Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinderella And The Bad Prince
MENU
About Us  

Aku bingung saat sampai rumah suasana sedikit sibuk. Pagar rumah yang biasa tertutup pun mendadak terbuka lebar. Menarik kaki menuju rumah aku mendapati Pak Gito dan beberapa tetangga sedang beres-beres, bikin makin bingung. Pasalnya ini sudah pukul delapan malam. Jam segini harusnya Pak Gito menutup rapat pagar rumah.

"Neng Sindy!" seru Pak Gito begitu melihatku datang. Muka Pak Gitu terlihat tegang. "Neng Sindy ke mana aja? Den Prince pusing nyariin Neng dari sore." 

Keningku mengernyit. "Ada apa, Pak?" Aku masih nyuri pandang sama orang-orang di teras rumah. 

"Den Prince minta Neng Sindy langsung ke RS begitu pulang." 

Mendengar kata RS sontak mataku melebar. "Ibu kenapa, Pak?" 


"Langsung ke RS aja sekarang ya, Neng. Pak Gito mau ngurus yang di sini. Neng dianterin sama Pak Acep aja biar cepet sampe."

Pak Gito nggak memberi penjelasan apa pun yang bikin aku paham situasi ini. Bikin aku terserang takut tiba-tiba. Seandainya ponselku nggak lowbat aku bakal langsung menghubungi Prince. 

Aku mengiyakan dan menurut pergi ke rumah sakit sama Pak Acep yang berprofesi sebagai tukang ojek online. 

Begitu sampai di rumah sakit, bukan hanya Prince yang kulihat di sana. Bi Tuti juga ada di sana, dan yang membuat dadaku mendadak tak karuan, Bi Tuti bersimbah air mata seraya menghampiriku. Perasaanku mendadak nggak enak saat wanita paruh baya itu memelukku. 

"Neng Sindy yang sabar ya," ucapnya membuat hatiku mencelus. Apa terjadi sesuatu sama Ibu? 

Dari balik punggung Bi Tuti aku menatap Prince yang saat ini berwajah sendu. Bocah bengal itu menatapku dengan raut sedih. 

"Se-sebenarnya ibu kenapa, Bi?" 

Jujur di otakku sekarang hanya ada pikiran buruk yang terus berkeliaran. Aku nggak ingin begitu, tapi...

"Bu Fatma baru saja mengembuskan nafas terakhir, Neng." 

Kaku. Aku nggak bisa bergerak di pelukan Bi Tuti. Kabar itu membuatku seperti tersambar petir. Tanpa bisa dicegah air mataku langsung luruh, detik berikutnya aku merasa tubuhku lemas nggak bertenaga. Pandanganku terasa buram dan kepalaku mendadak kosong. 

"Sindy!"

Aku sempat mendengar teriakan Prince sebelum semua menjadi gelap.   

*** 

Saat orang-orang di sekelilingku sibuk, aku hanya bisa terpekur di depan tubuh kaku ibu yang tertutup kain. Beberapa tetangga yang datang memberi ucapan bela sungkawa dan ada juga yang berbaik hati membaca surat yasin untuk ibu. Kepergian ibu meninggalkan lubang cukup besar di hatiku. Aku menangis tanpa suara. Menyesali karena hari ini nggak sempat menemani ibu di saat-saat terakhirnya. Padahal hari ini jadwalku menjenguk ibu. Mengingat itu membuatku makin merasa bersalah dan penyesalanku tambah besar. 

Saat tanganku menyeka pipi yang basah dengan sapu tangan mataku melihat Prince duduk bersila di seberangku. Dia mengenakan koko putih dengan peci hitam di atas kepala. Di tangannya ada buku kecil yang terbuka. Dia menunduk selama beberapa saat dan nggak lama aku mendengar suaranya bergetah lirih membaca surat yasin. 

Melihat Prince mengaji seakan menampar kesadaranku. Aku larut dalam kesedihan hingga lupa mengaji untuk ibu. Nggak butuh waktu lama setelah tertatih mengambil air wudhu aku menyusul Prince membaca yasin.  

"Saat dapat telepon dari rumah sakit, Den Prince langsung menghubungi Neng Sindy tapi katanya nomornya nggak aktif. Jadi Bibi dan Den Prince langsung ke rumah sakit. Saat itu ibu kamu sudah dipindahkan ke ICU. Ibu kamu meninggal bada Maghrib. Den Prince yang menyaksikannya langsung." 

