Setelah serangkaian kekacauan..
Shin & Min-Jae: Pernikahan Satu Take
[Tiga Bulan Sebelum Pernikahan – Kantor Produksi]
“Jadi... kamu mau nikah di lokasi syuting episode 10?” tanya Jenni, setengah tak percaya.
Shin mengangguk sambil tersenyum malu. “Itu tempat pertama Min-Jae bilang aku cantik pas marah. Romantis, kan?”
“Romantis sih… tapi hujan buatan, lighting tiga arah, kabel listrik berantakan—kamu yakin?” Vidi ikut nimbrung sambil mengedit lagu.
Shin tertawa. “Justru itu. Aku maunya real. Gak terlalu mewah. Tapi penuh kenangan.”
**
[Seminggu kemudian – Meeting Persiapan]
Rai ditunjuk jadi koordinator logistik. Fajar jadi MC sekaligus pelatih dance keluarga. Kay ditugaskan bikin video dokumenter, dengan gaya ala film pendek Cannes.
Min-Jae duduk di depan laptop, menyusun rundown. Tapi wajahnya stres.
“Shin mau nikah outdoor. Tapi kemungkinan hujan 40 persen,” gumamnya.
Jenni menyeruput kopi. “Bilang aja, kamu pengin semua berjalan one take, no retake kayak adegan dramamu.”
Min-Jae memijat pelipis. “Gue sutradara. Gue terlatih menghadapi adegan kacau. Tapi bukan... janji seumur hidup.”
“Tenang,” kata Rai, “Lu tinggal ikuti skrip hati lu sendiri.”
**
[Dua Hari Sebelum Hari-H – Latihan]
“Pengantin masuk dari kiri, sound masuk pas musik piano... jangan lupa ada kabut buatan,” kata Fajar.
Shin tertawa. “Kenapa kayak opening drama Korea?”
“Karena kamu hidup di dalamnya,” kata Min-Jae, menatapnya.
“Duh,” seru Kay dari kamera, “kamera goyang. Aku kena serangan diabetes visual.”
**
[Hari Pernikahan – Lokasi Syuting Episode 10]
Cuaca cerah. Gaun putih Shin berkibar pelan. Min-Jae mengenakan jas abu-abu yang tidak biasa baginya—karena dia biasanya pakai hoodie dan sandal saat syuting.
Mereka berdiri di bawah lampu rig yang kali ini dipenuhi bunga.
“Dengan ini,” ujar Fajar sebagai MC, “kami resmikan pasangan paling sinematik di industri hiburan malam Korea…”
Sebelum kalimat selesai, Min-Jae sudah menggenggam tangan Shin.
“Take pertama. Take terakhir. Satu-satunya yang aku mau,” katanya.
Shin meneteskan air mata. “Gak perlu take dua?”
“Gak akan pernah,” jawab Min-Jae.
Dan pelukan mereka disambut tepuk tangan, bunyi drone dari atas, serta sorakan:
“Cinta lokasi… tamat!”
**
Malamnya, di kantor kecil mereka, Jenni melihat undangan pernikahan yang dibagikan ke semua kru.
Satu kalimat tertulis besar di bagian atas:
> “Scene terakhir yang paling kita tunggu.”
Tapi hari ini... bukan soal film. Bukan juga soal vampir.
Hari ini tentang pernikahan Min-Jae dan Shin.
Acara diadakan di taman terbuka, sederhana tapi elegan. Min-Jae memakai setelan putih gading, Shin memakai gaun pastel lembut yang menjuntai seperti kabut pagi. Musik live dari Vidi mengalun pelan, lagu cinta yang diciptakan khusus untuk mereka—judulnya "Selamanya Meski Kita Sempat Tak Percaya".
Fajar jadi MC dadakan. Kay bawa tisu lebih dari cukup.
Jenni dan Rai duduk berdampingan, bergandengan tangan. Jenni bisik, “Lo yakin nggak mau nyusul?”
Rai menjawab, “Tenang... gue udah siap. Tapi bukan hari ini. Hari ini buat mereka.”
Setelah janji pernikahan dan ciuman yang membuat semua hadirin berseru “AWWW!”, tibalah momen lempar buket.
Shin berdiri membelakangi kerumunan. Para tamu bersiap. Jenni pasang kuda-kuda. Kay ikut-ikutan. Fajar buka kamera ponsel.
Buket terbang.
Waktu melambat.
Semua tangan menggapai... tapi satu tangan menangkapnya dengan presisi luar biasa.
VIDI.
Tiba-tiba semua diam.
Vidi berdiri dengan bunga di tangannya, mematung.
Seseorang berseru, “Wah, yang tangkap bakal nyusul nikah tahun ini!”
Vidi langsung panik. “Nggak-nggak-nggak! Itu mitos kan? KAN?!”
Jenni menggoda, “Selamat ya, calon pengantin~”
Rai menambahkan, “Mungkin kita bikin reality show baru... Vidi Cari Cinta.”
Penonton tertawa.
Tapi dari kejauhan, ada satu orang yang tersenyum melihat Vidi—seorang wanita dengan kamera leica, baju hitam polos, dan aura misterius. Dia mengangkat alis ke arah Vidi… lalu pergi.
Vidi melongo. “Itu siapa barusan? Kenapa senyumnya kayak... pernah minum darah?”
Semua tertawa lagi.
**
Dan begitulah...
Mereka yang pernah hidup di malam penuh rahasia, kini bersinar di siang penuh cerita.
Mereka bukan sekadar mantan vampir.
Mereka adalah sahabat, kekasih, manusia... dan yang terpenting:
Mereka penyintas.
---
TULISAN PENUTUP:
> VampArtis United: Tamat.
Atau... baru dimulai lagi?
Jangan pergi dulu..
Ada epilog spesial di chapter terakhir..
**