancap gas dengan wajahnya yang pucat pasi.

Walaupun di sepanjang jalan yang hanya di tumbuhi deretan pohon palem yang menjulang tinggi, Eri menikmati dedaunannya yang rimbun terlihat sejuk memanjakan mata. Menambah indah pemandangan jalan beraspal dengan bukit kecil yang luas berwarna hijau.

Eri memandang sejenak kertas kecil yang ada di tangannya. Memastikan isi tulisannya dengan alamat yang tertulis di depan gerbang berwarna hitam dengan gradasi emas menyala yang membentuk ukiran bunga matahari. Lambang itu seperti mengingatkan Eri pada sesuatu. Sebelum akhirnya pikirannya lenyapa setelah mendengar suara pintu gerbang terbuka.

Laki-laki dengan tubuh besar berpakaian serba hitam terlihat menundukkan kepala setelah sebelumnya memandang dari ujung kaki hingga kerudung Eri. Dia membuka kacamata hitam yang menutupi kedua matanya. 

“Apakah Anda Nona Eri?” Tanya laki-laki bertubuh kekar itu. Eri mengangguk mengiyakan. Masih diam tanpa bertanya, berusaha mengatur suara deguban jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat.

“Silahkan ikuti Saya.” Seru laki-laki itu membalikkan badan. Memasuki gerbang yang sedikit terbuka. 

“Tunggu! Bagaimana bisa kau tahu namaku? Apakah benar jika-“ 

“Ya. Tuan sudah menunggu Nona di dalam.” Potong laki-laki itu mengabaikan pertanyaan Eri. 

“Setidaknya berhentilah memanggilku Nona.” Gerutu Eri memasukkan secarik kertas yang Ibunya beri kemarin. 

Seseorang memberitahu informasi kepadanya jika ada pekerjaan yang lebih baik dan bergaji besar daripada menjaga lapak di pasar. Eri yang masih ragu hanya bisa menuruti permintaan Ibunya yang terlihat bersihkeras untuk segera mengunjungi alamat tersebut. Dia sama sekali tak menyangka jika pekerjaan itu membawanya pada rumah mewah yang justru terlihat seperti istana di film-film. 

Setelah memasuki gerbang tinggi yang tak bisa dia ukur tingginya itu. Puluhan pohon tanjung menyambuntya dengan daunnya yang lebat. Ranting-rantingnya yang kokoh dan tebal menjulang tinggi. Membuat pohon itu terlihat besar dan menyejukkan mata dengan rindangnya warna hijau daun yang lagi-lagi menyenjukkan mata.

Pohon itu tumbuh dengan subur di sepanjang kanan kiri jalan setapak yang menghubungkan dengan pintu masuk rumah mewah itu. Batu-batu kecil berwarna putih tertata rapi di sepanjang jalan. Membuatnya merasa seakan di sambut secara istimewa. Atau memang inilah kali pertama dalam hidup Eri mengunjungi rumah mewah. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana isinya jika dia memasuki rumah bercat putih dan emas yang terlihat menyilaukan matanya itu. 

Di samping kanan kiri pintu masuk, terdapat sebuah patung marmer berbentuk anak kecil bersayap. Eri pernah melihatnya sekali di TV suatu hari. Kedua mata Eri terganggu dengan bagian lain tempat itu. Di sebelah kanan yang terlihat jauh dari pandangannya.

Sebuah halaman luas dengan rumput hijau yang di kelilingi dinding bebatuan membuat Eri bertanya-tanya dalam hati. Tempat itu sungguh terlihat seperti istana dan benteng di cerita kerajaan.

Pandangan Eri teralihkan pada laki-laki bertubuh kekar yang mengetuk pintu. Ukurannya kali ini lebih kecil dari pintu gerbang sekitar lima meter. Lambang bunga matahari juga terlihat di depannya. Pintu itu terbuka setelah tiga detik menunggu. Tidak berhenti membuat Eri takjub, pemandangan luar biasa pun terlihat di depan mata. 

Deretan sofa berwarna emas menyambut kedatangannya. Di setiap sudut ruangan berdiri guci berwarna perak dan emas yang tingginya bahkan melebihi tinggi laki-laki bertubuh kekar yang mengantarnya. Sebuah lampu gantung dengan puluhan cahaya terpasang di atap ruangan bernuansa putih keemasan itu. 

