18 Bulan Tanpa Jadwal"
Setelah drama vampir kedua mereka selesai tayang dan menuai rating tinggi, Rai dan Vidi memilih jalan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya: menjadi manusia.
"Aku punya tanda penuaan. Kita bukan vampir lagi," kata Vidi sambil sambil meneguk air mineral pengganti darah kesukaannya dulu. Kulitnya mulai gosong, jerawat muncul, dan yang paling mengejutkan—ia mulai mengantuk di siang hari.
Rai tak kalah kaget. "Sekarang Aku bisa lapar... bukan haus. Lapar nasi goreng!"
keduanya menerima SMS dari Pemerintah Korea Selatan: "Selamat! Anda telah memenuhi syarat untuk mengikuti wajib militer. Harap hadir minggu depan."
Vidi panik. "kita beneran manusia. Ini undangan masuk neraka..."
Rai mengangguk pelan, ekspresi wajahnya seperti habis kehilangan 10.000 followers. "Setidaknya... kita tidak akan tidur di peti lagi."
Sementara itu, Fajar baru kembali dari cuti. Ia langsung diberi surat panggilan yang sudah menumpuk di kantor manajemen.
"Ini sih bukan panggilan, ini ultimatum!" teriak Fajar sambil menunjukkan sepuluh surat berbeda dari Komando Militer.
---
Perpisahan:
Di bandara, Shin datang dengan kacamata hitam dan masker, menyamar agar tidak dikenali fans. Tapi ia tetap mencolok dengan setelan Gucci-nya.
Jenni menyerahkan tas kecil ke Rai. "Isinya biskuit jahe kesukaan kamu Rai, dan beberapa foto kenangan kita, kali aja kangen"
Rai tersenyum, tapi tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. “Kalau aku pingsan waktu push-up, tolong jangan upload ke TikTok ya.”
---
Di Kamp Pelatihan:
Hari pertama, pelatih teriak, "SIAPA DI SINI YANG DULUNYA AKTOR?"
Vidi mengangkat tangan. "Saya, Pak! Tapi sekarang... saya manusia penuh waktu."
Pelatih bingung, “Maksudnya...?”
Rai menyela, “Jangan ditanya, Pak. Panjang ceritanya.”
Push-Up, Pecah Rahasia, dan Pop Mie Tengah Malam”
Hari ke-5 pelatihan militer, Rai mulai menyadari bahwa menjadi manusia itu... berat. Harfiah. Terutama saat harus push-up 50 kali sebelum sarapan.
“Dulu waktu jadi vampir, aku bisa angkat motor. Sekarang baru 20 kali push-up aja, bahu gue getar kayak kipas angin rusak,” keluh Rai sambil rebahan diam-diam di bawah kolong ranjang.
Vidi, yang sekamar dengannya, juga tak kalah menderita. “Aku mimpi semalam ngisap darah… tapi pas bangun, aku malah gigit bantal.”
---
Insiden di Lapangan Baris
Pelatih: “SEMUA! LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI!”
Fajar: “Siap, Komandan!”
Vidi (berbisik): “Gue lebih milih syuting adegan ciuman 20 kali daripada ini…”
Rai mulai berlari tapi kemudian terhuyung, “Aku haus... tapi bukan darah, teh botol!”
Tiba-tiba ada rekrutan lain yang menyahut, “Eh lo artis vampir itu kan? Gue fans lo!”
Rai berhenti. “Boleh ganti lari sama tanda tangan aja nggak?”
Pelatih datang. “KALIAN MAU JADI ARTIS ATAU TENTARA?!”
Vidi refleks menjawab, “Dulu dua-duanya, Pak!”
Pelatih: “Sekarang...?”
Rai & Vidi kompak: “Korban sistem, Pak!”
---
Malam Hari di Barak
Jam 23.45.
Vidi mengendap-endap keluar bawa mie instan cup, pakai sandal hotel dan hoodie. Rai jaga pintu, Fajar jadi pengintai.
“dapat air panas dari mana?” tanya Fajar.
