Loading...
Logo TinLit
Read Story - FaraDigma
MENU
About Us  

Mendengar tempat sampah di luar gedung yang tiba-tiba terguling, membuat atensi Digma teralihkan dari lawan latihan taekwondonya sore ini.

Dengan langkah perlahan ia mendekati sumber suara, mencari jawaban atas suara berisik itu.

"Digma! Ke ruangan saya sekarang!" suara lantang Sabeum Sin menggema di dalam ruangan. Membuat langkah Digma terhenti dan berbalik mengikuti perintah pelatihnya.

Sementara Fara, ia sudah mengendap menjauh dari gedung, berusaha lari agar Digma tak melihatnya berkeliaran di tempat itu.

***

"Kamu kok nggak bilang ke Bapak kalau kamu punya prestasi olahraga?"

Pertanyaan dari Pak Deri menghantam Digma seperti bola liar. Ia sontak mendongak. Matanya menyapu seisi ruang guru, waspada, mencari kemungkinan ada Gery atau salah satu kroninya yang mendengar.

"Maaf, Pak. Saya udah nggak tertarik sama taekwondo lagi," ucapnya pelan, dengan nada mencoba acuh, meski sorot matanya tak bisa menyembunyikan kegelisahan.

Rapot yang terbuka di atas meja, lengkap dengan catatan dari sekolah lamanya, menjadi saksi bisu kebohongannya.

Pak Deri menghela napas, lalu berdecak. "Nggak tertarik, tapi masih latihan di Dojang-nya Mas Sinar?"

Digma memucat. Dalam hati ia mengumpat. Mampus!

"Nggak, Pak. Tanya aja ke Sabeum Sin. Saya udah jarang banget latihan di tempat beliau," kilahnya cepat, meski nada suaranya terdengar ragu.

"Jarang, tapi bukan berarti berhenti total, kan?" Pak Deri menyisir uban di rambutnya, matanya tajam menusuk ke arah Digma. "Kata Mas Sinar, kamu tuh pernah ikut kejuaraan nasional. Menang, nggak?"

Digma mengangguk pelan. Ia tahu, semakin ia mengelak, semakin dalam lubang yang ia gali untuk dirinya sendiri.

"Tuh kan. Tandanya kamu memang punya bakat. Lanjutkan ya, Nak."

"Iya, Pak. Tapi... nanti aja. Setelah saya lulus."

Pak Deri terdiam sejenak. Baru beberapa detik kemudian ia menyadari makna di balik ucapan itu.

"Hah? Setelah lulus? Kelamaan itu, Dig—"

Tapi Digma sudah berdiri dan buru-buru keluar dari ruangan itu, meninggalkan gurunya dalam kebingungan.

Begitu pintu tertutup, ia menghela napas panjang—lega. Tapi belum sempat ketenangannya bertahan lama, sebuah suara membuat jantungnya mencelos.

"Digma!" sapa Fara dengan senyum lembutnya.

Digma menatap Fara curiga. Sejak kapan gadis itu di dekatnya? Jangan-jangan dia mendengar semuanya sejak tadi.

"Eh, Fara. Lo ... dari ruang guru juga?" tanya Digma mencoba tenang dengan memasukkan tangan ke saku celana.

Fara mengangguk cepat. Lalu mengangkat tumpukan buku tulis yang sedang dibawanya. "Gue disuruh ngambil buku anak-anak sama Bu Ega."

"Lo tadi ... denger nggak apa yang dibicarain antara gue sama Pak Deri?" tanya cowok itu pelan. Matanya menyipit takut cewek itu mengangguk.

"Enggak lah! Emang gue tukang nguping."

Digma tersenyum lega. Ia langsung merebut tumpukan buku dari tangan Fara, agar gadis itu tak kesusahan.

Digma terkekeh, mencairkan situasi. "Ini mau dibawa ke mana?" tanyanya mengalihkan topik.

"Ke kelas gue," tukas Fara dengan pandangan lurus ke depan. Sebenarnya, ia memang mendengar percakapan Digma dengan wali kelasnya. Tapi ia masih belum bisa memberitahu Digma jika cowok itu saja menyembunyikan hal itu darinya. Maka dari itu ia memutuskan untuk berbohong.

"Istirahat nanti, lo ke kantin nggak?"

Fara menoleh. Lalu mengangguk mantap. "Hari ini Kantin Mba Sasa buka. Gue nggak sabar mau makan seblak dia hari ini."

"Emang dari kemarin nggak buka?" Digma sedikit membenarkan posisi tumpukan buku yang hampir jatuh.

"Enggak." Fara menggeleng sedih. "Dia libur seminggu karena mau nikah."

"Seenak apa sih seblaknya?"

"Nggak ada yang bisa nandingin, Dig!" jawabnya dengan semangat. "Gue jamin, seblak Mba Sasa adalah seblak terenak di kota ini!"

Melihat antusias Fara akan seblak membuat Digma terkekeh kecil. "Gue diajak nggak?"

"Emang cowok suka seblak?"

