Loading...
Logo TinLit
Read Story - VampArtis United
MENU
About Us  

BUKAN RAHASIA BIASA

 

[Cuplikan dari buku Lila – Bab 3: “Senja di Balik Spotlight”]

 

> "Dia selalu terlihat tenang, penuh karisma. Tapi siapa sangka, di balik tatapan sendunya, ada pria manipulatif yang tahu caranya membuatmu merasa bersalah meski kamu nggak salah. Aku menyebutnya: Gaslight King."

– Lila, mengacu pada Rai.

 

> "Mereka pikir hubungan bromance itu hanya fan service. Tapi tidak ada yang tahu apa yang terjadi di belakang trailer saat lampu padam."

– Lila, soal Vidi dan artis cowok yang tak disebutkan namanya.

> "Diet itu katanya demi peran. Tapi aku dengar sendiri, seorang manajer memaksa aktornya untuk hanya makan daun mint dan air mata. Kasihan Kai."

– Lila, soal Fajar dan Kai.

> "Kalau kamu pikir ratu lebah hanya ada di hutan, kamu belum pernah lihat Jenni saat briefing."

– Lila, soal Jenni.

 

---

 

[Cuplikan komentar netizen di X dan TikTok]

 

“Gila sih. Gue selalu curiga sama Rai. Tatapannya tuh… terlalu dalam.”

 

“Vidi?? Yang suka pingsan itu? Gak mungkin deh, dia bahkan takut sama kupu-kupu.”

 

“Kai mah healing. Lo aja yang butuh healing dari gosip Lila.”

 

“Jenni toxic? Enggak ah. Dia kayak emak-emak rempong, tapi sayang.”

 

“Kok gue jadi pengen beli bukunya wkwkwk.”

 

 

 

---

 

[Behind-the-Scenes Reality Show: Bukan Gosip Biasa – Episode 1]

 

πŸ“Ή Scene 1: Vidi pingsan saat facial

Vidi: “Aku kira ini cuma steam biasa…”

(Menit ke-2, dia sudah lemas sambil digotong oleh staf.)

 

πŸ“Ή Scene 2: Jenni gagal masak

Jenni: “Garam sama gula... warnanya sama kan?!”

(Kamera zoom ke spaghetti manis yang membuat kru nangis.)

 

πŸ“Ή Scene 3: Rai marah dikira patung lilin

Fans: “Beneran dia? Eh kok kaku banget ya, kayak patung.”

Rai (ngambek): “Aku bukan properti museum.”

 

 

---

 

[Acara Talkshow Live – Tamu: Lila & VampArtis]

 

Host: “Kebetulan Lila juga ada di sini untuk klarifikasi—”

Lila tersenyum manis, mengangkat bukunya: “Aku hanya menulis apa yang kulihat. Kalau terasa menyakitkan, mungkin karena ada yang benar?”

 

Jenni (dengan senyum tipis): “Atau mungkin... kamu cuma suka drama, karena hidupmu terlalu sepi.”

 

(Tepuk tangan penonton. Kamera menangkap wajah Vidi yang panik dan Rai yang sedang nyemil anggur dengan wajah datar.)

 

 

---

 

[Akhir Episode Reality Show]

 

Voice-over: “Kadang yang palsu terlihat nyata. Kadang yang nyata terasa terlalu aneh untuk dipercaya. Tapi beginilah kami—bukan gosip biasa.”

 

Cue: Musik dramatis + potongan Lila yang tergelincir karena heels-nya terlalu tinggi.

 

DEAL DENGAN IBLIS BERDASI

 

Latar: Sebuah lounge hotel mewah, jam 23.49 malam.

 

Lila datang sendirian, mengenakan blazer merah menyala dan sepatu hak tinggi yang sedikit memaksa. Dia pikir ini akan jadi meeting kecil dengan manajer penerbit baru. Tapi saat duduk, yang menunggu bukan editor, melainkan pria misterius berjas hitam dengan senyum yang terlalu tenang untuk jam segini.

 

> “Selamat malam, Lila.”

 

Suaranya seperti suara iklan skincare—halus tapi membuat merinding.

 

 

 

Lila mengerutkan dahi. “Maaf, kita pernah ketemu?”

 

> “Belum. Tapi kami... memperhatikanmu. Polaris sangat mengagumi keberanianmu.”

 

Lila nyaris tertawa. “Jadi ini tentang... buku gosip recehku?”

