Loading...
Logo TinLit
Read Story - 7°49′S 112°0′E: Titik Nol dari Sebuah Awal yang Besar
MENU
About Us  

Angin berembus pelan, membawa aroma kayu basah dan dupa dari kejauhan. Ketika Araka membuka mata, ia tidak lagi berada di bukit itu.

Ia berdiri di tengah pasar yang hidup—di mana pedagang menawar kain sutra dari India, pemuda-pemuda memikul kendi air, dan suara gamelan terdengar samar dari keraton di kejauhan. Matahari menyorot dari atas, tapi terasa berbeda—seolah waktu sendiri menjadi lebih tua, lebih lambat.

“Selamat datang di Dhaha, pusat Kerajaan Panjalu,” suara ORIGIN terdengar, kali ini lembut dan datar.
“Tahun ini adalah 1135 Masehi. Raja Jayabaya baru saja naik takhta.”

Araka melangkah pelan, terperangah. “Jayabaya? Raja yang bisa melihat masa depan?”

“Benar. Di sinilah ramalan-ramalan yang mengguncang nusantara lahir.
Tapi ada sesuatu yang tidak tercatat dalam sejarah.”

Tiba-tiba, dari gang sempit muncul seseorang—berjubah kelana, matanya tajam, dan tongkat yang nyaris serupa dengan milik Araka di tangannya. Ia menatap Araka sejenak, lalu menyeringai kecil.

“Tak kusangka akan melihat penerus di sini,” ujarnya dalam bahasa Jawa kuno yang secara ajaib bisa Araka pahami.

“Siapa kamu?” tanya Araka, waspada.

“Aku... Mpu Ranubhaya. Penjaga Waktu sebelum kau. Dulu aku adalah penasihat rahasia Sri Jayabaya.”

ORIGIN membisikkan,

“Ia menghilang dari sejarah setelah Pralaya Dhaha—peristiwa yang disembunyikan dari catatan sejarah.”

Ranubhaya memimpin Araka menuju sebuah lorong rahasia di bawah pura tua. Di sana tergambar relief cerita panjang:

Relief itu bercerita:
- Tentang Kerajaan Kahuripan yang pecah menjadi Janggala dan Panjalu (Kediri) setelah Raja Airlangga turun takhta.

- Tentang bagaimana Kediri berkembang pesat dalam perdagangan, kesusastraan, dan militer.

- Dan tentang Raja Jayabaya, yang mempersatukan kembali tanah Jawa dan menjadi simbol kebangkitan.

Namun, di akhir relief, ada sesuatu yang tidak biasa: gambar seorang raja dengan mata menyala, berdiri di hadapan pusaran waktu—dengan tiga artefak mengambang di sekitarnya.

“Jayabaya bukan hanya seorang raja,” ujar Ranubhaya.
“Ia adalah Penglihat Masa. Ia menulis ramalan bukan berdasarkan ilham semata... tapi karena ia pernah melihat masa depan dengan Spiral Helm.”

Araka terdiam. “Jadi... helm itu pernah dipakai oleh dia?”

Ranubhaya mengangguk. “Dan itu hampir menghancurkan tanah Jawa.”
 

“Helm itu adalah awal sekaligus akhir,” kata Ranubhaya, suaranya berat saat ia menyentuh bagian relief yang menggambarkan Spiral Helm—sebuah benda berwarna hitam keemasan yang melingkar, hampir seperti mahkota dewa.

“Jayabaya menemuinya bukan dalam perang... tapi dalam meditasi panjang di Gua Wilis. Ia mengaku mendengar suara-suara dari masa depan, melihat mesin, kapal terbang, dan manusia yang berbicara lewat cahaya.”

Araka mencatat setiap kata. Sejarah yang ia ketahui terasa seperti hanya permukaan dangkal dari samudra yang lebih dalam.

Ranubhaya melanjutkan, “Ia menciptakan ramalan-ramalan yang kelak dikenal luas—termasuk ramalan tentang kedatangan penjajah asing dan sosok ‘Ratu Adil’. Tapi yang tak pernah ditulis adalah satu hal: Jayabaya pernah mencoba mengubah sejarah.”

“Ia ingin menghapus perang saudara antara Kediri dan Janggala sebelum pecah. Tapi ketika ia melangkah terlalu jauh, waktu menolak.”

Pusaran waktu itu, ujar Ranubhaya, hampir menelan kota Dhaha. Dan sejak saat itu, Jayabaya menghilang dari catatan resmi—dikabarkan “moksha” atau mencapai keabadian.

Tapi menurut Ranubhaya, Jayabaya dikurung oleh waktu itu sendiri, di sebuah dimensi batas antara masa lalu dan masa depan.

Langkah mereka berhenti di depan ruang bawah tanah tua. Di dalamnya, dinding-dinding penuh dengan aksara Kawi yang bercahaya samar, dan di tengah ruangan, sebuah fragmen logam spiral melayang di atas tatakan batu.

Araka berjalan mendekat.

“Itulah pecahan pertama Spiral Helm,” kata Ranubhaya.
“Jayabaya memecah helm itu menjadi tiga bagian dan menyebarnya ke tiga zaman—agar tak seorang pun dapat menyatukannya lagi.”

“Lalu kenapa aku dibawa ke sini?”

Ranubhaya menatap Araka dalam-dalam. “Karena sejarah sedang mengulang dirinya. Dan orang-orang yang sama—dengan niat yang sama—sedang mencarinya lagi.”

