Loading...
Logo TinLit
Read Story - Je te Vois
MENU
About Us  

“AKU PULANG.” 

Aroma wangi kayu manis menguar, menggelitik indera penciuman Dow. Rumah masih sepi, mobil Dad juga tidak ada di garasi, jadi beliau mungkin masih di galeri, tapi sepertinya Mom yang sudah sibuk di dap—

“Kukiiiiiiiis!” seru Oi. 

Gadis langsung itu terbang ke dapur, di mana sumber bau berasal. Tidak peduli menyenggol pundak Dow, membuat cowok itu nyaris terjatuh. Rasanya menyenangkan ketika Oi mempunyai sesuatu yang menarik perhatiannya. Perjalanan pulang dari sekolah meski hanya setengah jam rasanya lebih melelahkan daripada seharian berada di kelas. Mendengarkan ocehan, dan rengekan Oi benar-benar menguras tenaga.    

Sans, dan Teri berlari-lari kecil melalui pintu samping, sepertinya kedua hewan itu bisa merasakan jika tuannya sudah pulang. Sans langsung menghampiri Dow, sedang Teri, anjing kecil itu terus menyalak sampai Oi berbalik, dan menggendongnya. 

Dow mencebik, dasar manja!

“Hei kalian,” sapa Mom, tanpa mengalihkan perhatiannya dari adonan yang tengah digilas.

“Baunya harum,” Oi mengendus-endus pintu oven seperti kucing. 

Gadis itu meletakkan Teri ke lantai, lalu mencuci tangan di bak cuci piring. Sans mengendus bokong Teri untuk diajak keluar. Acara salam-salaman dengan tuannya selesai.

“Salam dulu yang benar,” Dow menjitak belakang kepala Oi setelah ia mencium pipi Mom.

Oi menangkupkan kedua tangannya yang basah ke wajah Dow sambil tersenyum centil.

“Heh!”

Oi melayangkan ciuman jauh sambil menyambar lap tangan, sebelum mencium pipi Mom.

“Awas, kau, ya!” Dow bersiap melakukan pembalasan ketika Mom memperingatinya. 

“Dow.”

“Mom!” rengek Dow sambil menunjuk kedua pipinya yang basah. “Dia nggak bisa kabur begitu saja, Mom!”

Mom melambaikan tangan, menyuruh Dow melupakan pertengkarannya dengan Oi.

Gadis itu menjulurkan lidah ke arah Dow, tapi langsung menutup mulut ketika Mom menoleh ke arahnya.

Mengentakkan kaki jengkel, Dow mengitari meja dapur, membuka kulkas, dan mengeluarkan teko air putih. Di belakangnya, Oi kembali mengoceh mengenai berbagai hal dengan Mom. Oi bahkan menceritakan hal-hal jorok, seperti bagaimana tadi pagi  dirinya menginjak kotoran Teri di teras rumah. Dow nyaris tersedak air putih ketika mendengar ceritanya.

Yikes!

Apa Teri tidak dilatih untuk buang kotoran di luar? Lain kali kalau Teri kemari, Dow harus benar-benar memperhatikan perilakunya, jangan sampai anjing itu buang kotoran sembarangan!

Terlepas dari kasus Teri yang buang kotoran sembarangan, sering kali Dow bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah seorang Oi pernah merasa lelah? Karena tingkah polah, dan ocehan Oi selalu membuatnya kelelahan. Jangankan seharian bersama Oi, hanya bersama selama setengah jam perjalanan pulang, ditambah beberapa menit di dapur, Dow rasanya sudah tidak bertenaga lagi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kedua orang tua Oi.

“Kau tinggal untuk makan malam?” pertanyaan Mom pada Oi sontak memutus lamunan Dow.  “Ed sebentar lagi pulang.”

Dow menelengkan kepala ke arah jam berdiri di samping perapian, mengangguk dalam hati, mengiyakan ucapan Mom, memang jadwal Dad pulang. Setidaknya Dow tidak terlalu lama melamun, sampai tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Mom.

Alih-alih menjawab pertanyaan Mom, Oi yang duduk di kursi bar di depan Mom menjulurkan leher, melihat ke luar jendela, mengecek keberadaan mobil orang tuanya. 

Dari tempatnya berdiri, Dow bisa melihat kalau jalan masuk rumah Oi masih kosong. Tidak diragukan lagi, Oi akan menerima tawaran Mom dengan senang hati. 

