Kadang aku bangun pagi dengan semangat kayak mau ikut lomba masak bareng Chef Juna.
Tapi dua jam kemudian, aku rebahan sambil mikir:
“Aku siapa? Kenapa hidup begini amat?”
Lucunya, itu terjadi hampir setiap hari.
Mood aku bisa berubah lebih cepat daripada sinyal Wi-Fi di kamar kos yang kamarnya paling pojok.
Dan lucu lainnya, aku yang sering dibilang “dewasa” ini… kadang nggak ngerti-ngerti amat sama diri sendiri.
Aku pernah punya fase “kayaknya aku orang yang extrovert deh”, karena tiap nongkrong ramean aku bisa pecah ketawa duluan. Tapi besoknya, pas diajak kumpul lagi, aku malah ngumpet di kamar pura-pura tidur sambil mikir,
“Ngomong sama manusia tuh butuh energi juga, ya?”
Lalu ada masa aku mikir,
“Oke, mungkin aku introvert aja.”
Tapi pas lagi ngopi sendiri di kafe, aku malah ngerasa kesepian, lihat orang lain ngobrol rame sambil ketawa-ketiwi.
Akhirnya mikir lagi,
“Eh, jangan-jangan aku ambivert? Atau... jangan-jangan aku cuma lapar?”
Dan ini nggak cuma soal kepribadian.
Soal hobi pun begitu.
Kadang aku ngerasa jadi orang yang suka baca.
Beli buku 4 biji, fotoin, update story:
“Weekend vibes 🍂📚”
Lalu buku itu jadi dekorasi meja selama 7 bulan.
Kalah sama remote TV dan charger HP.
Kadang aku mikir,
“Aku ini maunya apa, sih?”
Mau sukses? Ya mau.
Mau santai aja? Ya juga mau.
Mau kerja keras? Semangat!
Tapi mau rebahan juga sih enak…
Sampai-sampai kadang aku bingung sendiri kenapa kepala ini bisa berisik banget kayak radio tua.
Banyak suara. Banyak mau. Tapi yang jalan malah kaki ke arah kulkas.
Pernah suatu malam, aku nulis di notes HP:
“Mulai besok aku harus bangun jam 6, olahraga 30 menit, journaling, sarapan sehat, dan meditasi.”
Hasilnya?
Besoknya aku bangun jam 9, scroll TikTok 2 jam, sarapan mi instan, dan meditasi cuma karena kelamaan bengong sambil ngunyah.
“Ya Tuhan, aku ini siapa sebenernya?”
“Kenapa aku susah banget konsisten?”
“Kenapa aku pengen semua hal tapi malah nggak gerak?”
Ada masa aku mikir aku bener-bener gak normal.
Tapi setelah ngobrol sama beberapa teman, ternyata...
aku nggak sendirian.
Ternyata banyak juga orang yang tiap malam mikir pengen berubah, tapi pagi-paginya tetep bangun dengan ide:
“Nanti aja deh, mulai Senin.”
Dan Senin itu pun... datang seperti mantan yang cuma numpang lewat. Nggak bawa apa-apa.
Ternyata wajar, loh, kalau kita nggak selalu ngerti diri sendiri.
Soalnya, kita ini tumbuh.
Dulu waktu kecil aku suka banget sama Power Rangers. Sekarang aku suka diam sendirian sambil mikir:
“Kalau aku jadi warna hitam, hidupku bakal se-misterius itu nggak, ya?”
Dulu aku pengen jadi arsitek.
Terus SMA ambil IPA.
Lulus, masuk jurusan komunikasi.
Kerja? Jadi admin.
Passion? Nggak tau.
Tapi bisa edit Excel.
Dan sekarang? Aku nulis ini sambil mikir,
“Apa hidup aku kayak sinetron tanpa skrip?”
Kenapa sih, kita sering ngerasa harus selalu paham sama diri sendiri?
Padahal, hidup itu bukan soal “mengerti segalanya” sekarang juga.
Kadang kita cuma butuh berteman dulu sama diri kita yang sekarang.
Iya, yang sekarang.
Yang nggak konsisten.
Yang gampang ngantuk.
Yang suka semangat dua jam, terus tumbang lima jam.
Yang sering nggak yakin sama keputusan sendiri.
Yang kadang sok kuat, padahal dalamnya lembek kayak tahu bulat.
