Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kertas Remuk
MENU
About Us  

Aku melihat gadis kecil berkuncir dua dari kejauhan. Pada sudut lusuh pasar yang becek. Ditengah panas gahar matahari yang menyinari hari itu. Bocah kelas lima SD yang melepas seragam sekolahnya dan menyisakan kaus lusuh berwarna cokelat pudar dengan sedikit corak luntur pada lengannya. Dia juga melepaskan rok merah seragam SD nya dan terganti dengan celana kebesaran yang tampak seperti jersey bola milik bapaknya. Bocah itu berdiri di bawah payung kaki lima yag terbentang. Menjajakan kangkung yang ditanam oleh bapaknya. 

Aku tersenyum getir menatap bocah berkulit kusam itu. Matanya yang berbinar saat melayani pelanggan yang menghampiri tenda kecilnya. Dia tersenyum manis melepas pelanggan yang tadi menghampiri, hanya datang lalu melihat-lihat dan membolak-balok sayur yang terikat tali, tapi berakhir pergi dengan alasan hanya ingin melihat saja. Iba? Tentu saja, tapi lihatlah bocah itu hanya tersenyum dengan harapan akan ada pelanggan lainnya yang ingin membeli kangkung segar yang ditanam bapaknya itu. 

Dia ternyata hebat, dia anak hebat. Dia anak membanggakan.

"Ta, udah? Ayo pulang." Senyumku memudar bersama dengan hilangnya gadis kecil beserta dagangannya.

Menghilang dalam artian sesungguhnya, karena gadis kecil itu hanya tergambar dalam benakku saat menapak tilas ingatan beberapa tahun lalu. Bocah itu bernama Tata, dan Tata adalah aku. Aku menapaki kembali pasar lama yang dulu menjadi tempat persinggahanku sepulang sekolah untuk membantu bapak menjualkan sayur yang ditanamnya.

Namaku Tata, dan bapak pernah berbicara padaku bahwa aku harus menjadi seorang pejuang yang tangguh dan menjadi anak yang membanggakan. Dan hari itu aku bertanya, seperti apa kata membanggakan bagi bapak? Harus bagaimana aku bisa membanggakan bapak?

"Tidak pernah putus asa dan senatiasa bersemangat. Dan Tata harus punya itu. Semangat yang menggebu-gebu. Jangan menyerah nak, bapak tidak pernah meminta kamu harus jadi apa harus bisa apa, karena apapun yang telah Tata capai akan menjadi kebanggaan bagi bapak dan juga mamak. Dan bapak akan sangat bangga jika Tata tidak pernah berputus asa, jeda sebentar boleh tapi jangan pernah terpuruk dengan keadaan."

Hari ini, detik ini juga aku tersenyum menatap Tata kecil yang masih bersusah payah menggapai kebanggaannya. Aku hanya ingin merangkul Tata cilik itu sembari mengatakan bahwa perjuangan kita tidak sia-sia. Meski dengan sedikit pemahaman yang berbeda. Aku tahu cerita Tata cilik itu, lantas kalian? Maka aku disini untuk menceritakan kisah Tata yang penuh misteri dan lika-liku perjalanan yang tidak mudah dijalaninya.

***

Ini hari Minggu, tepatnya hari Minggu saat usiaku genap sepuluh tahun. Aku menghabiskan waktu mengembara bersama anak desa lainnya. Berpetualang mendaki bukit kecil di belakang masjid raya. Kami menyebutnya bukcil atau bukit cilik, yang mana menjadi tempat yang sering kami jelajahi. Beberapa penduduk desa ada yang mengembala kambing maupun sapinya pada bukit ini. Umumnya akan terlihat seperti padang rumput karena banyak lahan berumput ilalang setinggi betis.

Ada satu tempat yang menjadi lokasi favorit kami, yaitu sumber mata air yang sudah menggenang seperti danau indah yang jernih airnya dan bahkan memperlihatkan bebatuan dasarnya. Teman-temanku sering bermain pada sumber mata air ini, bahkan hampir setiap hari. Tapi aku tidak, aku harus sekolah dan membantu bapak mamak di pasar.

