Loading...
Logo TinLit
Read Story - FaraDigma
MENU
About Us  

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Lorong-lorong kelas langsung dipenuh dengan anak-anak yang buru-buru pulang ke rumah. Digma berjalan santai, tangannya masuk ke saku celana, sementara matanya terus memantau sekitar. Langkahnya berderap cepat menuju lapangan belakang, tempat yang menjadi titik pertemuan. Sambil berjalan, dia melepas satu earphone dari telinganya dan mulai menelpon seseorang.

"Atha, lo masih mantau, kan?" tanya Digma pelan namun tegas.

Dari seberang, suara Atha terdengar, sedikit berisik seperti sedang berada di tempat ramai. "Iya, Bro. Gue standby. CCTV masih aman."

Digma mengangguk kecil, walaupun Atha tidak bisa melihatnya. "Bagus. Kalo ada gerakan aneh, kasih tahu gue langsung."

"Siap, bos!" seru Atha sebelum sambungan terputus.

Saat tiba di lapangan belakang, mata cowok tinggi itu langsung menangkap sosok Gery dan gengnya sedang berkumpul sambil merokok. Asap putih membumbung, bercampur dengan bau khas tembakau yang membuat udara di sekitarnya semakin sumpek. Gery, dengan jaket kulit hitamnya, berdiri di tengah. Matanya langsung mengunci ke arah Digma begitu dia datang.

Gery menyeringai, melempar rokoknya ke tanah dan menginjaknya. "Lo telat, Dig."

Digma tetap santai dengan tangan masih di saku. "Lo yang terlalu buru-buru."

Gery maju beberapa langkah, membuat jarak di antara mereka semakin menyempit. "Gue mau kunci jawaban UAS besok."

Digma tersenyum sinis. "Lo segitu nggak percayanya sama otak sendiri, sampe butuh contekan?"

Emosi Gery mulai terpancing. Rahangnya mengeras, dan anak buahnya mulai saling melirik. Suasana berubah panas dalam sekejap.

"Jaga mulut lo!" desis Gery.

Berbanding terbalik dengan emosi Gery, Digma justru semakin santai. Ia bahkan sedikit miringkan kepalanya dengan ekspresi mengejek. "Gue cuma tanya. Atau emang otak lo nggak bisa dipake tanpa nyontek?"

Itu pemicu. Tanpa aba-aba, Gery melayangkan tinjunya ke wajah Digma. Bugh! Satu pukulan telak mendarat di pipi kiri Digma, membuat kepala cowok itu sedikit oleng. Tapi cowok itu tidak terjatuh, malahan menyunggingkan senyum puas.

"Pukulan lo melemah?" tantang Digma.

Gery makin geram. Dia memberikan satu pukulan lagi, kali ini ke perut. Digma tersentak, namun tetap berdiri. Sementara geng Gery bersorak di belakang mereka bersorak ramai, menikmati pertunjukan brutal itu.

Di sela pukulan, HP di kantong Digma bergetar. Dengan susah payah, dia mengangkatnya. "Kenapa, Tha, cepet!" buru Digma sebelum pukulan baru melayang lagi.

Suara Atha terdengar panik. "Bro, CCTV-nya mati! Baterainya habis pas lo mulai dihajar!"

Digma mengumpat dalam hati. "Sial!"

Digma terdiam sejenak sambil menatap mereka. Situasi sekarang menunjukan bahwa, rekaman bukti Gery memukulnya tidak berhasil ia dapatkan. Dia harus keluar dari sini sebelum lebih parah. Gery bersiap memberikan pukulan lagi, tapi kali ini Digma lebih gesit. Dia menghindar dengan lincah, mulai masuk mode bertahan.

Ketika salah satu anak buah Gery ikut menyerang, Digma langsung melompat ke samping, menangkis dengan cepat. Ia berusaha menghindar namun tetap menahan agar teknik taekwondo tetap tidak terbaca oleh mereka. Satu per satu pukulan musuhnya dia hindari. Hal itu membuat mereka mulai frustasi.

Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar. "Digma!"

Digma melirik dan kaget. Fara?

Cewek itu berlari ke arahnya dengan wajah panik.

"Balik!" seru Digma, tapi Fara tetap maju.

Digma berdecak keras. Ia mengacak rambut kasar. Kenapa gadis itu selalu muncul di waktu yang tidak tepat dan membahayakan dirinya?

Sebelum sesuatu yang buruk terjadi, Digma langsung menarik tangan Fara dan kabur dari sana. Gery dan gengnya berteriak memanggil nama mereka. Untung saja mereka tidak mengejar hingga parkiran sekolah.