 

> “Kami tidak menyebutnya gosip. Kami menyebutnya... pembuka mata publik.”

 

Pria itu meletakkan sebuah map tipis. Di dalamnya: foto-foto lama, transkrip chat, bahkan satu surat kontrak sponsorship yang diduga "dihilangkan" oleh agensi VampArtis.

 

> “Kamu ingin pembuktian? Kami punya. Tapi hanya jika kamu mau bekerja sama.”

 

Lila, dengan mata yang mulai berbinar:

“Kalau aku bilang ya... aku dapat apa?”

 

> “Eksklusivitas. Talkshow nasional. Bestseller. Dan... akses.”

 

 

 

Lila: “Akses ke...?”

 

> “Hal-hal yang publik belum siap ketahui. Misalnya... kenapa Kai sebenarnya hilang. Siapa identitas asli Vidi. Dan kenapa Rai selalu memakai lensa kontak warna hitam.”

 

 

 

Lila diam. Detik itu juga, egonya terpanggil.

Dia tidak peduli siapa Polaris. Tapi dia suka jadi tokoh utama.

 

 

---

 

[Hari Berikutnya: Vidi Menemukan Clue]

 

Vidi sedang menyortir DM fans, ketika satu pesan masuk dari akun anonim:

 

> “Hati-hati. Lila bukan sendirian. Polaris sudah menanam orangnya di dalam media.”

 

 

 

Dia langsung menunjukkannya ke Jenni dan Rai, yang sedang latihan adegan ciuman untuk drama baru tapi malah ketawa-tawa sendiri.

 

Rai:

“Lila? Disponsori Polaris? Lucu juga. Aku pikir dia cuma haus spotlight.”

 

Jenni:

“Polaris tahu siapa yang harus mereka dekati. Bukan orang jahat... tapi orang kesepian.”

 

Vidi:

“Aku curiga... mereka bukan cuma pakai media. Mereka bakal masukin orang baru buat sabotase dari dalam.”

 

 

---

 

[Potongan Headline Baru – Sepekan Kemudian]

 

πŸ—žοΈ "Lila Resmi Jadi Host Acara Gosip Prime Time: Mata Terselubung"

 

πŸ—žοΈ "Segmen Perdana: Eksklusif! Teman Dekat Sebut Vidi Pernah 'Berkelakuan Aneh' di Lokasi Syuting Tahun Lalu"

 

πŸ—žοΈ "Lila Sindir VampArtis: ‘Yang Paling Banyak Klarifikasi, Biasanya yang Paling Banyak Menyembunyikan’”

SEMUA PUNYA VERSI CERITANYA

 

(versi extended, ~1.800 kata)

 

 

---

 

[1. Serangan Balik Elegan – VampArtis Pakai Karya Sebagai Senjata]

 

Ruang rapat VampArtis malam itu seperti ruang latihan drama yang berubah jadi war room. Vidi berdiri di depan papan digital, menggambar bagan jaringan Polaris seperti dosen hukum pidana yang terlalu sering nonton spy thriller.

 

Di sekeliling meja: Jenni, Shin, Rai, dan Fajar. Semua menatap layar, sebagian dengan ekspresi serius, sebagian lagi... lapar.

 

Vidi (menunjuk layar):

"Polaris menyerang lewat narasi. Kita gak bisa balas pakai klarifikasi terus. Harus pakai cerita."

 

Shin:

“Jadi kita balas pakai... Drama?”

 

Jenni (nyengir):

“Duh, kalau itu sih... aku udah jago dari lahir.”

 

Fajar (tegas):

“Kita bikin drama baru. Plotnya: mantan idol gagal jadi host gosip, dan akhirnya dibayar organisasi bayangan buat menjatuhkan rekan-rekannya. Tapi makin dalam dia terlibat, makin dia sadar bahwa dia cuma pion.”

 

Judul yang mereka pilih:

 

> 🎬 “Spotlight Terakhir”

 

 

 

Tokoh utama: Tila – mirip banget sama Lila.

Organisasi antagonis: Aurora Corp – singkatan dari: Ayo Urus Reputasi Orang Ramai Aja. πŸ™ƒ

Genre: Drama psikologis penuh sindiran yang terlalu “nyata”.

 

Drama ini diproduksi dengan naskah rapih, skenario tajam, dan banyak adegan “kebetulan” yang terasa seperti mimisan publik. Misalnya:

 

Episode 3: Tila diminta bicara soal masa lalu seseorang, lalu dibayar pakai sponsorship.