“Dari hati yang terbakar rindu,” jawab Vidi dramatis, sebelum akhirnya tumpah karena nyenggol kursi.
Semua panik. “SSSSTTTT!!! Ada petugas jaga!”
Tiba-tiba petugas masuk.
Petugas: menatap Vidi, mie cup, dan baju tentara setengah dipakai
“…Kalian yang vampir itu ya?”
Vidi beku. Rai membeku. Fajar... bersin.
Petugas: menghela napas
“Saya fans drama kalian. Bisa minta tanda tangan?”
Tes Renang: Vampir Takut Air?!
Instruktur: “Hari ini kita tes renang! Semua harus nyebur!”
Vidi berdiri kaku di pinggir kolam. “waktu kita nyebur ke laut pas syuting waktu itu... Hmmm tapi itu CGI, kan?”
Rai pelan-pelan mundur. “Aku nggak yakin bisa ngambang sebagai manusia... waktu jadi vampir kan beratnya beda.”
Fajar udah nyebur duluan dan teriak dari tengah kolam, “Rai! Vidi! Airnya asin kayak masa lalu lo yang kelam!”
Vidi akhirnya lompat—dan tenggelam. Panik. Instruktur nyelametin. Setelah ditarik naik, vidi hanya bisa batuk dan berkata, “Aku lebih milih syuting adegan mati ketimbang ini…”
---
Upacara Bendera: Vampir & Matahari
Hari Senin pagi.
Rai & Vidi pakai krim tabir surya tebal sampai wajah mereka putih kayak topeng kabuki.
Pelatih : “KENAPA WAJAH KALIAN PUTIH GITU?!”
Rai : "efek white case produk"
Vidi: “Efek trauma masa lalu, Pak. Kami dulu... sensitif sama sinar matahari.”
Pelatih mendekat dan nyium aroma wangi yang aneh.
“INI APA?!”
Rai cepat merespon, “Essential oil, Pak. Dari fans!”
---
Surat dari Jenni dan Shin
Malam hari, pengumuman di barak.
Petugas: “Ada kiriman surat dari penggemar.”
Vidi dapat surat merah muda dengan glitter. Isinya: foto Shin sedang pegang papan bertuliskan:
“Vidi, jangan jadi vampir lagi ya. Tapi tolong jangan jadi bucin militer juga.”
Rai dapat kiriman dari Jenni. Isinya hanya satu kalimat: “Jangan lupa minum air putih, bukan darah."
Disertai stiker emoji cakar vampir dan lip balm.
Fajar? Dapat surat dari dirinya sendiri yang ia tulis sebelum masuk. Isinya:
“Kalau kamu masih hidup dan waras saat baca ini, selamat.”
Artis Bukan Artinya Asik”
Hari ke-20 wajib militer.
Pelatih berdiri di depan barisan dan menunjuk Rai dan Vidi.
“Kalian artis, kan?”
Vidi mengangguk penuh harap. “Iya, Pak.”
Pelatih: “Bagus. Berarti terbiasa kerja keras dan lembur. Kalian pikul logistik!”
---
Tugas Berat Dimulai
Mereka diberi tugas mengangkat karung beras, air galon, dan kayu bakar.
Rai berkeringat deras. "Dulu di lokasi syuting, aku cuma perlu angkat naskah skrip. Sekarang… aku angkat masa depan."
Vidi jatuh terguling dengan dua galon di tangan. "Bro... ini bukan drama lagi, ini survival show."
Fajar justru semangat, “Badan gue jadi kayak Namgoong Min sekarang!”
---
Saat Istirahat
Seorang prajurit muda mendekat.
“Hyung, dulu aku ngefans sama kalian. Sekarang, aku kasihan.”
Rai tersenyum getir. “Terima kasih, tapi tolong angkatin karung itu dulu.”
---
Malam Hari
Di bawah cahaya redup, mereka duduk di barak, minum air putih, dan menatap langit.
Vidi: “Gue pikir hidup vampir berat. Ternyata jadi manusia yang ikut wamil... lebih berat.”
