Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
MENU
About Us  

Hari itu aku duduk diam di warung pecel lele.
Depan piring isinya cuma nasi dan sambel, lele-nya belum datang. Tapi sepertinya bukan itu yang bikin aku murung.
Aku bengong sambil ngaduk-ngaduk nasi pakai sendok.
Dari samping, temanku nanya dengan suara pelan:

“Kamu kenapa?”               

Dan jujur aja… aku nggak tahu harus jawab apa.

Pertanyaan “kamu kenapa?” itu sebenernya sederhana.
Cuma dua kata. Tapi bisa bikin jantung deg-degan dan kepala makin muter.
Karena kadang, bukan karena aku nggak mau jawab...
tapi karena aku sendiri nggak ngerti kenapa aku begini.

Aku nggak marah. Nggak sedih banget juga.
Cuma… kosong.
Kayak lemari es yang lampunya masih nyala tapi isinya cuma kecap.

Anehnya, semakin sering ditanya,

“Kamu kenapa?”
aku malah makin merasa bersalah.

“Apa aku terlalu cengeng?”
“Apa aku lebay ya?”
“Kenapa aku bisa begini cuma karena hal sepele?”
“Apa aku bikin suasana jadi nggak enak?”

Padahal mereka cuma peduli.
Tapi kadang kepedulian juga bisa terasa seperti spotlight yang menyinari semua kekosongan yang bahkan aku sendiri belum paham.

Aku pernah coba ngejelasin:

“Aku nggak tahu kenapa. Aku cuma ngerasa aneh aja.”
Dan mereka jawab:
“Coba ceritain aja, nanti kita bantu cari solusinya.”

Nah, itu dia masalahnya.
Aku nggak butuh solusi. Aku bahkan nggak tahu apa masalahnya.
Yang aku butuh saat itu... mungkin cuma duduk bareng.
Diem.
Nggak usah ditanya,
nggak usah disuruh cerita,
cukup nemenin.
Kayak nonton film bareng, tapi TV-nya mati.

Aku punya hari-hari kayak gitu.
Hari di mana semuanya kayak abu-abu.
Bukan hitam. Bukan putih. Tapi… ngambang.

Nggak ada tragedi.
Nggak ada konflik besar.
Tapi juga nggak ada semangat.

Cuma… hidup. Tapi rasanya kayak nonton sinetron 500 episode yang isinya adegan orang pingsan dan kamera muter-muter.

Dan anehnya, hari-hari kayak gini tuh bisa datang kapan aja.

Bisa waktu lagi jalan-jalan di mall.

Bisa pas lagi ngobrol bareng teman-teman.

Bahkan bisa muncul saat aku baru ketawa ngakak lima menit lalu.

Kayak lagi duduk di kursi roller coaster yang awalnya seru, terus tiba-tiba nyungsep tanpa aba-aba.

Tapi dari semua itu, yang paling bikin capek adalah berpura-pura nggak kenapa-kenapa.

“Aku oke kok.”
“Nggak apa-apa.”
“Cuma ngantuk aja.”
“Capek dikit.”
“Lagi PMS, biasa…”

Semua kalimat itu jadi semacam sabun cuci piring buat membersihkan perasaan.
Tapi sayangnya, kadang perasaan bukan piring.
Bukan sesuatu yang bisa disabunin lalu beres.

Aku pernah coba jujur,
bilang aku lagi nggak baik-baik aja.

Tapi ada yang jawab:

“Kamu mikirin apa sih? Hidupmu mah enak.”
“Kamu mah masih muda, jangan overthinking lah.”
“Udah, banyak-banyakin bersyukur aja.”

Dan aku tahu maksud mereka baik.
Tapi tetap saja, itu membuat aku berpikir:

“Oh… berarti aku emang nggak pantas ngerasa begini.”
“Berarti aku salah, ya?”

Lalu aku kembali diam.
Kembali menjawab semua “Kamu kenapa?” dengan…

“Nggak apa-apa, kok.”

Padahal dalam hati aku teriak:

“Aku juga pengen tahu kenapa! Tolong!”

Dari situ aku belajar,
kadang bukan solusi yang aku butuhkan.
Tapi tempat yang aman buat ngerasa aneh tanpa dihakimi.

Tempat di mana aku bisa bilang:

“Aku lagi nggak tahu kenapa aku kayak gini.”
dan orang di seberang cuma jawab:
“Iya, nggak apa-apa. Aku temenin.”

Tempat seperti itu… langka.
Tapi saat kamu nemu, rasanya kayak nemu charger di saat baterai tinggal 1%.
Bukan buat ngeluarin kamu dari lubang. Tapi cukup buat kamu bisa napas sebentar.

Aku pelan-pelan juga mulai belajar untuk jadi tempat itu.
Buat diriku sendiri.
Aku belajar untuk nggak maksa ngerti perasaan yang belum sempat diproses.
Belajar duduk bareng rasa aneh itu, kayak:

“Hai, perasaan aneh. Aku nggak ngerti kamu. Tapi aku nggak akan usir kamu. Kita duduk bareng aja dulu, ya?”

Dan ajaibnya…
kadang setelah aku berhenti bertanya-tanya kenapa,
perasaan itu pelan-pelan mereda.
Nggak langsung hilang. Tapi kayak air yang tadinya bergelombang… mulai tenang.

Hari itu, setelah ditanya “kamu kenapa?” dan aku cuma jawab:

“Aku nggak tahu…”
temanku cuma diem.
Nggak maksa nanya lagi.
Dia pesenin aku teh manis,
dan bilang pelan:
“Ya udah. Kamu minum ini dulu aja. Kita ngobrolin hal random, yuk.”

Lalu kami ngobrolin film lama, meme lucu, dan kenangan waktu SMP yang nggak penting tapi bikin ketawa.

