Tidak menyangka bahwa akan berada di titik ini.
***
Danny menerima makanan dari Adnan, setelah itu dengan tali selimut yang masih melekat Adnan naik keatas tempat dimana Danny berada.
"Gapapa nih kak," ucap Danny tidak enak.
"Gapapa kok, tenang aja. Sekarang Danny lebih baik makan, kakak temani oke," balas Adnan.
"Oke kak."
Danny membuka kotak bekal yang di bawa Adnan dan tampaknya Danny senang karena dapat perhatian dari sahabat sekaligus kakak tingkat yang melebihi kakak kanungnya. tekadang Danny berpikir bahwa kakakya itu adalah Adnan bukan kakaknya sekarang.
"Kok malah nangis, bukannya makan," tegur Adnan.
Danny secara tidak sadar matanya berlinangan air mata, ia segera menyeka butiran itu.
"Apaan sih kak," heran Danny
"Lanjut gih makannya," kata Adnan.
"Iya iya nih di lanjut makannya."
Danny melahap kembali makannya hingga habis tidak tertisa, dan Adnan senang karena Danny menghabiskan makanannya.
"Habis ya kak makanannya," ucap Danny.
"Iya-iya, sekarang kakak pulang oke," pamit Adnan.
"Lho kok pulang?" tanya Danny kaget.
"Tengok jam."
Danny menengok kerah jam yang di tunjukan oleh Adnan, dimana Danny bisa melihat jam yang menunjukan masih terlalu malam.
"Bentar lagi kakak lo balik?" jawab Adnan.
"Ya udah kalo gitu."
Dengan pasrah Danny membiarkan Adnan pergi, daripada dirinya kena omel kakaknya karena berteman dengan sosok yang dianggap hama atau benalu untuk orang kaya. Jadi lebih baik Adnan dan Danny mencari jalan yang aman.
"Hati-hati kak," ucap Adnan.
"Jaga diri lo ya." Begitpun dengan Adnan menasihati Danny.
Adnan kembali ke tempat dirinya tadi naik ke kamar Danny, beberapa menit kepergian Adnan. Sosok kakak Danny ada disana baru pulang dari kegiatan yang tidak pernah Danny ketahui.
Danny duduk manis di kamar dan membersihkan kamar bekas tadi makan, agar tidak di curigai oleh kakaknya.
***
Di tempat berbeda, Rafi pulang ke rumah sebelum malam menjelang dan sekarang ia berada di kamar setelah ia membereskan pakaian yang memang belum di simpan ke dalam lemari.
Setelah semuanya beres, bersamaan dengan itu pintu kamarnya terketuk.
"Iya! Tunggu sebentar," ucap Rafi
Pintu terbuka dan memunculkan sosok mama nya.
"Rafi, mama sama papa mau bicara sama kamu. Jadi bisa keluar sebentar?"
Mendengar permintaan itu rapi segera keluar dari kamarnya membiarkan sisa pakaian yang masih ada di dalam koper atau kardus ia mengikuti mamanya dari belakang dan terlihat Papanya menunggu di ruang keluarga.
"Rafi," panggil Papanya.
"Iya Pa."
Sebelum mengeluarkan kata yang lebih banyak Papanya Itu menyodorkan baju seragam sekolahnya.
"Kamu bakal sekolah di SMA ini," kata Papa nya.
Mata Rafi berbinar kala melihat logo dan alamater sekolah ini. Rapi baru mengingatnya ini adalah sekolah yang sama tempat di mana Kakak online-nya—Zayn sekolah.
"Gimana? Kamu setuju?" tanya papa.
Karena saking terkesimanya rapi sampai lupa mengeluarkan sepatah kata ketika papa dan Mamanya menunggu jawabannya.
"Eh. Maaf, Rafi setuju kok."
"Ya sudah. Lebih baik kamu simpan baik-baik seragam sekolah ini dan sekarang lebih baik kamu tidur karena jam udah menunjukkan pukul tengah malam biar pagi berikutnya kembali seger," jelas Papa.
Rafi mengambil seragam itu dan segera pergi ke kamarnya untuk beristirahat tapi sebelum itu dia memeluk kedua orang tuanya itu dan tidak lupa mencium pipi mereka berdua sebagai tanda kasih sayang.