Penjelasan Bi Tuti membuatku makin terpukul. Harusnya aku yang ada di sisi ibu saat itu. Sekarang aku benar-benar merasa jadi anak yang nggak berguna. 

"Neng Sindy harus sabar dan tabah. Ibu Neng udah nggak sakit lagi. Biarkan ibu Neng pergi dengan tenang." 

Aku makin tergugu di pelukan Bi Tuti. "Aku nggak punya siapa-siapa lagi sekarang, Bi. Kalau ibu pergi aku sama siapa? Kenapa ibu tega ninggalin aku begini?"

"Neng nggak sendiri. Ada Bibi, ada  Nyonya dan Tuan, Den Prince, Pak Gito dan juga lainnya. Neng Sindy nggak sendiri." 

Nyonya besar alias Bu Elliana entah beliau dan suaminya tiba pukul berapa. Yang jelas saat pagi menjelang aku langsung bisa melihatnya dengan outfit serba putih. 

"Sindy." 

Nyonya Elliana  langsung menghampiri dan memelukku yang baru keluar dari kamar. 

"Yang sabar ya, Nak. Saya tahu kamu pasti sangat sedih dan merasa kehilangan karena saya juga merasakan hal sama. Ibu kamu sudah seperti keluarga saya dan saya banyak mendapat kebaikan dari Bu Fatma. Saya bersaksi ibu kamu orang yang sangat baik, Tuhan lebih sayang sama beliau."

Bukan hanya Nyonya Elliana. Pak Akbar alias Tuan besar pun ikut memberiku kata-kata yang sama. Ditemani mereka aku mengantar ibu ke peristirahatan terakhirnya. 

Saat prosesi pemakaman selesai, aku nggak langsung pergi. Kakiku rasanya berat meninggalkan ibu sendiri di sini. Terbersit pikiran kenapa ibu nggak membawaku turut serta pergi? Tanpanya aku sekarang sebatang kara. Padahal aku sangat berharap ibu bisa sembuh dan melihat senyum hangatnya lagi. 

"Maafin, Sindy. Karena nggak ada di sisi ibu saat ibu pergi. Kenapa sih ibu secepat ini ninggalin Sindy dan nyusul Ayah. Sekarang Sindy gimana, Bu? Harusnya ibu mengajak Sindy bertemu ayah juga? Sindy nggak punya siapa-siapa lagi sekarang."

Omonganku melantur. Sekosong itu kepala dan hatiku sekarang. Seperti di ambang putus asa. Selama ini ibu yang menjadi kekuatanku. Saat kekuatanku itu nggak ada, runtuh semuanya. 

"Bokap nyokap gue nungguin lo." 

Itu Prince. Cowok yang sejak kemarin nggak aku dengar suaranya. Normalnya dia pasti menyalahkan aku karena susah dihubungi kemarin sore. Tapi cowok itu memilih bungkam.

 

"Iya," sahutku singkat sambil mengusap ujung hidung yang basah. Aku bisa melihat kakinya bergerak hendak beranjak. "Prince..." Aku perlu menanyakan sesuatu padanya. "Apa ibu sempat sadar?" Aku bertanya dengan mata yang masih lekat memandangi pusara bertuliskan nama ibu.

"Ya."

Jawaban singkat Prince membuatku makin terpukul. Aku menggigit bibir, menahan air mata yang kembali mendesak. Sekali pun ibu nggak pernah bangun tiap kali aku menjenguknya. Tapi—

"Bibi ... " 

Suara Prince yang menggantung membuatku mengalihkan pandang padanya. Cowok itu pake kacamata hitam, aku nggak bisa lihat ekspresinya. Tapi aku bisa lihat rahang cowok itu mengeras sementara bibirnya merapat. 

"Ibu kenapa? Apa ibu bilang sesuatu?" 

Saat Prince mengangguk dadaku rasanya mau pecah menyadari bukan aku yang mendengar suara terakhir ibu.

"Bibi sempat bilang ... Bibi .... Bibi minta gue buat jagain lo. Se-setelah mengatakan itu, kondisi bibi memburuk," ucap cowok itu tampak susah payah. 

Keningku sedikit mengernyit. Nggak yakin ibu bisa mengatakan itu. Tapi aku nggak berkomentar apa pun. Yang ada air mataku kembali deras. Aku kembali tergugu di depan  makam ibu. Sampai nggak sadar Prince sudah berpindah duduk di sebelahku.