Tiba-tiba, tanah bergetar. Relief pada dinding menyala satu demi satu. Angin dingin menguar.

ORIGIN memperingatkan: “Waktu tak stabil di wilayah ini. Interferensi terdeteksi.”

Ranubhaya mendesak, “Ambil pecahannya. Sekarang! Sebelum waktu menolak keberadaanmu!”

Dengan gemetar, Araka menyentuh pecahan Spiral Helm. Sesaat, semuanya lenyap dalam cahaya putih yang menyilaukan.
 

Cahaya menyilaukan memudar, dan dunia di sekeliling Araka berubah. Ia tidak lagi berada di ruang bawah tanah, melainkan… di puncak sebuah bukit, di kejauhan terlihat kota tua dengan dinding batu bata merah dan bendera kerajaan berkibar lamban.

"Ini… Kediri?" bisiknya, tak percaya.

“Kau di masa lalu,” suara ORIGIN terdengar di telinganya, kini lebih halus.
“Sambungan lintas waktu terpicu akibat kontak langsung dengan fragmen Spiral Helm. Kita hanya punya waktu singkat.”

Angin membawa aroma dupa dan tanah basah. Kota yang terbentang di hadapannya adalah Dhaha, ibu kota Kerajaan Kediri di masa jayanya. Ia melihat iring-iringan prajurit berjalan menuju alun-alun, dipimpin oleh seorang lelaki berjubah putih keemasan—wajahnya tegas, mata tajam.

Itulah Sri Maharaja Jayabaya.

Araka berdiri terpaku, menyadari bahwa ia sedang menyaksikan salah satu peristiwa penting dalam sejarah: hari di mana Jayabaya secara rahasia mengumumkan proyek rahasia kerajaan yang tak pernah ditulis dalam sejarah manapun—"Dharma Langit", atau Proyek Langit".
 

Bersama ORIGIN yang mulai beradaptasi dengan waktu lokal, Araka menyelinap ke bagian belakang istana, dibantu oleh seorang pengawal wanita muda bernama Diah Ayuning yang ternyata bisa melihat semacam kilatan aneh saat Araka muncul.

“Kau… bukan dari zaman ini,” katanya dengan lirih, sambil menatap mata Araka. “Kau bagian dari ramalan itu, bukan?”

Diah Ayuning adalah keturunan para penjaga rahasia Jayabaya—sebuah garis keturunan yang telah bersumpah untuk melindungi Spiral Helm dan mencegah kehancuran waktu.

Di sebuah ruangan rahasia yang disebut Gedong Petir, Jayabaya ternyata telah mengembangkan alat aneh berbentuk cakram perunggu, yang diduga bisa membuka “gerbang lintas zaman”—peninggalan dari leluhur jauh, yang bahkan lebih tua dari Majapahit, bahkan Atlantis versi Jawa: Sundapura.

Namun, ada satu masalah:

“Seseorang dari masa depan juga kembali ke sini, mencari fragmen kedua,” ujar Diah, matanya gelap.
“Namanya Prajurit Kala. Ia datang dengan api. Ia ingin membangkitkan Kediri bukan untuk kejayaan, tapi sebagai imperium waktu.”
 

Saat malam turun, Araka akhirnya bertemu langsung dengan Jayabaya—yang menatapnya seolah telah menunggu sejak lama.

“Kau anak dari garis pengembara,” kata Jayabaya.
“Kita berdua adalah penjaga, bukan penguasa. Tapi kali ini, sejarah meminta kita untuk memilih.”

Jayabaya menyerahkan sebuah peta lintas waktu dan satu kalimat kunci:

“Jika kau ingin menyelamatkan masa depanmu, pergilah ke tempat di mana Kediri jatuh… dan bangkit lagi. Tempat itu bukan hanya kota, tapi ingatan.”

Tiba-tiba, dari langit muncul cahaya merah—Prajurit Kala telah menemukan mereka.

Langit pecah. Araka hanya punya satu pilihan.

“ORIGIN, buka gerbang waktu. Tujuannya: masa keruntuhan Kediri. Aku harus ke sana sebelum dia!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Diary of Rana
209      180     1     
Fan Fiction
“Broken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...
In Her Place
1006      658     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Jalan Menuju Braga
478      362     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Imperfect Rotation
182      160     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...
Segitiga Sama Kaki
806      479     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
Fidelia
2157      940     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Perjalanan yang Takkan Usai
396      319     1     
Romance
Untuk pertama kalinya Laila pergi mengikuti study tour. Di momen-momen yang menyenangkan itu, Laila sempat bertemu dengan teman masa kecil sekaligus orang yang ia sukai. Perasaan campur aduk tentulah ia rasakan saat menyemai cinta di tengah study tour. Apalagi ini adalah pengalaman pertama ia jatuh cinta pada seseorang. Akankah Laila dapat menyemai cinta dengan baik sembari mencari jati diri ...
Wilted Flower
346      264     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Let me be cruel
5601      2805     545     
Inspirational
Menjadi people pleaser itu melelahkan terutama saat kau adalah anak sulung. Terbiasa memendam, terbiasa mengalah, dan terlalu sering bilang iya meski hati sebenarnya ingin menolak. Lara Serina Pratama tahu rasanya. Dikenal sebagai anak baik, tapi tak pernah ditanya apakah ia bahagia menjalaninya. Semua sibuk menerima senyumnya, tak ada yang sadar kalau ia mulai kehilangan dirinya sendiri.
Surat yang Tak Kunjung Usai
798      521     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...