Loading...
Logo TinLit
Read Story - Je te Vois
MENU
About Us  

“KUTU AYAM!” seru Dow ketika berbalik dari mengunci pintu studio, dirinya langsung berhadapan dengan Oi yang nyengir lebar. Agaknya bocah usil itu sengaja mengejutkannya dengan berjalan mengendap-endap. “Bersuara, kek, kalau jalan, jangan seperti hantu!” 

“Jadi sekarang ayam punya kutu juga?” Oi nyengir lebar, mengabaikan Dow yang kesal dikagetkan.

“Iya, kau kutunya,” semprot Dow, sambil pergi meninggalkan Oi.

Dow tidak mengerti kenapa Oi tidak pernah kehabisan ide untuk membuatnya jengkel. Dan kenapa dirinya masih bisa mentolerir semua keusilan gadis itu? Pertanyaan bagus, karena dia juga tidak punya jawabannya. 

“Hei, tunggu! Masa begitu saja marah,” Oi berlari menyusul Dow. 

Dow hanya melirik dengan tatapan tajam, tapi tidak berhenti berjalan.

“Coba tebak, aku punya berita apa?” tanya Oi tanpa rasa bersalah. Gadis itu berhasil menyusul Dow, kini berjalan menyejajarinya.

“Kau lapar?” tebak Dow malas-malasan. 

Oi bergumam, menggeleng. “Bukan. Aku barusan dari kantin. Tebak lagi.”

“Kau dapat nilai F?” Dow nyaris tertawa ketika mendapati Oi mendelik. 

Oi mempercepat langkah, lalu berbalik, berjalan mundur, hingga keduanya berjalan berhadapan. 

“Kalau aku mendapat F, mana mungkin aku senang?” Oi bertanya dengan nada tidak percaya. 

“Mana kutahu? Mungkin saja kau bosan mendapat A atau B?” jawab Dow sekenanya.

“Ayolah yang serius sedikit,” rengek Oi.

Dow berhenti, menatap Oi saksama lalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, bagaimana keduanya masih berteman. Baiklah, mungkin seperti klaim kedua orang tua mereka, Dow,  dan Oi merupakan saudara kembar dari orang tua yang berbeda. 

Maksudnya bagaimana, saudara kembar dari orang tua yang berbeda? 

Tentu bisa, karena selain kedua orang tua mereka teman baik—Mom bahkan sudah berteman dengan Momma-nya Oi sejak SMP! Rumah mereka hanya dipisahkan oleh pagar kayu setinggi dada. Dow bahkan berani bertaruh, jika pagar itu bukan bagian dari properti ketika mereka membelinya dari pengembang, ia sangat yakin jika kedua orang tuanya ataupun orang tua Oi tidak akan memasang pagar pembatas.

Sedekat itulah kedua orang tua mereka.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya agak mengerikan mengetahui tingkat kedekatan kedua orang tua mereka. Apalagi jika sampai hamil di waktu yang sama, melahirkan pun hanya terpisah 5 menit—keberuntungan bagi Dow karena ia yang lahir terlebih dulu. Lahir di rumah sakit yang sama, di lantai yang sama, hanya berbeda ruangan—ya iyalah, namanya juga rumah sakit. Pasti satu lantai khusus untuk bagian ibu, dan anak, kan? 

Dulu, bahkan mereka juga berbagi pengasuh.

Jadi itulah salah satu alasannya Dow dan Oi kembar siam tapi dengan kepribadian, dan hobi yang bertolak belakang. 

Contoh paling nyata adalah, meski menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama, tapi Dow tidak bisa mengerti kenapa Oi sangat suka membaca cerita horor tentang raja-raja masa lampau yang diawetkan di sebuah makam yang megah—untuk zamannya. Sama halnya dengan Oi yang tidak pernah mau menggerakkan tangan atau kakinya untuk mengikuti tarian Dow, seberapa pun cowok itu memaksa. 