“Silahkan duduk dimana saja sesuka hati Nona. Anggap saja rumah sendiri. Tuan akan segera datang.” Laki-laki besar itu membuyarkan rasa kagum Eri. Dia menutup pintu masuk. Meninggalkannya sendiri di ruangan luas dengan lukisan besar yang terpasang di setiap dinding. 

Rumah sebesar itu terlihat sangat sepi. Seperti tidak ada penghuni. Namun, suara murotal orang sedang mengaji terdengar sayup-sayup menggema di setiap sudut ruangan. Alunan yang menenangkan itu mengalihkan perhatiannya dari sebuah foto yang membuatnya berjalan mendekat ke dinding yang menyambut kedatangannya saat masuk. 

Foto itu terpasang kuat di dinding bercorak bunga elegan yang mewah. Foto yang mengalihkan perhatiannya dari lemari kaca berisi barang-barang antik di sebelah kanannya. Atau karpet putih yang mengelilingi sofa yang terbuat dari beruang putih. Apalagi lift yang terlihat di sebelah kirinya. Itu semua tidak membuat Eri berlama-lama kagum.

Kedua mata Eri hanya semakin tertarik dengan foto berukuran 3x3 meter dengan bingkai ukiran bunga berwarna keemasan. Sebuah foto yang di dalamnya terdapat gambar laki-laki dan perempuan setengah baya yang sedang duduk berdampingan. Sedangkan seorang anak laki-laki yang terlihat masih muda duduk di tengahnya. 

Tidak perlu berjalan lebih dekat lagi untuk mengetahui anak laki-laki yang duduk dengan jas rapi putih yang membalut tubuhnya. Wajahnya yang terlihat cool dan cuek dengan rambut mengkilap yang tersibak ke belakang, membuat kedua mata Eri terbelalak terkejut. Dia mundur beberapa langkah sembari menutup mulutnya tak percaya. 

“Di-Dia bukankah… Cowok itu… Dia…” Eri tergagap memandang foto itu tanpa berkedip. Jantungnya kini kembali berdetak kencang.

Ting! Bunyi lift tiba-tiba terdengar. Membuat Eri terlonjak kaget. Pandangannya teralihkan dengan seseorang yang keluar dari dalamnya. Berjalan pelan ke arahnya dengan senyum yang sudah tak asing lagi di matanya. Memandangnya dengan tatapan tak bersalah. 

“Kau! Naru kan?!” Pekik Eri menunjuk Naru yang hanya tersenyum malu ke arahnya. 

“A-Aku bisa jelaskan!” Jawab Naru berusaha menenangkan. 

Percuma. Karena sekarang Eri terduduk di sofa empuk dengan rasa terkejutnya yang kini berlipat ganda. Dia menyentuh dadanya yang semakin berdegub kencang.

“Tuan… Ini pakaian dan alat yang Tuan minta.” Sebuah suara membuat Eri harus menunda rasa keterkejutannya. Sedangkan Naru langsung menghela napas seolah kedatangannya itu sedang dia tunggu. 

Seorang pelayan dengan pakaian butler berjalan mendekat. Rambutnya terlihat sudah memutih. Di kedua tangannya terpasang sarung tangan yang berwarna senada. Dia memegang setelan baju muslim lengkap dengan peci dan sajadah hitam keemasan. Sedangkan di sisi tangannya yang lain sebuah Al Quran bersampul warna senada dia pegang dengan sangat hati-hati. 

“Ah. Iya. Terima kasih. Kau datang di saat yang tepat Pak Yus.” Seru Naru terlihat lega. Dia menerimanya dengan senang hati. Pelayan bernama Pak Yus itu menundukkan badan. Mundur beberapa langkah dan pergi meninggalkan ruangan yang kini kembali sepi. Hening. Hanya hembusan napas rasa kesal Eri yang tak berhenti memandang Naru dengan tajam. Beberapa kali dia terlihat mengalihkan pandangan. 

“Aku menunggu!” Kata Eri tiba-tiba membuat Naru terlonjak kaget. 