Ada satu momen refleksi yang paling aku inget.
Aku lagi duduk di halte, habis ditolak kerja.
CV udah dikirim ke mana-mana, tapi hasilnya nihil.
Aku ngerasa gagal.
Nggak berguna.
Dan aku tulis di jurnal kecil yang selalu aku bawa:
“Aku nggak tahu aku ini siapa. Tapi kayaknya aku cuma pengen dimengerti. Sama diriku sendiri dulu, deh.”
Dan malam itu, untuk pertama kalinya…
aku nggak marah sama diri sendiri.
Nggak maksa buat ngerti semuanya.
Aku cuma bilang,
“Ya udah, nggak papa. Kita bingung bareng-bareng, ya?”
Ternyata, jadi dewasa itu bukan berarti harus punya semua jawaban.
Tapi berani jujur kalau kita lagi nggak tahu.
Berani duduk bareng rasa bingung dan nggak buru-buru ngusir dia.
Karena kadang, dengan pelan-pelan,
kita justru ngerti diri sendiri lewat hal-hal sederhana:
1. Lewat lagu yang bikin kita nangis tanpa alasan.
2. Lewat makanan favorit yang selalu jadi pelipur lara.
3. Lewat film yang kita ulang berkali-kali karena rasanya kayak rumah.
4. Lewat cara kita nolak ajakan hangout, dan lebih memilih istirahat.
5. Lewat tawa kita sendiri yang muncul tiba-tiba waktu sendirian.
Jadi sekarang, aku belajar buat nggak ngegasin diri sendiri terus.
Aku belajar bilang:
“Kalau hari ini bingung, nggak apa-apa.”
“Kalau belum nemu tujuan hidup, ya nggak harus buru-buru.”
“Kalau kamu lagi males, ya jangan langsung dihukum.”
“Kalau kamu sedih tapi nggak tau kenapa, ya peluk diri sendiri aja dulu.”
Karena ternyata…
diri kita tuh bukan teka-teki yang harus buru-buru diselesaikan.
Tapi lebih kayak lagu—perlu waktu buat dinikmati, dipahami, dan dimaknai.
Sekarang, aku masih sering bingung.
Masih suka overthinking.
Masih ada hari-hari di mana aku ngerasa “aneh” sendiri.
Tapi perbedaannya,
aku udah nggak memusuhi kebingunganku.
Aku malah sering ngobrol sama diri sendiri.
Beneran. Kayak:
“Eh, hari ini kamu pengen ngapain?”
“Kenapa sih kamu kesel tadi?”
“Kamu butuh pelukan, atau cukup martabak manis?”
Dan ternyata...
ngobrol sama diri sendiri tuh menenangkan.
Karena jujur aja, hidup ini udah cukup ribet tanpa harus terus-menerus bikin dirimu sendiri jadi musuh.
Kalau orang lain nggak ngerti kamu, itu wajar.
Tapi kalau kamu sendiri terus marah karena belum ngerti dirimu…
wah, bisa-bisa kamu makin capek.
Jadi, kalau kamu sekarang lagi di fase aneh:
bingung, nggak tahu maunya apa,
terlalu banyak suara di kepala,
dan kadang ngerasa kayak...
“Aku tuh siapa, sih sebenernya?”
Tenang.
Kamu bukan satu-satunya.
Dan kamu nggak salah.
Kadang, justru saat kita nggak ngerti diri kita, di situ kita belajar mengenalnya lebih dalam.
Pelan-pelan.
Satu hari satu langkah.
Kayak kenalan sama orang baru, tapi orang itu… adalah kamu sendiri.
Hidup bukan kuis cepat-cepat harus ada jawabannya.
Hidup itu proses.
Kadang bingung, kadang nemu arah, terus hilang lagi…
ya emang gitu.
Yang penting, kamu masih di sini.
Masih bernapas.
Masih coba lagi.
Masih mau nyari tahu tentang kamu versi yang terbaik, walau sekarang rasanya masih blur kayak kamera murah di malam hari.
Dan ingat, kamu nggak harus paham semuanya sekarang.
Cukup temani dirimu sendiri,
kayak sahabat yang nggak selalu tahu solusi,
tapi selalu siap dengerin.
Karena mungkin...
jadi diri sendiri itu memang capek.
Tapi bisa ketawa bareng diri sendiri di tengah kebingungan...
itu lucu juga, ya?