Satu-satunya anggota badan Oi yang terkadang bergerak adalah kepala, biasanya antara mengangguk atau menggeleng mengikuti irama musik dengan mata tetap tertuju pada buku yang tengah dibaca! Atau, Dow bisa tahan seharian—atau malah berhari-hari—tanpa bicara dengan siapapun, dan kebalikannya, Oi tidak bisa menutup mulut meski hanya satu menit. Bahkan ketika membaca, Oi akan terus berkomentar ini dan itu. 

Cukup mengherankan memang. 

Flick!

Dow mengerjap kaget ketika Oi menjentikkan jari di depan wajahnya, ia seperti ditarik kembali ke masa kini dengan paksa. 

Di depannya Oi menatap Dow lekat-lekat sebelum akhirnya bertanya. 

“Ngelamunin apa, sih, di tengah-tengah koridor begini?”

Dow menoleh ke kanan-kiri, oh, iya, mereka sedang dalam perjalanan pulang dan…. Tebakan.

“Nyawamu sudah kembali?” tanya Oi lagi, kerutan dalam di keningnya belum hilang.

Tanpa menjawab Dow kembali berjalan, sesekali melambai pada teman-teman yang ia kenal.

“Kau ini sudah cerewet, menyebalkan pula,” komentar Dow.

“Kata Momma, aku justru paling manis ketika cerewet,” Oi mengerling centil sambil mengibaskan ekor kudanya. 

“Indy hanya ingin kau tutup mulut. Beliau lelah dengan ocehanmu,” bantah Dow. 

Ia yakin Indy—Mrs. Myers, momma-nya Oi—setuju dengannya, karena Oi hanya akan berhenti bicara jika siapapun mengatakan jika dirinya manis, cantik atau semacamnya. Dow mendengus mengingat bagaimana Oi sangat tergila-gila dengan pujian.

“Kau hanya iri karena tidak ada yang memujimu tampan atau manis,” cibir Oi.

“Nah, aku lebih dari senang jika tidak ada yang memujiku manis. Aku bukan kucing,” balas Dow tidak mau kalah.

“Pantas Teri tidak menyukaimu.” 

Dow mengangkat satu alis. Teri, monster mungil kesayangan Oi yang tidak pernah berhenti menyalak—dan suka mencuri sepatunya—jika berada di dekatnya. Ia bahkan tidak tahu apa penyebabnya. Oi berpendapat jika menyalaknya Teri—betul, Teri tidak menggonggong, tapi menyalak dengan suara yang lebih mirip cericit tikus daripada suara anjing—karena anjing tersebut masih ingat jika Dow lah yang memisahkan Teri dengan temannya. 

Kalau saja cerita hidup tidak tragis, Dow tidak akan pernah bersimpati pada anjing mungil itu. Teri adalah korban tabrak lari ketika anjing itu masih berusia beberapa bulan. Satu kakinya harus diamputasi karena hancur tergilas roda mobil. Teri malang nyaris tak terselamatkan seandainya tidak ada dokter hewan yang baik hati yang lebih memilih mengoperasi Teri dengan gratis daripada menidurkannya. 

Ketika dibawa ke penampungan hewan, Second Chances, usai dioperasi, Teri bertemu dengan seekor anjing lain, Sans, yang sama-sama sedang dalam masa penyembuhan.

Sans sendiri merupakan anjing yang dipersiapkan untuk anjing umpan. Sayangnya, baru dua kali dipakai berlatih, Sans terluka cukup parah, dan harus kehilangan kedua telinganya. 

Sans, dan Teri pun menjadi teman baik ketika berada di Second Chances. 

Memang benar, Dow lah yang memisahkan keduanya ketika dirinya mengadopsi Sans 10 tahun yang lalu. Sebenarnya pihak Second Chances menyarankan agar Dow mengadopsi Sans, dan Teri, tapi diusianya yang baru 8 tahun, keputusan macam apa yang bisa ia ambil ketika kedua orang tuanya hanya mengizinkan Dow untuk mengadopsi satu ekor anjing?

Satu.

Hanya satu.

Bukankah itu berarti hanya Sans atau tidak sama sekali? Tentu Dow tidak akan menyia-nyiakan izin langka tersebut walau harus dibenci Teri seumur hidup.