Setelah menerima seragam itu Rafi langsung mendaratkan tubuhnya di atas kasur. Ia tidak menyangka bahwa ia akan sekolah di tempat Kakaknya dulu bersekolah walaupun sekarang kakaknya sudah bekerja dan tidak mungkin bagi dirinya untuk bertemu lagi tapi setidaknya satu sekolah walaupun beda almamater itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi.
Bahkan rasa-rasanya ia tidak bisa tidur sekarang untuk memejamkan matanya saja terasa susah tapi ia mencoba berusaha untuk tidur karena ia tidak mau bergadang hanya karena terlalu antusias.
Hingga beberapa jam kemudian akhirnya Rafi pun tertidur.
Pagi berikutnya datang, ia senang dengan baju yang ia kenakan sekarang baju almamater di mana Kakaknya juga dulu bersekolah. Setelah bersiap-siap akhirnya ia keluar untuk menemui kedua orang tuanya hanya untuk ikut sarapan bersama.
"Pagi, Ma, Pa," sapa Rafi
"Pagi sayang," sapa Papa.
"Gimana sayang, udah siap dengan sekolah baru?" tanya Mama.
"Siap dong, Rafi gak sabar banget!" heboh Rafi.
"Nah gitu dong Papa senang sama semangat kamu, Jadi sebelum memulai hari ini lebih baik kita sarapan dulu."
Mereka mengakhiri percakapan itu dengan sarapan pagi. Walaupun cuma nasi goreng tetapi ini adalah sarapan yang wajib bagi keluarga Rafi sebelum memulai hari, setelah menghabiskan makanannya akhirnya Rafi beserta ayahnya bersiap meninggalkan rumah karena ayahnya yang akan mengantarnya ke sekolah baru anaknya itu.
"Kami pamit ya, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Mobil yang sering dikendarai pun akhirnya meninggalkan rumah dan sepanjang perjalanan Rafi seperti anak kecil yang siap menemui sekolah barunya ia tampak senyam-senyum bahkan membuat Papanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku anak tunggalnya ini.
Tidak butuh waktu lama akhirnya mobil itu sampai di depan gerbang sekolah yang kebetulan banyak siswa-siswi dan guru yang masih berlalu lalang di sana.
"Pulangnya nanti Papa jemput," ucap Papa nya.
"Oke, Rafi tunggu ya, kalo gitu Rafi masuk dulu." Tidak lupa Rafi menyalami Papanya dan mulai masuk ke dalam sekolah itu.
Ekspresi pertama yang ditunjukkan Rafi adalah rasa kagum ternyata ini sekolah yang selama ini ia rindukan sekolah yang adem dan asri dengan pemandangan yang memanjakan mata mudah-mudahan tempat ini menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi dirinya jadi dirinya tidak sia-sia pindah ke sini setelah terlalu nyaman di negeri orang.
Karena rasa kagumnya terlalu lama tanpa sengaja ia menabrak seseorang dan itu membuat lamunannya kembali tersadar.
Akan tetapi ia kembali terkesima ketika seseorang yang menabraknya itu tersenyum kepada Rafisambil meminta maaf. Bahkan orang yang menambahnya itu mulai berjalan meninggalkannya karena sepertinya ia sedang terburu-buru.
Setelah sadar dari lamunannya tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu dan setelah dicek ternyata sebuah kartu pelajar yang ia temukan. Rafi mengambil kartu itu, dan mulai membaca nama yang ada di kartu tersebut.
"Nabila Sri Azizah, nama yang sangat indah. Sepertinya ia tidak menyadari bahwa kartu namanya jatuh, nanti istirahat aku coba cari deh," pikir Rafi.
Bersamaan dengan itu bel tanda masuk pun berbunyi dan segera Rafi mulai mencari kelasnya, akan tetapi ia baru ingat Papanya tidak menjelaskan ia akan masuk di kelas apa? Jadi sebelum itu ia lebih baik mencari di mana ruang guru untuk menanyakan di mana kelasnya. Tidak butuh waktu lama bagi dirinya untuk menemukan ruang guru setelah menemukan tempat itu dia menanyakan ke salah satu guru dan di sana dia diantarkan menuju kelasnya yang di mana ia akan mendapatkan ilmu baru teman baru dan juga pengalaman baru.
Mudah-mudahan ia juga mendapatkan seseorang yang menjadi cinta sejatinya itu.
***