Ya, aku berbeda dari teman-temanku. Aku sekolah, sedangkan mereka tidak. Mereka putus sekolah, bahkan ada yang sejak awaal tidak pernah disekolahkan sama sekali. Dikampung kami, sekolah adalah hal yang sangat mustahil bagi penduduk dari kelas ekonemi menengah kebawah. Bagi mereka, sekolah itu tidaklah berguna. Karena pada akhirnya mereka akan menjadi petani juga. Hanya mereka yang dari kalangan atas yang mampu dan berpikiran untuk menyekolahkan putra dan putri nya. 

Lantas aku? Apakah aku adalah penduduk dari kalangan atas? Tentu tidak, aku hanya anak petani kangkung yang kebetulan lahir dan dibesarkan oleh orang kalangan bawah yang berpikiran bahwa sekolah itu sebuah keharusan. Anak-anaknya harus lebih pintar dan berhasil dari pada mereka. Orang tua yang punya impian putra-putrinya harus bersekolah tinggi dan menjadi anak yang membanggakan.

Kembali lagi pada danau yang airnya jernih bak kaca yang dapat memantulkan cahaya itu, kami berenang dan saling mencipratkan air satu sama lain yang menghasilkan kecipak air nan berisik. Kami bermain, saling menyiram, berlomba-lomba menahan napas dan saling bercanda ria. Terus berendam hingga bibir membiru dan badan menggigil kedinginan. Matahari pun telah bergeser hendak menuju peraduan, menelan diri dalam selimut awan. 

Diantara cahaya senja yang perlahan menguning keemasan itu, kami berlari menuruni bukit yang tidak terjal. Incut, salah satu temanku berteriak sebal, kakinya disandung akar pohon dan terjatuh. Dia menjerit bukan karena kesakitan, namun karena saat dia terjatuh tangannya tepat mengenai benda busuk berwarna hijau tua yang masih basah. Hahaha, lihatlah ia terkena kotoran sapi. Galih yang saat itu sedang mengunyah rambutan tertawa terpingkal-pingkal hingga tersedak daging rambutan yang dikunyahnya, begitu pula Sari dan teman-temanku yang lainnya.

Begitulah kami, kesederhanaan yang membuat kami tersenyum dan tertawa bersama. Saling menertawakan satu sama lain dan menghibur diri. Begitulah kami, anak-anak kecil yang belum mengetahui bagaimana kerasnya kehidupan sebernarnya yang sudah menanti. Kami terlalu sibuk bercanda ria, hingga tak terasa kaki ini telah mencapai batas perdesaan dan berpencar satu sama lain menuju rumah masing-masing. 

Surau berpondasi papan dan beratap daun rumbia anyam tempatku mengaji sudah menyetel pengeras suara memberikan tanda-tanda waktu maghrib hamppir tiba. Aku mempercepat langkah menuju rumah yang sudah di depan mata. Semakin dekat aku semakin heran, ada alas kaki yang tidak ku kenal di sana. Motor bebek milik bapak sudah terparkir di depan rumah, jadi aku berpikir bahwa itu adalah tamu bapak. Namun suara perbincangan yang sedikit keras dari dalam sana membuat langkahku terhenti.

"Kau dan bini mu itu tak berharta, apa lagi yang akan kau pertahankan Wan?"

"Haa? Tak bisa lagi kau mengelak Wan! Tidak usahlah kau terlalu berharap tinggi, lihatlah anak-anak desa ini, tidak ada yang terlalu dikekang oleh orang tuanya. Kau terlalu naif Wan," ucap seorang pria yang menjadi lawan bicara bapak. 

Aku terus dian di depan rumah, menanti suara bapak menyahuti perkataan itu. Aku tebak, sosok yang sedang bicara dengan bapak adalah orang yang mempermasalahkan aku dan saaudaraku yang bersekolah sedangkan kami hanya rakyat tak berpunya. Aku saat itu mungkin masih terlalu belia untuk paham permasalahan yang sedang terjadi, namun rasaanya bibirku tak sanggup untuk tetap berdiam saja.

"Sudahlah bang, jika bukan aku yang mengubah nasibku lantas bagaimana anak-anakku nanti bang. Biar saja mereka sekolah supaya tidak bodoh seperti bapaknya. Aku bukannya terlalu naif, tapi apa salahnya mereka sekolah? Toh sekolah pun tidak berbayar,"

"Wan, kami tau sekolah negeri memang tidak berbayar. Tapi kami bermaksud baik ingin meringankan bebanmu dan juga Riam, biarkan kami mengasuhnya. Dia akan mendapat tempat yang lebih layak, tak usah sekolah lagi. Dia sudah cukup umur untuk me--,"  Itu suara wanita, ternyata bapak juga menerima tamu wanita di dalam sana. Aku semakin bingung dan bertanya-tanya, apa sebenarnya niat mereka.