Tapi masa iya Teri masih mendendam? Yang lebih menjengkelkan lagi, untuk anjing seukuran Papillon, Teri termasuk punya suara yang lumayan keras. Tidak jarang orang mengira jika dirinya berniat buruk terhadap Teri. 

“Teri itu monster,” cibir Dow. “Aku heran bagaimana Sans bisa berteman dengannya.”

“Teri itu malaikat, karena itulah semua orang menyukainya, termasuk Sans,” balas Oi sambil menjulurkan lidah.

Sebenarnya ucapan Oi benar adanya. Bukan bagian Teri adalah malaikat, tapi bagian semua orang menyukainya. Meski menjengkelkan, Dow harus mengakui jika kebanyakan orang suka dengan Teri. Ketika mereka bermain di taman, banyak orang asing yang mendekati Teri, mengelus bulunya, mengucapkan halo, dan semacamnya. 

Tanpa menanggapi ocehan Oi mengenai Teri, Dow menuruni tangga halaman, dan menghampiri sepedanya—tentu saja dengan Oi yang masih mengekor di belakangnya—namun niatnya untuk melepaskan kunci stang sepeda terhenti ketika sebuah tangan menahannya.

“Apa lagi?” 

“Kau belum menebak lagi.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Contract Lover
12512      2659     56     
Romance
Antoni Tetsuya, pemuda mahasiswa kedokteran tanpa pengalaman romansa berusia 20 tahun yang sekaligus merangkap menjadi seorang penulis megabestseller fantasy komedi. Kehidupannya berubah seketika ketika ia diminta oleh editor serta fansnya untuk menambahkan kisah percintaan di dalam novelnya tersebut sehingga ia harus setengah memaksa Saika Amanda, seorang model terkenal yang namanya sudah tak as...
SILENT
5487      1649     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
Arsya (The lost Memory)
711      529     1     
Mystery
"Aku adalah buku dengan halaman yang hilang. Cerita yang tercerai. Dan ironisnya, aku lebih paham dunia ini daripada diriku sendiri." Arsya bangun di rumah sakit tanpa ingatanhanya mimpi tentang seorang wanita yang memanggilnya "Anakku" dan pesan samar untuk mencari kakeknya. Tapi anehnya, ia bisa mendengar isi kepala semua orang termasuk suara yang ingin menghabisinya. Dunia orang dewasa t...
RANIA
2426      875     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
My SECRETary
554      352     1     
Romance
Bagi Bintang, menjadi sekretaris umum a.k sekum untuk Damar berarti terus berada di sampingnya, awalnya. Tapi sebutan sekum yang kini berarti selingkuhan ketum justru diam-diam membuat Bintang tersipu. Mungkinkah bunga-bunga yang sama juga tumbuh di hati Damar? Bintang jelas ingin tahu itu!
Sang Musisi
376      243     1     
Short Story
Ini Sekilas Tentang kisah Sang Musisi yang nyaris membuat kehidupan ku berubah :')
The Girl In My Dream
432      304     1     
Short Story
Bagaimana bila kau bertemu dengan gadis yang ternyata selalu ada di mimpimu? Kau memperlakukannya sangat buruk hingga suatu hari kau sadar. Dia adalah cinta sejatimu.
Monday
306      239     0     
Romance
Apa salah Refaya sehingga dia harus berada dalam satu kelas yang sama dengan mantan pacar satu-satunya, bahkan duduk bersebelahan? Apakah memang Tuhan memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan? Ah, sepertinya malah memperparah keadaan. Hari Senin selalu menjadi awal dari cerita Refaya.
Rindu Yang Tak Berujung
564      396     7     
Short Story
Ketika rindu ini tak bisa dibendung lagi, aku hanya mampu memandang wajah teduh milikmu melalui selembar foto yang diabadikan sesaat sebelum engkau pergi. Selamanya, rindu ini hanya untukmu, Suamiku.
Pak Pemeriksa Tiket
618      320     3     
Short Story
jangan panik karena itu dapat membuat kepercayaan orang-orang menjadi setengah-setengah