"Emang seblak mandang gender?" Digma terkekeh geli. "Terakhir gue makan sih rasanya benyek-benyek gitu."

"Tuh kan, lidah cowok mah aneh. Ngga bisa merasakan kenikmatan semangkuk seblak." Fara melipat tangan sedikit kesal dengan jawaban cowok disampingnya.

"Hahaha, makanya ajak gue. Siapa tau kalo makannya bareng lo, rasanya berubah?" Digma menaik turunkan alisnya, membuat kesepakatan.

"Seblak mah tetep seb–"

DUAK!

Sebuah bola meluncur cepat dari arah lapangan, nyaris menghantam wajah Fara.

"Fara! Awas!!"

Refleks, Digma bergerak. Tendangan luar khas taekwondo meluncur sempurna. Bola terlempar jauh dan terdengar sorakan kecil dari anak-anak di lapangan. Tapi perhatian Digma hanya tertuju pada satu hal—Fara.

"Lo nggak kenapa-napa?"

Fara mengangguk kaku. Tapi matanya menatap Digma. Dalam. Diam. Lama. Dunia seperti berhenti berputar sejenak. Hanya ada mereka berdua.

Detik berikutnya, Fara cepat-cepat membenarkan rambutnya dan menunduk, berusaha menutupi rona merah di pipinya.

"Gue balik ke kelas dulu ya, Dig." Suaranya nyaris berbisik, seperti takut kalau perasaannya bisa terdengar.

Digma hanya mengangguk, tak sanggup berkata apa-apa saat gadis itu menjauh. Ada rasa aneh menggelitik di dadanya, rasa yang ia pikir sudah lama hilang.

Ia menatap punggung Fara yang semakin menjauh sebelum memutuskan berbalik arah ke lapangan.

Langkahnya mantap. Sorot matanya kembali tajam.

"Pengumuman buat semuanya!" serunya lantang. "Kalau olahraga, apalagi main bola, tolong lebih hati-hati! Jangan asal tendang!"

Anak-anak kelas sepuluh yang tadi tertawa-tawa langsung membisu, wajah mereka pucat.

Namun saat ia hendak kembali ke kelas, telinganya menangkap bisikan beberapa siswi di pojok lapangan.

"Kak Gery mau ngapain lagi tuh? Nggak ada berentinya gangguin cewek deh..."

Darah Digma langsung mendidih. Napasnya tertahan. Tangannya mengepal. Tanpa pikir panjang, ia berlari. Menabrak beberapa orang. Mata lurus ke depan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ruman Tengah Jalan
741      441     3     
Horror
Sweet Punishment
169      104     9     
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya. Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN
534      378     3     
Short Story
Pertemanan ini bermula saat kampus membuka penerimaan mahasiswa baru dan mereka bertemu dari sebuah senyum Karin yang membuat Nestria mengagumi senyum manis itu.
Under The Darkness
53      50     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
Deep Sequence
555      460     1     
Fantasy
Nurani, biasa dipanggil Nura, seorang editor buku yang iseng memulai debut tulisannya di salah satu laman kepenulisan daring. Berkat bantuan para penulis yang pernah bekerja sama dengannya, karya perdana Nura cepat mengisi deretan novel terpopuler di sana. Bisa jadi karena terlalu penat menghadapi kehidupan nyata, bisa juga lelah atas tetek bengek tuntutan target di usia hampir kepala tiga. N...
Serpihan Hati
11335      1893     11     
Romance
"Jika cinta tidak ada yang tahu kapan datangnya, apa cinta juga tahu kapan ia harus pergi?" Aku tidak pernah memulainya, namun mengapa aku seolah tidak bisa mengakhirinya. Sekuat tenaga aku berusaha untuk melenyapkan tentangnya tapi tidak kunjung hialng dari memoriku. Sampai aku tersadar jika aku hanya membuang waktu, karena cinta dan cita yang menjadi penyesalan terindah dan keba...
Wannable's Dream
40185      5949     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Arsya (The lost Memory)
706      526     1     
Mystery
"Aku adalah buku dengan halaman yang hilang. Cerita yang tercerai. Dan ironisnya, aku lebih paham dunia ini daripada diriku sendiri." Arsya bangun di rumah sakit tanpa ingatanhanya mimpi tentang seorang wanita yang memanggilnya "Anakku" dan pesan samar untuk mencari kakeknya. Tapi anehnya, ia bisa mendengar isi kepala semua orang termasuk suara yang ingin menghabisinya. Dunia orang dewasa t...
THE HISTORY OF PIPERALES
2083      812     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Perjalanan Tanpa Peta
52      47     1     
Inspirational
Abayomi, aktif di sosial media dengan kata-kata mutiaranya dan memiliki cukup banyak penggemar. Setelah lulus sekolah, Abayomi tak mampu menentukan pilihan hidupnya, dia kehilangan arah. Hingga sebuah event menggiurkan, berlalu lalang di sosial medianya. Abayomi tertarik dan pergi ke luar kota untuk mengikutinya. Akan tetapi, ekspektasinya tak mampu menampung realita. Ada berbagai macam k...