Loading...
Logo TinLit
Read Story - That's Why He My Man
MENU
About Us  

-That's Why He My Man-

•••

Take a chance, baby, let's take a chance

Yeah, I know he did you wrong but we're not all bad

Don't hold back, baby, don't hold back

And I promise you can fall in love again

(Fall In Love Again – P1Harmony)

 

            Kafe di Jalan Overste Isdiman jadi pilihan tiga serangkai untuk berkumpul di pertengahan September. Usai mendengar kabar bahwa Bella menerima ajakan taaruf dari seseorang, Nora dan Pramudya dengan kompak mengusahakan jadwal mereka kosong sehingga bisa menemui Bella.

            Di sinilah mereka sekarang, menikmati kentang goreng, popcorn chicken, dan kopi kesukaan masing-masing. “Bell, spill foto dih! Pelit banget masa. Nggak bakal direbut,” tutur Nora.

            Bella mendecak, perempuan itu membuka kunci ponselnya dan mencari Instagram Tarmiji. Seminggu menjadi seorang stalker Tarmiji, Bella jadi tahu kalau calon pasangannya itu seorang content creator yang ternyata pernah ia like salah satu video reels-nya. “Tuh liatt,” ucap Bella gemas.

            Nora menerima ponsel Bella. Perempuan yang rambutnya diikat bunny itu bersiul menggoda Bella. “Aw, ganteng juga. Tapi doi lebih pendek dari Bagas nggak sih?” ujarnya yang hanya mendapat gumaman Bella.

            Pramudya mengambil alih ponsel Bella dari tangan Nora. “Look like he’s good person, kita perlu ketemu sama dia dulu nggak sih, Ra?” ujarnya pada Nora.

            Nora memberi anggukan setuju. “Iya kita perlu adaian wawancara sama siapa namanya tadi, Bell? Tarem? Term? Terms and conditions?” tanyanya.

            Bella mendelik sebal mendengar nama calon pasangannya itu diplesetkan oleh Nora. “Tarmiji, Miji, Noyy! Lagian ngapain sih pake acara wawancara segala macem,” ucapnya greget. Nora sampai terkikik melihat ekspresi Bella.

            “Loh ini penting, Bell. Terakhir kali kamu kenalin cowo ke hadapan kita ending-nya diselingkuhin sih, makanya agak ragu sama pilihan kamu. Tapi kalo Om Damar udah acc yaa, we try to believe it, ya, Gas?” balas Nora.

            “Ish apa sih.” Bella memakan kentangnya lagi dengan cepat.

“Aduh aduh iyaa deh yang sudah jatuh hati duluan sama dedek Miji,” goda Nora.

“Dia lebih muda berapa tahun sih?” tanya Pramudya.

“2 tahun kan? Sama kayak si arak-arakan warga itu,” jawab Nora. Semenjak ia tahu tentang kejadian yang menimpa Bella di Bandung, Nora rasanya keberatan memanggil nama Rakha dengan benar. Bisa bikin dia alergi gatal-gatal, katanya.

“Tapi yang ini masuk kategori mapan karena udah punya usaha clothing line, kan? Konten kreator juga, pemasukan bulanan dia pasti sekitar 2 digit. Cukup buat biayain hidup Bella yang suka nggak enakan ini,” komentar Pramudya sembari mengangsurkan ponsel Bella kembali pada pemiliknya.

“Hm, setuju sama yang ini sih. Besok kita join aja kalo mereka ada agenda ketemu, gimana, Gas?”

            “Ayok aja, berani kosongin jadwal kan?” Kedua muda mudi itu saling berjabat tangan. Membentuk aliansi yang Bella tanggapi dengan senyum kecut.

            “Btw, kamu jadi nikah tahun ini, Pram?” tanya Bella.

            Pram menggeleng. “Paling cepet awal tahun depan sih. Isha butuh kelarin urusan di tempat kerja dia soalnya,” jawabnya.

            “Wow, berani juga, ya dia? Kalian emang sepakat si Isha jadi full ibu rumah tangga? Nggak boleh nyambi karir?” tanya Nora penasaran.

            “Nggak juga. Aku ya masih oke-oke aja kalo dia pengin kerja. Tapi Isha pengin resign aja dan fokus promil,” jawab Pramudya sembari mencomot kentang gorengnya.

            Nora dan Bella sama-sama takjub. “Nggak nyangka telinga suciku bakal denger kata promil keluar dari mulut buaya seorang Bagas, the most wanted boy pada masanya,” ucap Nora.