Kurasakan tangan cowok itu menepuk ragu pundakku. Tapi dia nggak mengatakan apa pun lagi. Seolah sengaja membiarkan aku menumpahkan tangis.


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kori

    Colokin aja tuh daun ke matanya

    Comment on chapter Bab 2
  • kori

    Prince tipe yang kudu ditampol dulu

    Comment on chapter Bab 1
  • shasa

    Bakal seru ini wkwk...

    Comment on chapter Bab 1
  • jewellrytion

    Bener-bener bad Prince!! Sesuai dengan judulnya. Baru baca Bab 1 aja udah bikin spaneng sama kelakuannya πŸ˜©πŸ˜‚πŸ˜‚

    Comment on chapter Bab 1
Similar Tags
It Takes Two to Tango
464      341     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
SABTU
2491      1011     10     
True Story
Anak perempuan yang tumbuh dewasa tanpa ayah dan telah melalui perjalanan hidup penuh lika - liku, depresi , putus asa. Tercatat sebagai ahli waris cucu orang kaya tetapi tidak merasakan kekayaan tersebut. Harus kerja keras sendiri untuk mewujudkan apa yang di inginkan. Menemukan jodohnya dengan cara yang bisa dibilang unik yang menjadikan dia semangat dan optimis untuk terus melanjutkan hidupn...
Ameteur
82      75     1     
Inspirational
Untuk yang pernah merasa kalah. Untuk yang sering salah langkah. Untuk yang belum tahu arah, tapi tetap memilih berjalan. Amateur adalah kumpulan cerita pendek tentang fase hidup yang ganjil. Saat kita belum sepenuhnya tahu siapa diri kita, tapi tetap harus menjalani hari demi hari. Tentang jatuh cinta yang canggung, persahabatan yang retak perlahan, impian yang berubah bentuk, dan kegagalan...
Ending
5242      1359     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Sebelah Hati
860      596     0     
Romance
Sudah bertahun-tahun Kanaya memendam perasaan pada Praja. Sejak masih berseragam biru-putih, hingga kini, yah sudah terlalu lama berkubang dengan penantian yang tak tentu. Kini saat Praja tiba-tiba muncul, membutuhkan bantuan Kanaya, akankah Kanaya kembali membuka hatinya yang sudah babak belur oleh perasaan bertepuk sebelah tangannya pada Praja?
Atraksi Manusia
463      342     7     
Inspirational
Apakah semua orang mendapatkan peran yang mereka inginkan? atau apakah mereka hanya menjalani peran dengan hati yang hampa?. Kehidupan adalah panggung pertunjukan, tempat narasi yang sudah di tetapkan, menjalani nya suka dan duka. Tak akan ada yang tahu bagaimana cerita ini berlanjut, namun hal yang utama adalah jangan sampai berakhir. Perjalanan Anne menemukan jati diri nya dengan menghidupk...
Survive in another city
124      103     0     
True Story
Dini adalah seorang gadis lugu nan pemalu, yang tiba-tiba saja harus tinggal di kota lain yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Dia adalah gadis yang sulit berbaur dengan orang baru, tapi di kota itu, dia di paksa berani menghadapi tantangan berat dirinya, kota yang tidak pernah dia dengar dari telinganya, kota asing yang tidak tau asal-usulnya. Dia tinggal tanpa mengenal siapapun, dia takut, t...
Let me be cruel
4785      2637     545     
Inspirational
Menjadi people pleaser itu melelahkan terutama saat kau adalah anak sulung. Terbiasa memendam, terbiasa mengalah, dan terlalu sering bilang iya meski hati sebenarnya ingin menolak. Lara Serina Pratama tahu rasanya. Dikenal sebagai anak baik, tapi tak pernah ditanya apakah ia bahagia menjalaninya. Semua sibuk menerima senyumnya, tak ada yang sadar kalau ia mulai kehilangan dirinya sendiri.
BELVANYA
339      235     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Can You Hear My Heart?
455      270     11     
Romance
Pertemuan Kara dengan gadis remaja bernama Cinta di rumah sakit, berhasil mengulik masa lalu Kara sewaktu SMA. Jordan mungkin yang datang pertama membawa selaksa rasa yang entah pantas disebut cinta atau tidak? Tapi Trein membuatnya mengenal lebih dalam makna cinta dan persahabatan. Lebih baik mencintai atau dicintai? Kehidupan Kara yang masih belia menjadi bergejolak saat mengenal ras...