Benar saja, Oi mengangguk ceria. Kedua kakinya digoyang-goyangkan seperti anak kecil sedang kedua tangannya sibuk dengan kayu penggilas, memipihkan adonan kukis.

“Tawaran apa, sih, yang bisa kau tolak,” komentar Dow seraya meletakkan gelas kosong di bak cuci piring lalu mengembalikan teko ke dalam kulkas.

Oi menoleh, dan melotot. “Apa masalahmu? Eliza yang masak saja tidak masalah, kok,” 

“Jadi, apa yang menarik hari ini?” tanya Mom. Salah satu jurus jitu beliau untuk melerai Dow, dan Oi. “Selain poop-nya Teri tentu saja.”

“Aku tidak merasa poop-nya Teri adalah hal yang menarik. Itu jorok!” komentar Dow  pura-pura muntah.

“Tidak punya selera humor, menyedihkan,” Oi berdecak sambil menggelengkan kepala. 

“Tidak ada yang menarik,” mengabaikan cibiran Oi, Dow pun menjawab pertanyaan Mom. “Hanya latihan rutin, rapat untuk persiapan festival sekolah. Belum ada jadwal lomba lagi.”

“Lomba,” tanpa sadar Oi mengangguk-angguk sambil bergumam.

“Kau ada lomba?” tanya Mom.

“Bukan aku yang ikut lomba,” Oi menggeleng. “Tapi ada perlombaan tari, oke, bukan sepenuhnya lomba, semacam kompetisi dari sebuah agen pencari bakat—“ 

Kedua tangan Oi yang semula sibuk mencetak adonan sontak melayang membekap mulutnya sendiri. Kedua mata gadis itu membulat horor ketika bersitatap dengan Dow, alis cowok itu terangkat tinggi, sampai hilang di balik poninya.

“Kenapa?” Mom menatap Dow, dan Oi bergiliran, bahkan sampai meninggalkan adonan kukis yang masih belum tercetak.

“Itu tadi tebakan untuk Dow. Dia seharusnya menebak isi pengumuman hari ini,” Oi meringis.

“Dasar aneh,” gumam Dow.

“Jadi kau mau ikut lomba tari, atau bagaimana?” tanya Mom pada Oi. 

Oi menggeleng kuat-kuat.

Dow mendengus keras, sampai nyaris tersedak. Bayangan Oi menari di atas panggung membuatnya harus menahan tawa.

“Lalu?” tanya Mom.

Dengan dagunya Oi menunjuk Dow yang masih berdiri bersandar kulkas.

NO,” Dow mengangkat kedua tangan di depan dada membentuk X besar ketika menyadari apa yang dibicarakan Oi. 

“Jangan pernah membayangkan yang bukan-bukan,” tolak Dow mentah-mentah. 

Tentu saja ia menolak, karena berdasarkan sejarah, apapun yang disarankan oleh Oi biasanya berakhir dengan bencana. Jadi tolak dulu meski belum tahu detailnya. Lagipula—

Lagipula;

BAGAIMANA JIKA YANG DIBICARAKAN OI INI ADALAH PERLOMBAAN YANG SAMA DENGAN YANG DIBICARAKAN TIMNYA TADI?

Dalam hati, Dow menghitung sampai sepuluh, mencoba menenangkan diri, supaya tidak meledak.

“Kenapa tidak?” tanya Oi.

“Iya, kenapa tidak Dow? Tadi kau bilang belum ada jadwal perlombaan baru, kan, selain festival sekolah?” Mom nimbrung dengan raut muka ingin tahu.

Benar, kan? Sekarang Mom juga ikut penasaran. Dow memelototi Oi yang menatapnya dengan mata bulat, sama sekali tidak merasa bersalah, bahkan masih berani, menunggu jawaban kenapa Dow menolak ikut audisi.

Benar-benar menyebalkan.

“Mom tahu, kan kalau semua yang disarankan Oi selalu berakhir dengan bencana,” jawab Dow.

Kedua mata bulat Oi membulat semakin lebar—pura-pura—tersinggung.

“Dowell Zachary Watts,” Mom menatap Dow tidak setuju.

Oh, oke, nama panjang sudah keluar.

“Oke, oke, ini bukan sekedar lomba Mom,” aku Dow akhirnya.

Mom hanya menatap Dow tanpa berkata apa-apa, salah satu jurus paling ampuh untuk membuat Dow menjelaskan sisanya.

“Oi membuat pernyataan yang tidak sesuai. Ini adalah audisi sebuah agen bakat Mom, bukan lomba tari,” Dow memejamkan kedua matanya ketika akhirnya harus mengatakan kepada Mom yang sebenarnya. Ia benar-benar akan membunuh Oi setelah semuanya ini selesai. 

