Loading...
Logo TinLit
Read Story - The First 6, 810 Day
MENU
About Us  

Sebuah awal yang kulupakan

Aku pulang ke rumah dengan sekelebat rasa penasaran. Aku membongkar kotak-kotakku. Namun, aku sama sekali tidak menemukan selembar surat pun dari Noah. Hanya ada diary dari tahun ke tahun. Tentu saja dalam catatan harian itu ada saja nama Noah, dan setumpuk pemikiranku tentangnya. Dan sialnya, kenapa seakan-akan aku seperti anak-anak yang larut dalam khayalan yang belum sempat diuji kenyataan. Aku tidak bisa menyangkal bahwa dalam tulisan-tulisan yang sudah lama tidak pernah kubaca itu mengandung unsur yang membuatku mual setengah mati.

Hei aku yang berada di masa lalu, tidakkah kau bisa bersikap lebih realistis? Kenapa begitu konyol sekali! Kenapa begitu mudahnya percaya pada bayang-bayang?

Malam semakin sunyi, aku mencoba mengirim pesan ke Brian. Barangkali dia belum tidur. Ada hal yang ingin kutanyakan padanya.

Aku: [Brian, sudah tidur?] Brian: [Belum, aku masih mengerjakan sesuatu. Ada apa?] Aku: [Aku mengganggu ya? Hanya ingin bertanya.] Brian: [Tentang di rumah sakit?] Aku: [Ya, jika tidak keberatan.] Brian: [Tentu saja. Jika itu membantumu, dengan senang hati.]

Akhirnya aku menelepon Brian. Kami bicara cukup lama. Aku menanyakan dari mana pertemuan kami bermula... dan perlahan-lahan, ingatanku mulai kembali. Semuanya terasa sangat jelas.

Waktu itu, Brian tidak setinggi sekarang. Aku bertemu dengannya di lorong rumah sakit saat hendak kabur dengan kursi rodaku karena frustrasi harus dirawat begitu lama. Ternyata Brian juga seorang pasien—hal yang dulu tidak kuingat sama sekali. Mungkin Tuhan sengaja menghapus bagian itu dari ingatanku, mungkin untuk melindungi kami berdua dari luka yang terlalu dalam.

Brian tidak pernah bercerita soal penyakitnya, bahkan malam ini. Kami hanya mengingat momen-momen pertemanan singkat di rumah sakit. Di masa-masa tergelapku, Brian adalah teman yang setia, yang mengajakku tertawa, dan yang menuntunku berdoa ke taman belakang rumah sakit. Tempat itu katanya istimewa, karena ada mata air kecil di sana dan banyak orang percaya doa mereka dikabulkan di sana.

Aku tertawa kecil saat kami membahasnya. Aku juga meminta maaf karena baru mengingatnya sekarang. Padahal dulu, saat kami sama-sama sakit, kami punya kenangan konyol dan tulus sebagai anak-anak yang sedang belajar bertahan.

Setelah keluar dari rumah sakit, Brian sempat kembali ke negara asalnya untuk melanjutkan pengobatan. Beberapa tahun kemudian, ia tinggal di pulau ini karena ayahnya mendapat penugasan dinas di daerah yang sama.

Obrolan kami mulai menyinggung inti dari rasa penasaran yang kupendam sejak tadi.

“Brian, waktu itu... kenapa aku bisa sangat ingin bertemu dengan Noah?”

“Kau sendiri yang cerita,” jawabnya pelan. “Katamu dia ikut pameran seni yang lokasinya sama dengan tempat audisimu. Kau mendaftar audisi bukan hanya untuk tampil, tapi juga karena ada hal penting yang belum selesai.”

Aku menggigit bibir. “Lucu sekali ya kalau dipikir sekarang.”

“Tidak juga,” sahut Brian. “Itu membuatmu kuat saat itu.”

Hari itu aku gagal datang karena kecelakaan. Kecelakaan yang merenggut banyak hal dariku. Tapi... kenapa aku begitu yakin akan sesuatu yang bahkan tak sempat kujelaskan hingga tuntas?