Fajar: “Tapi kita belajar jadi manusia beneran. Lelah, lapar, sakit punggung... itu semua nyata.”
Rai menatap jauh. “Kalau bisa syuting drama tentang ini, judulnya: ‘Luka Batin dan Lecet Fisik: Catatan Tiga Mantan Vampir.’”
Kembali ke Panggung
---
Reuni di Kantor Manajemen
Shin dan Jenni menunggu di ruang meeting, Rai, Vidi, dan Fajar baru masuk dengan seragam casual tapi aura berbeda.
Shin:
“Gila, kalian kelihatan kayak… versi upgrade! Lebih dewasa, lebih berani.”
Rai (tersenyum tipis):
“Kalau aku bilang 18 bulan itu bikin kita kaya reboot film lama, gimana?”
Jenni:
“Reboot? Jangan sampai endingnya jelek, ya.”
Vidi (sambil cekikikan):
“Nah, makanya kita nggak mau kayak sekuel gagal. Ini comeback keren!”
Fajar:
“Tapi serius, kita udah nggak segalau dulu. Siap buat kerja keras—tapi kali ini bukan buat bertahan hidup, tapi buat jadi bintang sejati.”
---
Setelah pulang wamil, Rai dan Vidi dapat tawaran main film perang
Syuting Film Perang
Lokasi syuting berupa hutan, penuh kabut, kamera dan kru sibuk. Rai berdiri tegap sebagai kapten pasukan.
Sutradara:
“Action!”
Rai berlari melewati pepohonan, wajah penuh fokus tapi juga menunjukkan beban berat seorang komandan. Vidi di belakangnya, berperan sebagai prajurit muda yang penuh semangat tapi takut.
Vidi (dialog):
“Kami... kami akan bertahan, Pak! Demi rumah dan keluarga!”
Rai menoleh, ekspresi lembut tapi tegas.
Rai:
“Kita bertahan bersama. Jangan biarkan ketakutan mengalahkan kita.”
Setelah take, Rai duduk di tanah, menarik napas panjang.
Fajar (datang sambil bawa minuman):
“ini air putih asli, bukan darah. Minum.”
Rai (tertawa kecil):
“Thanks, tentara sejati.”
---
Konflik Baru — Kecemburuan dan Gosip
Suatu hari di lokasi syuting, muncul gosip bahwa Rai sering terlihat ngobrol dekat dengan aktris pendatang baru, Lila.
Reporter (mendekati Vidi):
“Vidi, ada kabar Rai mulai dekat sama Lila, gimana respons kamu?”
Vidi (tersenyum kaku):
“Kita di sini profesional. Fokus ke syuting, bukan gosip.”
Di belakang layar, Vidi merasa sedikit cemburu tapi berusaha menyembunyikannya.
---
Konfrontasi di Lokasi Syuting
Vidi menemui Rai secara pribadi di sela istirahat.
Vidi:
“ada gosip tentang kamu dan Lila. Gue nggak mau ribut, tapi gue juga nggak nyaman.”
Rai:
“Vidi, kita profesional. Lila itu teman kerja, nggak lebih.”
Vidi:
“Tapi gue ngerti perasaan gue. Kita udah sama-sama melalui banyak hal... Jangan sampai hubungan kerja jadi rumit.”
Rai (menepuk bahu Vidi):
“Tenang, gue juga nggak mau ngulang drama lama. Kita tetap solid.”
---
Kesadaran dan Penyelesaian
Di malam hari, mereka bertiga duduk santai di ruang tunggu.
Fajar:
“Kita udah nggak kayak dulu. Kita udah lebih dewasa. Drama itu pasti ada, tapi kita yang atur endingnya.”
Vidi:
“Betul. Aku cuma mau kita tetep fokus sama tujuan: sukses dan jaga persahabatan.”
Rai:
“Kita pernah bertahan dari kegelapan, sekarang kita harus bertahan dari spotlight.”
Semua tersenyum dan angkat botol soju.
(Minum untuk pertama kalinya)