"Kak! Kalian membungkus semua kalimat sesungguhnya dengan bahasa indah, terima kasih atas tawarannya. Tapi tidak, aku tidak memberi izin anakku kalian bawa pergi. Tidakkah kalian mendengar suara panggilan tuhan dari pengeras surau? Apa kalian tidak ingin pergi sekarang? Tak elok rupanya bertamu senja-senja ini." Itu suara mamak, mamak memotong perkataan wanita tadi.

Aku gegas bersembunyi, takut ketahuan menguping pembicaraan. Tapi ternyata aku salah tangkah, justru gerakanku menjadi perhatian orang-orang dewasa di dalam sana. Seorang pria berkumis tebal melongok dari dalam rumah. Aku tidak mengenalinya, dan seketika suara perbincangan di dalam sana terhenti, mamak berjalan menghampiriku dan menyuruh masuk segera.

Aku tetap terdiam dan menatap waajah mamak yang sembab barang sejenak. Sialan, siapa yang berani membuat mamak bersedih?

"Ayo masuk dan berkenalan dengan paman," bujuk mamak sedikit berbisik padaku.

"Halo anak manis! Namanya siapa sayang?" Seorang wanita yang tampak lebih tua sedikit dari mamak menyapaku, aku menatapnya sedikit berpura-pura tidak paham pembicaran mereka sebelum kedatanganku.

"Halo, namaku Tata." Aku menjawab dengan sedikit senyum tidak nyaman

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
H : HATI SEMUA MAKHLUK MILIK ALLAH
40      38     0     
Romance
Rasa suka dan cinta adalah fitrah setiap manusia.Perasaan itu tidak salah.namun,ia akan salah jika kau biarkan rasa itu tumbuh sesukanya dan memetiknya sebelum kuncupnya mekar. Jadi,pesanku adalah kubur saja rasa itu dalam-dalam.Biarkan hanya Kau dan Allah yang tau.Maka,Kau akan temukan betapa indah skenario Allah.Perasaan yang Kau simpan itu bisa jadi telah merekah indah saat sabarmu Kau luaska...
Pasal 17: Tentang Kita
145      65     1     
Mystery
Kadang, yang membuat manusia kehilangan arah bukanlah lingkungan, melainkan pertanyaan yang tidak terjawab sebagai alasan bertindak. Dan fase itu dimulai saat memasuki usia remaja, fase penuh pembangkangan menuju kedewasaan. Sama seperti Lian, dalam perjalanannya ia menyadari bahwa jawaban tak selalu datang dari orang lain. Lalu apa yang membuatnya bertahan? Lian, remaja mantan narapidana....
May I be Happy?
810      458     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
Imajinasi si Anak Tengah
2878      1537     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...
Menanti Kepulangan
60      56     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...
Unexpectedly Survived
137      119     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
SABTU
3418      1354     10     
True Story
Anak perempuan yang tumbuh dewasa tanpa ayah dan telah melalui perjalanan hidup penuh lika - liku, depresi , putus asa. Tercatat sebagai ahli waris cucu orang kaya tetapi tidak merasakan kekayaan tersebut. Harus kerja keras sendiri untuk mewujudkan apa yang di inginkan. Menemukan jodohnya dengan cara yang bisa dibilang unik yang menjadikan dia semangat dan optimis untuk terus melanjutkan hidupn...
Kainga
1616      909     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
Broken Home
37      35     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
My Private Driver Is My Ex
538      373     10     
Romance
Neyra Amelia Dirgantara adalah seorang gadis cantik dengan mata Belo dan rambut pendek sebahu, serta paras cantiknya bak boneka jepang. Neyra adalah siswi pintar di kelas 12 IPA 1 dengan julukan si wanita bermulut pedas. Wanita yang seperti singa betina itu dulunya adalah mantan Bagas yaitu ketua geng motor God riders, berandal-berandal yang paling sadis pada geng lawannya. Setelahnya neyra di...