Brian menjawab tanpa aku bertanya. Ia bilang, Noah cukup dekat dengan ayahku. Ia sering membantu pekerjaan rumah, kadang menemani ayah mengurus hal-hal kecil yang tak sempat diselesaikan sendiri. Mungkin, dari kedekatan itulah awal perkenalanku dengannya bermula. Hubungan kami pun perlahan tumbuh melalui surat-surat yang kami tukar diam-diam—sebuah upaya mencari makna dalam keramaian dunia yang sunyi.

Saat itu, hubungan dengan orang tuaku sangatlah canggung. Aku terlalu keras kepala, terlalu ambisius, dan menjauh dari mereka. Aku menjalani hidupku sendiri seolah kami tinggal di atap yang berbeda. Tapi Noah, entah bagaimana, bisa mengisi celah di antara kami. Ia menjembatani komunikasi kami yang kaku dan penuh diam.

Aku menarik napas pelan, merenung. Yang Brian ingat saat itu, aku pernah menceritakan bahwa aku tahu dari seorang perawat bahwa ada anak laki-laki yang sering datang diam-diam, menungguiku terbangun di ruang perawatan. Ia menitipkan sebuah surat kepada perawat yang baik hati itu—sebuah pesan sederhana yang sempat kubaca saat kondisiku mulai pulih. Pertemuan singkatku dengan perawat itu terjadi di masa-masa paling sulit: masa di mana aku merasa kehilangan arah dan sedang berusaha menemukan kembali kepercayaan bahwa hidup ini memang pantas untuk diperjuangkan.

Perawat itu tak memberi banyak penjelasan, hanya menyampaikan bahwa ada seseorang yang hadir tanpa diminta, yang diam-diam mendoakan dari jauh. Dan surat itulah yang diam-diam menyentuh sisi terdalam hatiku, menghadirkan kembali kesadaran bahwa keberadaan kita, sekecil apapun, bisa berarti bagi orang lain.

Jadi, itulah mulanya aku mendapat surat terakhir darinya, melalui perawat itu. Sayangnya, entah kenapa aku tidak begitu peduli dengan apapun lagi dan aku tidak tahu dari mana mulai melupakan segalanya.

Mungkin saat itu aku terlalu lelah secara emosional. Tapi kini, perlahan-lahan, aku mencoba menyusun kembali kepingan yang hilang. Dan semoga, di antara luka dan keraguan, aku bisa mengerti bahwa tidak semua hal perlu dikenang untuk bisa disyukuri. Kadang, cukup dengan menyadari bahwa hidup pernah disentuh oleh niat baik dan perhatian yang tulus—itu sudah cukup.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Semesta Berbicara
1348      789     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
Let Me be a Star for You During the Day
1077      583     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...
Bunga Hortensia
1643      97     0     
Mystery
Nathaniel adalah laki-laki penyendiri. Ia lebih suka aroma buku di perpustakaan ketimbang teman perempuan di sekolahnya. Tapi suatu waktu, ada gadis aneh masuk ke dalam lingkarannya yang tenang itu. Gadis yang sulit dikendalikan, memaksanya ini dan itu, maniak misteri dan teka-teki, yang menurut Nate itu tidak penting. Namun kemudian, ketika mereka sudah bisa menerima satu sama lain dan mulai m...
Metanoia
53      45     0     
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
1148      564     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
Lovebolisme
167      147     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
TANPA KATA
23      20     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
MANITO
1366      935     14     
Romance
Dalam hidup, terkadang kita mempunyai rahasia yang perlu disembunyikan. Akan tetapi, kita juga butuh tempat untuk menampung serta mencurahkan hal itu. Agar, tidak terlalu menjadi beban pikiran. Hidup Libby tidaklah seindah kisah dalam dongeng. Bahkan, banyak beban yang harus dirasakan. Itu menyebabkan dirinya tidak mudah berbagi kisah dengan orang lain. Namun, ia akan berusaha untuk bertahan....
Kelana
746      541     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Deep End
46      43     0     
Inspirational
"Kamu bukan teka-teki yang harus dipecahkan, tapi cerita yang terus ditulis."