“Oke. Aku akan jelaskan. Tapi sebelum itu-“ 

“Apalagi?! Apakah kau masih mau bermain-main lagi? Menurutmu ini lelucon dengan membawaku ke tempat ini? Tunggu! Sebenarnya kau siapa?” Tanya Eri mencecarnya dengan pertanyaan beruntun. Naru terlihat menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dari mana dia harus memulai? 

“Aku ingin belajar mengaji. Jadi, karena itulah aku memanggilmu ke sini untuk bekerja paruh waktu. Sebagai guru mengaji. Bukankah itu ide yang bagus?” Jawab Naru setelah sekian lama terdiam. 

“Bagaimana kau tahu alamat rumahku? Jadi kau sudah bertemu dengan Ibuku? Apa saja yang kalian bicarakan? Kenapa-” 

“Hei tenanglah. Aku tidak melakukan hal yang salah atau melanggar. Aku sungguh ingin belajar mengaji. Aku tak tahu harus memintanya pada siapa. Karena hanya kau yang aku tahu bisa mengaji dengan suara indah. Jadi-”

“Aku tak tahu harus bersikap bagaimana. Aku sungguh kecewa!” Balas Eri hendak pergi keluar. Naru mencegahnya cepat dengan menarik lengannya. Eri yang melihat hal itu langsung menghentakkan tangan Naru. Memandangnya dengan tatapan tak mengerti. 

“Maaf. Aku sungguh minta maaf. Jadi, tolong. Dengarkan penjelasanku dulu.” Kata Naru berusaha menenangkan situasi. Eri berhenti dan menimang usulannya yang mungkin tidak ada salahnya untuk di dengar. 

Namun, suasana genting itu kembali terganggu dengan suara berisik yang datang dari arah pintu masuk. Tepat setelah pintu terbuka. Anggota Perfect Gank muncul. Membuat Eri semakin terkejut sekaligus tak mengerti. Rencana apalagi yang Naru sembunyikan. 

“Kalian? Kenapa bisa- Johni! Bukankah aku sudah mengatakan padamu jika-” Johni terlihat pasrah. Tara, Leon dan Dion terlihat berdiri di belakang Johni dengan tatapan yang sama seperti Eri. Meminta penjelasan. 

“Jadi, darimana kau mau menjelaskan pada kami, pangeran?” Seru Dion yang di amini Leon dan Tara. Naru menghela napa panjang.

“Mereka menunggumu, Naru…” Kata Johni sembari membenarkan letak kacamatanya. Naru menepuk dahi. Meremas rambutnya yang tak gatal. Urusan ini terasa semakin kapiran.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Semesta Berbicara
1350      790     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
DocDetec
449      283     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Di Antara Luka dan Mimpi
773      440     66     
Inspirational
Aira tidak pernah mengira bahwa langkah kecilnya ke dalam dunia pondok akan membuka pintu menuju mimpi yang penuh luka dan luka yang menyimpan mimpi. Ia hanya ingin belajar menggapai mimpi dan tumbuh, namun di perjalanan mengejar mimpi itu ia di uji dengan rasa sakit yang perlahan merampas warna dari pandangannya dan menghapus sebagian ingatannya. Hari-harinya dilalui dengan tubuh yang lemah dan ...
God, why me?
215      174     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...
Sebelah Hati
1063      664     0     
Romance
Sudah bertahun-tahun Kanaya memendam perasaan pada Praja. Sejak masih berseragam biru-putih, hingga kini, yah sudah terlalu lama berkubang dengan penantian yang tak tentu. Kini saat Praja tiba-tiba muncul, membutuhkan bantuan Kanaya, akankah Kanaya kembali membuka hatinya yang sudah babak belur oleh perasaan bertepuk sebelah tangannya pada Praja?
Langkah Pulang
488      342     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Sweet Punishment
213      141     10     
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya. Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
Ada Apa Esok Hari
222      172     0     
Romance
Tarissa tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali tak ramah, ia hanya punya satu pegangan: harapan yang tak pernah ia lepaskan, meski pelan-pelan mulai retak. Di balik wajah yang tampak kuat, bersembunyi luka yang belum sembuh, rindu yang tak sempat disampaikan, dan cinta yang tumbuh diam-diamtenang, tapi menggema dalam diam. Ada Apa E...
Bisikan yang Hilang
71      64     2     
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...
Segitiga Sama Kaki
805      479     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...