 

Episode 5: Aurora menyusupkan editor video untuk sabotase acara realitas.

 

 

Netizen nggak bodoh. Mereka langsung bikin benang merah:

 

> “gila si Lila bisa banget bikin orang ketawa”

“Aurora = Polaris. Nggak bisa bohongin k-nets.”

“VampArtis main satir tuh ngeri sih. Ditekan balik, malah trending.”

 

 

 

 

---

 

Kai Kembali dan Bawa Bukti Polaris

 

Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Jam 02.12 pagi. Fajar yang sedang menunggu pesanan kopi melihat seseorang di pintu kedatangan mengenakan hoodie abu-abu dan masker. Tapi langkahnya… familiar.

 

Fajar (melepas earphone-nya):

“Kai?”

 

Kai membuka maskernya. Rambutnya lebih panjang, matanya lebih tenang, tapi sinarnya tajam.

 

Kai:

“Kamu yang ngirim pesan ‘pulanglah kalau sudah siap’?”

 

Fajar (tersenyum):

“Dugaanku tepat. Polaris bikin kamu pergi ya?”

 

Kai:

“Bukan cuma pergi. Mereka rawat otak aku. ‘Healing’ katanya. Tapi ternyata... semua tempat yang aku datangi—pulau pribadi, retreat center, bahkan konselor—semua milik Polaris.”

 

Kai lalu menunjukkan flashdisk yang ia sembunyikan di dalam case parfum travel-nya.

 

Kai:

“Ini bukti. Ada video testimoni klien lain, ada kontrak endorsement bertema mindfulness yang manipulatif, dan... satu surat tugas yang diketik oleh salah satu editor Polaris untuk sabotase reality show kalian.”

 

 

---

 Lila Mulai Ragu dan Ketakutan

 

Lila sedang di ruang makeup sebelum tapping episode Mata Terselubung. Di layar monitor, tim sedang menyusun teaser untuk episode minggu depan.

 

> “Rai punya kelainan psikologis? Eksklusif dari teman lamanya.”

 

 

 

Lila menatap naskah. Ia tidak menulis kalimat itu. Tapi produser bilang, “Sudah diedit buat lebih nendang headline.”

 

Lila:

“Ini mulai gak sesuai deal awal.”

 

Produser Polaris (tanpa menoleh):

“Semakin kamu takut... semakin publik makin suka. Kamu sekarang bukan hanya penyampai cerita, kamu naskahnya.”

 

Lila (pelan):

“Kalau aku berhenti?”

 

Produser (menatap tajam):

“Kamu bisa. Tapi kamu tahu kan, yang kamu tulis soal Jenni, soal Vidi... semua kita back-up. Semua kita punya rekamannya.”

 

Lila terdiam. Ia merasa masuk ke labirin yang dikira panggung. Ia bukan lagi penulis. Ia pemeran boneka.

 

 

---

Sabotase dari Dalam – Danu Si Editor Mata Dua

 

Di ruang editing Bukan Gosip Biasa, Vidi menatap layar komputer dengan rasa tak percaya. Video dirinya pingsan saat facial muncul 3 kali dalam satu episode.

 

Vidi:

“Kita kan sepakat cuma tayangin sekali. Kenapa jadi running gag?”

 

Danu (editor, santai sambil ngunyah keripik):

“Penonton suka dramatisasi, Lagian rating naik loh.”

 

Shin (mendekat):

“Dramatisasi atau sabotase? Karena minggu lalu ada footage off-cam aku yang bocor ke Twitter.”

 

Vidi segera buka log file penyimpanan.

Ternyata sebagian footage ditransfer ke server eksternal, bernama mencurigakan:

 

> PMG Archive Server 2

 

 

 

PMG = Polaris Media Grup.

 

Mereka sadar. Ada tikus di kapal mereka sendiri.

 

Rai:

“Jadi, Danu kerja buat Polaris?”

 

Vidi:

“Atau lebih buruk—dia percaya Polaris benar.”

 

 

---

Semua Terkait, Semua Terancam

 

Drama Spotlight Terakhir naik rating drastis. Banyak yang bilang ini “pukulan paling halus tapi berdarah”.

 

Kai diterima kembali, kali ini dengan posisi lebih penting: jadi penulis dokumenter VampArtis, alias penyeimbang narasi.