Dan tahu nggak?
Setelah ngobrol itu, aku masih nggak tahu kenapa aku tadi sedih.
Tapi setidaknya…
aku nggak sendirian.

Jadi kalau kamu lagi ngalamin fase kayak gitu…
yang ditanya “kenapa” aja kamu bingung jawabnya,
tolong jangan marah ke dirimu sendiri.

Perasaanmu valid.
Meski kamu belum tahu namanya.
Meski kamu belum bisa ngejelasin.
Meski kamu cuma bisa duduk bengong dan mikir,
“Aku kenapa sih?”

Itu wajar.
Kamu manusia.
Bukan Google Form yang harus selalu ada pilihan jawaban.

Dan kalau kamu punya teman yang lagi kayak gitu,
yang jawabannya selalu,

“Nggak tahu, aku juga bingung…”

tolong jangan buru-buru kasih solusi.
Jangan bilang,

“Ah, kamu mah drama.”
“Makanya ibadahnya diperbaiki.”
“Kamu kurang piknik tuh.”

Kadang cukup bilang,

“Oke, aku di sini ya. Kalau kamu butuh diem bareng, aku bisa.”

Karena sering kali, kehadiran jauh lebih menyembuhkan daripada nasihat.

Sekarang, aku masih kadang ditanya:

“Kamu kenapa?”

Dan meski aku belum selalu bisa jawab…
aku udah nggak panik lagi.

Aku cuma senyum dan bilang:

“Aku nggak tahu. Tapi kayaknya aku bakal baik-baik aja.”

Lalu aku duduk, minum teh, dan kasih ruang buat perasaan-perasaanku lewat.
Kayak angkot:
mereka datang, berhenti sebentar, terus jalan lagi.
Dan aku?
Tetap di sini.
Menunggu rasa yang berikutnya.
Dan semoga...
aku makin bisa mengerti diriku sendiri. Sedikit demi sedikit.

Karena terkadang, memahami diri sendiri bukan soal seberapa cepat kamu menemukan jawabannya...
tapi seberapa sabar kamu mau menemani dirimu, bahkan saat jawabannya belum datang.

Dan mungkin,
jadi diri sendiri itu memang capek.
Tapi kalau kamu bisa jadi tempat aman untuk dirimu sendiri...
itu keren banget, loh.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Fragmen Tanpa Titik
69      63     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...
Diary of Rana
303      253     1     
Fan Fiction
“Broken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...
Bimasakti dan Antariksa
228      178     0     
Romance
Romance Comedy Story Antariksa Aira Crysan Banyak yang bilang 'Witing Tresno Jalaran Soko Kulino'. Cinta tumbuh karena terbiasa. Boro terbiasa yang ada malah apes. Punya rekan kerja yang hobinya ngegombal dan enggak pernah serius. Ditambah orang itu adalah 'MANTAN PACAR PURA-PURANYA' pas kuliah dulu. "Kamu jauh-jauh dari saya!" Bimasakti Airlangga Raditya Banyak yang bila...
Perjalanan Tanpa Peta
80      75     1     
Inspirational
Abayomi, aktif di sosial media dengan kata-kata mutiaranya dan memiliki cukup banyak penggemar. Setelah lulus sekolah, Abayomi tak mampu menentukan pilihan hidupnya, dia kehilangan arah. Hingga sebuah event menggiurkan, berlalu lalang di sosial medianya. Abayomi tertarik dan pergi ke luar kota untuk mengikutinya. Akan tetapi, ekspektasinya tak mampu menampung realita. Ada berbagai macam k...
RUANGKASA
53      48     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
CERITA MERAH UNTUK BIDADARIKU NAN HIJAU
158      141     1     
Inspirational
Aina Awa Seorang Gadis Muda yang Cantik dan Ceria, Beberapa saat lagi ia akan Lulus SMA. Kehidupannya sangat sempurna dengan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Sampai Sebuah Buku membuka tabir masa lalu yang membuatnya terseret dalam arus pencarian jati diri. Akankah Aina menemukan berhasil kebenarannya ? Akankah hidup Aina akan sama seperti sebelum cerita merah itu menghancurkannya?
Tumbuh Layu
698      433     4     
Romance
Hidup tak selalu memberi apa yang kita pinta, tapi seringkali memberikan apa yang kita butuhkan untuk tumbuh. Ray telah pergi. Bukan karena cinta yang memudar, tapi karena beban yang harus ia pikul jauh lebih besar dari kebahagiaannya sendiri. Kiran berdiri di ambang kesendirian, namun tidak lagi sebagai gadis yang dulu takut gagal. Ia berdiri sebagai perempuan yang telah mengenal luka, namun ...
Finding My Way
1363      845     3     
Inspirational
Medina benci Mama! Padahal Mama tunawicara, tapi sikapnya yang otoriter seolah mampu menghancurkan dunia. Mama juga membuat Papa pergi, menjadikan rumah tidak lagi pantas disebut tempat berpulang melainkan neraka. Belum lagi aturan-aturan konyol yang Mama terapkan, entah apa ada yang lebih buruk darinya. Benarkah demikian?
Kembali ke diri kakak yang dulu
1995      1191     10     
Fantasy
Naln adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam penderitaan dan penolakan. Sejak kecil, ia dijauhi oleh ibunya sendiri dan penduduk desa karena sebuah retakan hitam di keningnya tanda misterius yang dianggap pertanda keburukan. Hanya sang adik, Lenard, dan sang paman yang memperlakukannya dengan kasih dan kehangatan. Ini menceritakan tentang dua saudara yang hidup di dunia penuh misteri. ...
Akselerasi, Katanya
631      358     4     
Short Story
Kelas akselerasi, katanya. Tapi kelakuannya—duh, ampun!