Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mimpi & Co.
MENU
About Us  

“Gimana, Ami? Suka nggak sama batunya? Itu dari merkurius, lho. Di mars dijual murah soalnya yang jual lagi butuh modal. Bagus banget lho itu bisa glow in the dark. Eh, lain kali, mau nggak kalau gue ajak jalan-jalan ke luar angkasa? Nanti gue pinjam pesawatnya Sablikuk deh. Sekalian kita tamasya ke pluto.”

“Kejauhan,  Kak.”

“Iya juga, ya? Eh, Lo tahu nggak? Nama gue tuh sering dikatain aneh sama orang-orang. Kok temen-temen bisa manggil gue Liver, ya? Apa nama gue ganti pankreas aja?”

Ami terkekeh. Obrolan via ponsel pada malam itu diakhiri setelah Oliver meminta izin untuk pergi tidur. Di kamarnya, Ami duduk di kursi belajar, memandang sebuah batu ungu berkilau yang masih berada di dalam kotak yang terbuka–batu dari merkurius, kata Oliver. Saat Ami mencoba mematikan lampu, batu itu memancarkan cahaya yang menyebar ke seluruh kamarnya dengan titik-titik berkilau seperti bintang-bintang–persis seperti kilauan di pintu Mimpi & Co. saat pertama kali Ami menemukannya. Kamarnya jadi tampak seperti mimpi.

Layar ponsel Ami tiba-tiba menyala. Ami mendapat pesan dari seseorang yang sebenarnya ia pikirkan sejak tadi, Aidan.

 

Dari: Kak Ai

Ami, aku boleh telpon?

 

Ami tiba-tiba merasakan realita. Setelah menemukan yang nyata di antara mimpi, rasa tidak percaya dirinya tiba-tiba kembali. Jantungnya berdegub kencang hanya kerena pesan singkat itu. Tiba-tiba dia tidak berani membalas, namun di saat inilah dia merasa pertanggungjawabannya dilatih–karena dia punya janji. Meskipun kemarin dia berani banyak bicara karena mengira bahwa Aidan hanyalah mimpi, tapi … bahkan jika semuanya adalah kenyataan dari awal, bukankah tidak ada salahnya bersikap seperti itu? Kenapa dirinya selalu takut akan ditinggalkan? Dengan jemari yang sedikit gemetar, Ami membalas pesan Aidan.

 

Kepada: Kak Ai

Boleh

 

Sesaat setelah pesannya terkirim, Ami terkejut ponselnya berdering. Aidan menghubunginya. Jantung Ami semakin berisik. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum memberanikan diri menerima panggilan. Ami menyapa dengan canggung saat menerima telepon dari seorang pria yang bukan mimpi.

“Kak Ai–”

Ami ternyata sempat lupa kalau seluruh sikap Aidan tidak ada kaitannya dengan Mimpi & Co. Dengan kata lain, Aidan yang menawarkan diri sebagai teman, dan menyatakan cinta kepadanya, semua itu nyata tanpa pengaruh toko ajaib itu. Ami dicintai, tapi dia terlambat menyadari. Saat ini, Aidan bicara lewat ponsel, dan Ami tidak merasa terancam sama sekali. Percakapan yang diawali dari ‘lagi apa?’ pun berkembang menjadi obrolan ringan yang membahas tentang yogurt alpukat yang dijanjikan Ami.

“Oh, iya. Yogurt komodo,” celetuk Ami.

“Kok komodo sih?”

Ami menepuk jidat. Dia salah bicara karena salah tingkah. Ami meralat seraya menahan malu. “Yogurt avocado maksudnya, Kak.”

“Besok bisa?” tanya Aidan. “Sekalian kita ketemu. Sekalian aku mau nagih jawaban soal … kamu mau nggak jadi pacar aku. Iya iya, enggak enggak ya, Ami? Kalau butuh waktu juga kamu harus bilang. Kalau kamu masih bingung, nggak apa-apa. Nanti aku bisa kok kasih kamu waktu lagi. Yang penting jangan gantungin aku tanpa kejelasan. Aku nggak suka.”

Ami suka dengan kejujuran itu. Ami juga ingin jujur, tapi dia merasa belum bisa seterus terang Aidan.

“Ami?”

Ami sadar kalau dia barusaja mendiamkan Aidan beberapa saat. “Iya, Kak. Besok kita ketemu, ya?”

Maka keesokkan harinya, Ami bangun lebih pagi untuk membuat yogurt. Tidak sulit karena semua bahan telah tersedia di dapurnya. Setelah semuanya jadi, Ami segera memberi kabar kepada Aidan.

 

Kepada: Kak Ai

Kak Ai, yogurt avocado-nya udah jadi. Gimana kalau kita makan sepulang kuliah aja? Biarin di kulkas dulu. Menurut aku, lebih enak dingin.