 

Lila mulai menyadari: Polaris tidak menawarkan validasi, tapi perbudakan rasa takut. Ia mulai menulis buku baru secara rahasia, yang lebih jujur dan... lebih berbahaya.

 

Reality show Bukan Gosip Biasa kini dikawal ketat, tapi Polaris belum selesai. Mereka sedang menyiapkan kontra drama, versi manipulatif dari “kisah nyata” VampArtis, yang diperankan aktor-aktor muda baru.

 

PANGGUNG BAYANGAN

 

 

---

Kontra Drama Polaris: ‘Cahaya di Balik Luka'

 

Saat Spotlight Terakhir menduduki trending tiga minggu berturut-turut, Polaris tak tinggal diam. Mereka meluncurkan drama tandingan berjudul:

 

> 🎭 Cahaya di Balik Luka

“Kisah para artis yang dijebak ketenaran dan kehilangan jati diri”

 

 

 

Anehnya, karakter-karakter dalam drama itu terlalu mirip dengan anggota VampArtis:

 

Rian: Aktor dingin yang ternyata manipulatif, mempermainkan perasaan manajer dan fans.

 

Devi: Manajer loyal yang ternyata menyembunyikan rahasia gelap soal keuangannya.

 

Sinta: Artis perfeksionis yang mulai mengatur semua orang, termasuk naskah dan kehidupan rekan-rekannya.

 

Jeny: Artis yang pakai trauma masa lalu untuk jadi "korban abadi", padahal dia yang mengatur banyak drama.

 

 

Fajar (menonton trailer):

“Ini fitnah sinematik.”

 

Vidi:

“Mereka pakai aktor pendatang baru, edit naskah, dan sebarin ke jaringan TV independen yang gak butuh verifikasi kredibel.”

 

Rai:

“Publik bisa percaya kalau kita gak punya sesuatu yang lebih kuat dari sekadar marah.”

 

 

---

 Lila Kabur dan Menghubungi Jenni

 

Pukul 11 malam. Jenni baru saja pulang dari reading skenario, ketika HP-nya bergetar.

 

Pesan dari nomor tak dikenal:

 

> “Aku nggak tahu harus hubungi siapa lagi. Mereka mulai ngawasin rumahku. Aku gak kuat.”

“Maaf untuk semua yang aku tulis. Tapi tolong... kamu satu-satunya yang bisa ngerti ini.”

- L

 

 

 

Beberapa jam kemudian, Jenni bertemu Lila diam-diam di sebuah minimarket 24 jam di Gangnam. Lila tampak kurus, gugup, dan linglung.

 

Lila:

“Mereka pegang semua. Catatan bank-ku, chat lama, bahkan video editan yang bisa bikin aku kelihatan... manipulatif.”

 

Jenni (lembut tapi tajam):

“Kamu tahu konsekuensinya, kan? Kalau kamu kabur, kamu jadi target selanjutnya.”

 

Lila (menggenggam tangan Jenni):

“Setidaknya aku gak mau terus jadi alat mereka. Kalau aku harus buka semua... aku mau kamu yang tahu duluan.”

 

Lila menyerahkan flashdisk kecil dengan catatan:

 

> “Ada rekaman ruang rapat Polaris. Mereka diskusi soal siapa yang harus ‘dijatuhkan’ duluan.”

 

 

 

 

---

Polaris Menebar Isu Perpecahan: Shin Akan Bikin Agency Sendiri

 

Berita itu muncul mendadak:

 

> “Shin Diduga Bangun Sub-Agency: Tinggalkan VampArtis?”

 

 

 

Akun-akun gosip mulai membahas pertemuan rahasia Shin dengan beberapa investor.

 

Vidi (menghadap Shin):

“Berita ini bisa mecah kita. Kamu pernah diskusi soal agency sendiri?”

 

Shin (terdiam sesaat):

“Pernah. Tapi bukan buat ninggalin kalian. Aku cuma... cari backup kalau segalanya runtuh.”

 

Jenni:

“Dan kamu gak bilang? Di saat kita semua dijadikan tokoh palsu dalam drama murahan?”

 

Shin (emosi):

“Karena kalian terlalu sibuk jadi versi ‘publik’ diri kalian. Kapan terakhir kita jujur satu sama lain?”

 

Pertengkaran itu direkam diam-diam oleh... Danu. Tapi video itu belum sempat bocor.