Di parkiran motor, Digma menyodorkan helm kepada Fara. "Naik!"

Fara ragu sejenak, tetapi pada akhirnya menuruti perintah cowok itu. Motor mulai melaju menuju rumah Fara, dan di sepanjang jalan, Fara memulai percakapan.

"Ra, kalo besok lo liat gue sama Gery, plis, jangan mendekat," pinta Digma.

"Lo nggak boleh berduaan sama Gery," bantah Fara keras kepala.

"Gue bakal baik-baik aja, Ra."

"Lo bisa kenapa-napa, Dig."

"Gue janji."

"Tapi lo–" ucapannya terputus karena lampu merah yang tiba-tiba menyala di perempatan membuat Digma mengerem mendadak motornya.

Refleks, Fara pegangan di pinggangnya. Digma menahan napas. Sial. Jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Tubuhnya membeku beberapa saat.

Sesampainya di rumah Fara, Digma langsung memberikan kunci motor kepada Rey.

"Makasih, Kak Rey."

"Gue yang harusnya terima kasih, Dig," ucap Rey tulus.

Membuat Digma sedikit terkejut. Mengingat terakhir kali pertemuan mereka tidak dalam keadaan baik-baik.

"Kenapa, Kak?" Digma memandang ragu.

"Fara udah cerita semuanya."

Digma mengangguk-angguk kaku, masih belum mengerti. "Cerita apa, ya, Kak?"

"Tentang lo yang selalu nolongin dia di sekolah."

Digma melirik ke arah Fara. Meminta penjelasan.

"Thanks ya, udah jagain adek gue. Lo kemarin pulang sampai rumah dengan selamat kan?"

"Hmm ... bisa dibilang gitu," jawab Digma ragu.

Rey menepuk bahu Digma. "Untuk kedepannya lo harus hati-hati. Kalo ada apa-apa lo bisa telpon gue juga. Ra kasih nomor telpon gue."

"Nggak mau, nanti Abang cerita macem-macem ke Digma," cibir Fara. Matanya menyipit. Menatap abangnya tak percaya.

Rey terkekeh kecil. Ia lalu membisikan sesuatu ke Digma. Membuat cowok itu tertawa pelan.

Usai Rey kembali ke dalam rumah, Fara menuntut Digma memberikan penjelasan tentang apa yang tadi abangnya bilang.

"Nggak ada, Ra," jawab Digma pelan.

"Bohong. Bang Rey pasti ngomong macem-macem kan tentang gue?"

"Ngga ada, Fara," kekeh Digma berbohong. Jelas tadi Rey berkata sesuatu padanya.

"Fara itu emang berusaha terlihat berani tapi aslinya dia penakut. Tolong gantiin gue, jaga dia di sekolah."

"Tapi kenapa lo bilang kalo gue yang selalu nolong lo. Kan lo juga nolong gue walaupun ya ... gue berharap lo nggak nolong gue."

"Kenapa lo berharap gue nggak nolong lo?"

"Kerena nanti urusannya jadi panjang. Dan lo bisa kenapa-napa."

"Lo juga bisa kenapa-napa."

"Gue nggak akan kenapa-napa."

Fara terdiam. Ucapan Digma kembali mengaitkannya pada seragam taekwondo yang ia temukan tempo hari.

"Dig. Kenapa lo khawatirin gue sedangkan gue nggak boleh khawatirin lo."

"Karena lo ... penting."

Beberapa detik mereka saling bertatapan. Ada perasaan aneh yang Digma rasakan setiap menatap wajah gadis tinggi di depannya. Digma merasa, rambut sebahu yang dibiarkan tak diikat itu sangat indah terkena sedikit desiran angin. Kulit mulus nan bersih itu terlihat lebih putih terkena sinar matahari. Apalagi pipi gadis itu yang merona senada dengan warna bibirnya. Benar-benar cantik di mata cowok itu.

Digma tersentak. Ia mengusap tengkuknya kikuk. Ia dengan cepat menyalakan mesin motornya dan pamit kepada Fara.

Cowok itu pun berlalu dari sana. Meninggalkan Fara yang masih berdiri di tempatnya memandang punggung Digma yang semakin menjauh. Pikirannya masih diliputi banyak tanda tanya. Tapi ia belum berani bertanya. Soal seragam taekwondo yang dilihatnya pagi tadi. Apakah mungkin Digma menyembunyikan sesuatu darinya?