 

Ami segera mendapat balasan yang sederhana, tapi terasa manis baginya.

 

Dari: Kak Ai

Can’t wait

 

Hari ini, setelah kelas berakhir dan dosen keluar dari kelas, Ami mendengar namanya diserukan lalu terkejut saat melihat Aidan mengintip di pintu dengan cara yang lucu–Aidan bersembunyi di balik dinding dan hanya menunjukkan setengah wajahnya. Aidan tersenyum setelah Ami menemukannya. Ami juga tersenyum, tapi dia malu-malu. Dia pun bergegas merapikan barang-barangnya lalu beranjak menghampiri Aidan.

“Kak Ai udah nunggu dari tadi?” tanya Ami.

Aidan menggeleng. “Baru aja kok.”

“Kak Aidaaan …”

Seruan itu milik Rini. Ami menyesal tidak segera pergi bersama Aidan sampai gerombolan mereka lagi-lagi menghampiri–kali ini Rini bersama pacarnya, Adit.

“Kak Aidan mau kemana nih? Kok ngajak Ami?” tanya Widi.

Dira menyela, “Boleh gabung nggak sih? Kita tuh dari dulu pengen banget hangout sama kalian.”

Rini mengangguk setuju, lalu Adit segera menegur. “Babe! Kita kan mau nge-date! Bisa-bisanya ngajak cowok lain?”

Aidan segera angkat suara sebelum dirinya dituduh sesuatu, “Santai aja. Gue udah punya Ami kok.”

Rini dan rekan-rekannya pun terkejut dalam diam–termasuk Ami.

Dira bertanya kepada Aidan, “Kalian … pacaran?”

Aidan mengulum senyum. “Doain aja, ya?”

Itu adalah jawaban ambigu Aidan sebelum salah satu tangannya meraih tangan Ami dan mengajaknya pergi. Aidan menggandeng tangannya, meskipun akhirnya dilepaskan saat menuruni tangga–dan Aidan meminta maaf soal itu. Sebenarnya Ami merasa tidak keberatan, tapi dia terlalu malu untuk memberitahu.

Awalnya, Ami ingin mengajak Aidan ke rumahnya. Namun, dia tiba-tiba teringat kata Pasha yang melarangnya membawa seorang pria saat rumahnya kosong. Jadi, Ami meminta Aidan untuk menunggu di minimarket. Ternyata takdir berkata lain. Di mulut gang, Ami melihat mobil ayahnya yang segera berhenti lalu kaca jendelanya terbuka. Aidan lekas menyapa dengan sopan.

Ami memberitahu ayahnya kalau dia dan Aidan akan pergi makan yogurt bersama, tapi ayahnya justru meminta mereka untuk makan di rumah saja dan mengajak Aidan. Mau tidak mau, mereka akhirnya ikut ke mobil dan menuju rumah.

“Ayah pulang cuma buat ngambil berkas. Habis ini ayah berangkat lagi. Aidan makasih ya udah mau nemenin Ami?” celoteh sang ayah setelah keluar dari ruang pribadinya.

“Saya yang makasih, Om,” ucap Aidan ditambah dengan tawa canggung.

Saat ini Ami dan Aidan sudah di ruang makan yang tanpa sekat dengan ruang tamu. Sang ayah kemudian secara tidak sengaja mendapati putri semata wayangnya mengeluarkan dua gelas yogurt dari dalam kulkas.

“Kamu bikin yogurt alpukat? Kok ayah nggak tahu?” tanyanya. “Sisain buat ayah! Kalau nggak, ayah mau ngambek!”

Kelakuan pria paruh baya itu membuat Aidan menahan tawa diam-diam.

“Ayah juga aku buatin kok,” kata Ami.

“Ah, thank you. Nanti ayah makan kalau pulang.”

Ami melihat ayahnya yang buru-buru melangkah keluar rumah dan Ami buru-buru berseru, “Kenapa nggak dibawa aja? Kan bisa dimakan di rumah sakit?”

Ayahnya seketika kembali. “Benar!” ujarnya seraya mendekati Ami yang sudah mengeluarkan yogurt milik ayahnya.

Setelah ayahnya pergi dengan membawa yogurtnya, Ami pun berakhir berdua dengan Aidan di rumahnya yang sepi.

“Punya Kak Ai yang nggak pakai perasan lemon,” kata Ami dengan canggung seraya menyodorkan yogurt untuk Aidan.

Aidan menerima dengan senyum sewajarnya dan berucap singkat, “Makasih.”

Mereka duduk berhadapan dan Ami mulai makan yogurt lebih dulu–Aidan memperhatikan. Aidan ternyata menyadari adanya perbedaan dari sikap Ami–Ami tidak sevokal hari kemarin. Dia pun mencoba memecahkan keheningan dengan cara alami.

Begitu mencicipi yogurt, kening Aidan seketika mengerut. Dia berkata, “Masih asam, Ami.”