 

Kai (yang masuk sambil bawa kopi):

“Stop. Polaris pakai ketidakpercayaan kita buat nambah drama. Kalau kita bertengkar, kita bantu mereka nulis sekuel.”

 

 

---

4. Misi Kai dan Fajar: Menyusup ke Kantor Polaris

 

Lokasi: Kantor pusat Polaris di gedung kaca seoul.

Misi: Ambil dokumen asli kontrak manipulatif dan arsip video palsu.

 

Kai dan Fajar menyamar sebagai teknisi servis software keamanan. Mereka pakai ID palsu yang dibikin oleh hacker teman lama Vidi.

 

Fajar (di lift):

“Kalau kita ketahuan, aku bukan Fajar, aku Kang-su.”

 

Kai:

“Kalau aku ketahuan, bilang aja aku cowok yang viral gara-gara video 'healing naik kapal’.”

 

Mereka berhasil masuk ruang arsip Polaris. Di sana, mereka menemukan:

 

Satu harddisk berlabel: Gimmick Reality Assets

 

Berkas cetak berisi revisi naskah reality show, termasuk bagian-bagian palsu

 

Email cetak ke produser Cahaya di Balik Luka, yang berisi outline naskah berdasar catatan rahasia Polaris soal anggota VampArtis

 

 

Fajar (berbisik):

“Kita bawa ini keluar, kita punya peluru.”

 

Kai (serius):

“Enggak. Kita punya KEBENARAN. Tapi harus hati-hati cara nembaknya.”

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tanda Tangan Takdir
206      173     1     
Inspirational
Arzul Sakarama, si bungsu dalam keluarga yang menganggap status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai simbol keberhasilan tertinggi, selalu berjuang untuk memenuhi ekspektasi keluarganya. Kakak-kakaknya sudah lebih dulu lulus CPNS: yang pertama menjadi dosen negeri, dan yang kedua bekerja di kantor pajak. Arzul, dengan harapan besar, mencoba tes CPNS selama tujuh tahun berturut-turut. Namun, kegagal...
May I be Happy?
626      379     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
Can You Be My D?
95      87     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Black Roses
33177      4760     3     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
NEET
551      400     4     
Short Story
Interview berantakan bukan pilihan. Seorang pria melampiaskan amarahnya beberapa saat lalu karena berkali-kali gagal melamar pekerjaan, tetapi tidak lagi untuk saat ini, karena dia bersama seseorang. Cerita ini dibuat untuk kontes menulis cerpen (2017) oleh tinlit. NEET (Not in Education, Employment, orTraining) : Pengangguran. Note: Cover sama sekali tidak ada hubungannya dengan cerita...
Trying Other People's World
155      132     0     
Romance
Lara punya dendam kesumat sama kakak kelas yang melarangnya gabung OSIS. Ia iri dan ingin merasakan serunya pakai ID card, dapat dispensasi, dan sibuk di luar kelas. Demi membalas semuanya, ia mencoba berbagai hidup milik orang lainβ€”pura-pura ikut ekskul jurnalistik, latihan teater, bahkan sampai gabung jam tambahan olimpiade MIPA. Kebiasan mencoba hidup-hidup orang lain mempertemukannya Ric...
Imperfect Rotation
180      159     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...
Sweet Punishment
209      137     10     
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya. Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
Psikiater-psikiater di Dunia Skizofrenia
1259      776     0     
Inspirational
Sejak tahun 1998, Bianglala didiagnosa skizofrenia. Saat itu terjadi pada awal ia masuk kuliah. Akibatnya, ia harus minum obat setiap hari yang sering membuatnya mengantuk walaupun tak jarang, ia membuang obat-obatan itu dengan cara-cara yang kreatif. Karena obat-obatan yang tidak diminum, ia sempat beberapa kali masuk RSJ. Di tengah perjuangan Bianglala bergulat dengan skizofrenia, ia berhas...
Love Yourself for A2
27      25     1     
Short Story
Arlyn menyadari bahwa dunia yang dihadapinya terlalu ramai. Terlalu banyak suara yang menuntut, terlalu banyak ekspektasi yang berteriak. Ia tak pernah diajarkan bagaimana cara menolak, karena sejak awal ia dibentuk untuk menjadi "andalan". Malam itu, ia menuliskan sesuatu dalam jurnal pribadinya. "Apa jadinya jika aku berhenti menjadi Arlyn yang mereka harapkan? Apa aku masih akan dicintai, a...