Hati-hati, kau!

“Bukankah itu bagus?!” Mom bertepuk tangan antusias begitu mendengar penjelasan Dow. Adonan kukisnya benar-benar terlupakan.

“Benar, kan? Ini kesempatan bagus, kan?” tambah Oi, tidak peduli dengan sorot mata mematikan Dow. 

Gadis itu merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponsel meskipun tangannya masih belepotan adonan kukis. Oi membuka galeri ponsel, menunjukkan foto pamflet pada Mom.

Mom mengangguk setuju. 

“Kau harus ikut, Dow!” pungkas Mom. “Oh, ini benar-benar bagus! Kau harus berterima kasih pada Oi yang memberitahumu soal audisi ini.”

Berterima kasih? Yang benar saja!

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Si 'Pemain' Basket
4914      1306     1     
Romance
Sejak pertama bertemu, Marvin sudah menyukai Dira yang ternyata adalah adik kelasnya. Perempuan mungil itu kemudian terus didekati oleh Marvin yang dia kenal sebagai 'playboy' di sekolahnya. Karena alasan itu, Dira mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun sayang, kedua adik kembarnya malah membuat perempuan itu semakin dekat dengan Marvin. Apakah Marvin dapat memiliki Dira walau perempuan itu tau ...
KAU, SUAMI TERSAYANG
666      459     3     
Short Story
Kaulah malaikat tertampan dan sangat memerhatikanku. Aku takut suatu saat nanti tidak melihatku berjuang menjadi perempuan yang sangat sempurna didunia yaitu, melahirkan seorang anak dari dunia ini. Akankah kamu ada disampingku wahai suamiku?
2 Akar 3 Faktorial!
339      230     0     
Short Story
Buat yang hobi matematika, jangan serius serius amat!. ngakak bareng yukk. karena angka kadang sering ngajak bercanda
Teman Khayalan
1685      731     4     
Science Fiction
Tak ada yang salah dengan takdir dan waktu, namun seringkali manusia tidak menerima. Meski telah paham akan konsekuensinya, Ferd tetap bersikukuh menelusuri jalan untuk bernostalgia dengan cara yang tidak biasa. Kemudian, bahagiakah dia nantinya?
Dream of Being a Villainess
1378      789     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Penumpang Di Sebelahku
362      228     4     
Short Story
Sore itu, aku keluar kantor agak malam. Karenanya, beberapa angkot yang lewat selalu penuh. Saat satu angkot berhenti dan pask sopir menawarkan duduk bertiga di depan, bersamanya dan satu penumpang lain, aku langsung mengangguk. Namun penumpang di depan menghalangi aku masuk dan duduk. Walau aku sudah memberitahunya, lebih dari satu kali, dia tetap saja menghalangi, bersikeras angkot ini tidak ...
The Girl In My Dream
432      304     1     
Short Story
Bagaimana bila kau bertemu dengan gadis yang ternyata selalu ada di mimpimu? Kau memperlakukannya sangat buruk hingga suatu hari kau sadar. Dia adalah cinta sejatimu.
Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
629      284     7     
Fantasy
Lily adalah siswa kelas 12 yang ambisius, seluruh hidupnya berputar pada orbit Adit, kekasih sekaligus bintang pemandunya. Bersama Adit, yang sudah diterima di Harvard, Lily merajut setiap kata dalam personal statement-nya, sebuah janji masa depan yang terukir di atas kertas. Namun, di penghujung Juli, takdir berkhianat. Sebuah kecelakaan tragis merenggut Adit, meninggalkan Lily dalam kehampaan y...
Kepada Gistra
518      388     0     
Short Story
Ratusan hari aku hanya terfokus mengejar matahari. Namun yang menunggu ku bukan matahari. Yang menyambutku adalah Bintang. Kufikir semesta mendukungku. Tapi ternyata, semesta menghakimi ku.
Moment
318      273     0     
Romance
Rachel Maureen Jovita cewek bar bar nan ramah,cantik dan apa adanya.Bersahabat dengan cowok famous di sekolahnya adalah keberuntungan tersendiri bagi gadis bar bar sepertinya Dean Edward Devine cowok famous dan pintar.Siapa yang tidak mengenal cowok ramah ini,Bersahabat dengan cewek seperti Rachel merupakan ketidak sengajaan yang membuatnya merasa beruntung dan juga menyesal [Maaf jika ...