Ami menimpali, “Segitu masih asam ya buat Kak Ai?”

Aidan mengangguk. “Tapi asamnya nggak seburuk yang aku bayangin kok. Masih enak soalnya ada alpukatnya. Oh iya, aku udah bilang kan kalau mau sekalian nagih sesuatu?”

Ami membeku sejenak. Setelah menelan yogurt di mulutnya, dia berucap pelan, “Kak Ai … maaf ya?”

Aidan mengangguk tanpa menuntut atau melontarkan pertanyaan lain.

Ami melanjutkan, “Kalau Kak Ai mau nagih jawaban, sekarang kayaknya aku belum bisa. Kasih aku waktu sekitar–” Ami buru-buru memeriksa kalender di ponselnya dan mencari tahu tanggal kapan Mimpi & Co. berakhir. “semingguan lagi!”

Aidan mengangguk seraya tersenyum. Dia sangat menerima keputusan Ami.

Aidan berkata, “Oke. Seminggu lagi ya beneran? Aku tunggu lho.”

Ami mengangguk. Dia tidak sembarangan memutuskan. Seminggu lagi, kontraknya dengan Mimpi & Co. akan selesai. Dan Ami ingin mencaritahu, apakah Aidan tidak akan melupakannya karena bukan mimpi? Atau akan menjadi salah satu yang melupakannya karena terlibat dalam mimpi? Tengah malam ini, Ami mendapat pesan dari Mimpi & Co. Pesan itu membuatnya ingin membahagiakan setiap mimpinya–sebagai balas budi dan permintaan maaf karena telah membuat mereka berperan sebagai mimpi–sebelum segalanya berakhir.

 

Dari: Pesan otomatis Mimpi & Co.

Halo, pelanggan terpilih!

Paket menangkap bulan Anda telah tiba di minggu terakhir. Mari manfaatkan tujuh hari terakhir Anda dengan menikmati mimpi-mimpi terakhir Anda dari kami. Terima kasih sudah menggunakan jasa Mimpi & Co.

 

Salam hangat,

Mimpi & Co.

 

[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tumbuh Layu
375      252     4     
Romance
Hidup tak selalu memberi apa yang kita pinta, tapi seringkali memberikan apa yang kita butuhkan untuk tumbuh. Ray telah pergi. Bukan karena cinta yang memudar, tapi karena beban yang harus ia pikul jauh lebih besar dari kebahagiaannya sendiri. Kiran berdiri di ambang kesendirian, namun tidak lagi sebagai gadis yang dulu takut gagal. Ia berdiri sebagai perempuan yang telah mengenal luka, namun ...
Ikhlas Berbuah Cinta
865      685     0     
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira. Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...
Hello, Kapten!
1458      731     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Orang Ladang
973      588     5     
Short Story
Aku khawatir bukan main, Mak Nah tak kunjung terlihat juga. Segera kudatangi pintu belakang rumahnya. Semua nampak normal, hingga akhirnya kutemukan Mak Nah dengan sesuatu yang mengerikan.
Invisible Girl
1205      627     1     
Fan Fiction
Cerita ini terbagi menjadi 3 part yang saling berkaitan. Selamat Membaca :)
Dream Space
679      419     2     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
Penerang Dalam Duka
601      400     2     
Mystery
[Cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Mina yang berusaha untuk tetap berbuat baik meskipun dunia bersikap kejam padanya.] Semenjak kehilangan keluarganya karena sebuah insiden yang disamarkan sebagai kecelakaan, sifat Mina berubah menjadi lebih tak berperasaan dan juga pendiam. Karena tidak bisa merelakan, Mina bertekad tuk membalaskan dendam bagaimana pun caranya. Namun di kala ...
UNTAIAN ANGAN-ANGAN
270      237     0     
Romance
“Mimpi ya lo, mau jadian sama cowok ganteng yang dipuja-puja seluruh sekolah gitu?!” Alvi memandangi lantai lapangan. Tangannya gemetaran. Dalam diamnya dia berpikir… “Iya ya… coba aja badan gue kurus kayak dia…” “Coba aja senyum gue manis kayak dia… pasti…” “Kalo muka gue cantik gue mungkin bisa…” Suara pantulan bola basket berbunyi keras di belakangnya. ...
A & A
292      214     2     
Romance
Alvaro Zabran Pahlevi selalu percaya bahwa persahabatan adalah awal terbaik untuk segala sesuatu, termasuk cinta. Namun, ketika perasaannya pada Agatha Luisa Aileen semakin dalam, ia sadar bahwa mengubah status dari teman menjadi pacar bukanlah perkara mudah. Aileen, dengan kepolosannya yang menawan, seolah tak pernah menyadari isyarat-isyarat halus yang Alvaro berikan. Dari kejadian-kejadian ...
The Maiden from Doomsday
10671      2383     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...