Tanpa banyak berpikir lagi, Fara berlari mengambil motor miliknya. Ia memutuskan akan mengikuti cowok itu diam-diam. Ia harus membuktikan kecurigaannya sekarang.

Setelah berusaha menyeimbangkan motornya dengan kecepatan motor Digma, Fara pun tiba di sebuah gedung bertuliskan Thunder Club Taekwondo. Ia memarkirkan motornya di seberang gedung.

Sampai saat ini, Digma sama sekali tak menyadari kehadiran Fara. Ia sibuk menyapa beberapa anak yang sudah memakai seragam taekwondo serba putih.

Fara mulai mengendap-endap mendekati area gedung setelah dirasa cukup sepi. Dari balik kaca jendela, mata gadis itu tak berkedip melihat Digma yang sedang berlatih beberapa gerakan taekwondo. Gerakannya cepat dan kuat. Napasnya tertahan, jantungnya berdetak cepat. Cowok itu melayangkan tendangan tinggi dengan presisi sempurna, membuatnya terkesiap kagum.

Jadi, selama ini lo... batinnya tertegun melihat kemampuan Digma. Ia bahkan tak sadar sudah menyenggol tempat sampah di sebelahnya.

Bunyi nyaring langsung terdengar hingga semua anak di dalam gedung melirik ke sumber suara. Fara dengan cepat berjongkok, bersembunyi di balik dinding bawah jendela.

Tapi Digma sudah mulai melangkah ke arah jendela. Matanya menyipit curiga.

Di tempatnya, Fara menahan napas. Gue ketahuan nggak ya?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Letter hopes
1101      613     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
To the Bone S2
390      283     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
Premium
KLIPING
13116      1712     1     
Romance
KLIPING merupakan sekumpulan cerita pendek dengan berbagai genre Cerita pendek yang ada di sini adalah kisahkisah inspiratif yang sudah pernah ditayangkan di media massa baik cetak maupun digital Ada banyak tema dengan rasa berbedabeda yang dapat dinikmati dari serangkaian cerpen yang ada di sini Sehingga pembaca dapat memilih sendiri bacaan cerpen seperti apa yang ingin dinikmati sesuai dengan s...
Perahu Jumpa
245      204     0     
Inspirational
Jevan hanya memiliki satu impian dalam hidupnya, yaitu membawa sang ayah kembali menghidupkan masa-masa bahagia dengan berlayar, memancing, dan berbahagia sambil menikmati angin laut yang menenangkan. Jevan bahkan tidak memikirkan apapun untuk hatinya sendiri karena baginya, ayahnya adalah yang penting. Sampai pada suatu hari, sebuah kabar dari kampung halaman mengacaukan segala upayanya. Kea...
Switch Career, Switch Life
348      292     4     
Inspirational
Kadang kamu harus nyasar dulu, baru bisa menemukan diri sendiri. Therra capek banget berusaha bertahan di tahun ketiganya kerja di dunia Teknik yang bukan pilihannya. Dia pun nekat banting setir ke Digital Marketing, walaupun belum direstui orangtuanya. Perjalanan Therra menemukan dirinya sendiri ternyata penuh lika-liku dan hambatan. Tapi, apakah saat impiannya sudah terwujud ia akan baha...
When Flowers Learn to Smile Again
830      619     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
Something about Destiny
160      136     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
Temu Yang Di Tunggu (up)
19327      4021     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Sweet Like Bubble Gum
1063      765     2     
Romance
Selama ini Sora tahu Rai bermain kucing-kucingan dengannya. Dengan Sora sebagai si pengejar dan Rai yang bersembunyi. Alasan Rai yang menjauh dan bersembunyi darinya adalah teka-teki yang harus segera dia pecahkan. Mendekati Rai adalah misinya agar Rai membuka mulut dan memberikan alasan mengapa bersembunyi dan menjauhinya. Rai begitu percaya diri bahwa dirinya tak akan pernah tertangkap oleh ...
Melihat Tanpamu
141      115     1     
Fantasy
Ashley Gizella lahir tanpa penglihatan dan tumbuh dalam dunia yang tak pernah memberinya cahaya, bahkan dalam bentuk cinta. Setelah ibunya meninggal saat ia masih kecil, hidupnya perlahan runtuh. Ayahnya dulu sosok yang hangat tapi kini berubah menjadi pria keras yang memperlakukannya seperti beban, bahkan budak. Di sekolah, ia duduk sendiri. Anak-anak lain takut padanya. Katanya, kebutaannya...