            “Biasa aja kali. Lagian obrolan soal kayak gitu wajar kok buat ditanyain sebelum ke jenjang pernikahan. Kamu juga pasti bakal ngobrol soal itu kalo nikah nanti, Ra. Bahkan aku tebak, kamu bakal lebih ribet karena banyak consent yang kamu pikirin. Kayak, boleh atau nggak berkarir, boleh childfree nggak, boleh tidur pake lampu nyala nggak, boleh ini boleh itu. Ah ribet banget jadi Nora,” celoteh Pramudya yang mendapat pukulan tangan dari Nora yang tidak ada rasanya itu.

            “Sok tau banget jadi laki, nyebelin,” gerutu Nora.

            “Berarti nanyain begitu juga nggak salah?” tanya Bella serius sekaligus penasaran. Ia butuh bahan untuk dapat ia obrolkan dengan Tarmiji nantinya. Perempuan itu tidak ingin hanya duduk dan bengong saja tanpa bekal apapun.

            “Iya nggak salah. Toh, kayaknya nggak terlalu merujuk ke ranah intim. Semua masih dalam batas wajar ya menurutku. Soal nanti after marriage bakal tinggal dimana? Terus rencana punya anak berapa dan kapan? Boleh atau enggaknya kerja setelah nikah? Itu pertanyaan umum yang boleh diajukan, Bell,” jawab Pramudya.

            “Oh! Kalo bisa sekalian sama tanya, Bell. Siapa yang harus KB,” tambah Nora.

            Kening Bella berkerut bingung, ia mengutarakan kebingungannya dengan bertanya, “Hah? Apa hubungannya?”

            “Yaa menurutku itu patut didiskusikan ya, Bell. KB untuk perempuan itu banyak efek sampingnya dan cocok-cocokan. Sebagai seorang dokter, meskipun aku bukan bagian Obgyn, ya, aku juga pernah intern di bagian itu kok. Jadi aku pernah ngalamin yang namanya dapat keluhan dari ibu pasca melahirkan yang gonta-ganti KB. KB pil bikin dia mual, muntah dan semua makanan serasa nggak enak di mulutnya. IUD bikin perut kram, terus nggak nyaman waktu begituan. KB suntik bikin berat badan tuh nambah. Kalo implan, kadang bikin siklus menstruasi jadi nggak teratur dan bikin memar di kulit, tapi itu waktu baru awal pasang sih,” jelas Nora panjang lebar.

            “Nora kalo lagi mode pinter tuh keren, ya. Herannya dia tetep oon kalo udah perkara laki,” ucap Pramudya.

            “Yang bikin oon juga kamu, Gas!” Nora mencubiti perut Pramudya, membuat si empunya perut lama-lama mengaduh kesakitan juga.

            “Terus yang bagus itu jawaban kayak apa?” tanya Bella.

            “Kalo suaminya berani ambil KB Vasektomi, itu bagus banget. Jadi vasektomi itu prosedur buat ikat saluran sperma. So, tiap hubungan nanti yang keluar cuma air mani tanpa sperma then boom, nggak bakal terjadi fertilisasi,” jawab Nora lugas.

            “Itu jawaban yang bener?” tanya Bella yang masih dengan mode polosnya.

            Nora mengangguk. “Itu cuma dilakuin sama laki yang emang nggak pengin nambah anak, ya. Dan nggak semua laki-laki mau lakuin prosedur tersebut karena kebanyakan laki pasti nuntut istrinya biar istrinya aja yang KB,” ucapnya.

            “Khusus Bagas kayaknya nggak bakal vasektomi sih,” lanjut Nora sembari melirik Pramudya yang tersedak mendengar penuturan sahabatnya itu.

            “Kalo ada yang gampang, kenapa harus ribet, sih,” ujar Pramudya agak kesal.

            “Emang kamu pilih apa, Pram?” tanya Bella penasaran.

            Pramudya menggaruk lehernya yang tak gatal. Merasa agak canggung menghadapi dua perempuan ajaib yang entah kenapa masih betah jadi tempat keluh kesahnya. “Ya, KB kondom aja,” jawabnya sepelan mungkin namun masih dapat didengar oleh kedua perempuan di hadapannya. Nora tertawa sejadi-jadinya, sedangkan Bella sibuk mengipasi wajahnya yang memanas.

            Daripada tertus ditertawakan oleh Nora, Pramudya cepat-cepat mengalihkan perhatian ke topik utama. “Udah ah, ini sebenernya kamu suka nggak sama Tarmiji?” tanya Pramudya pada Bella.

            Bella berdehem. Perempuan itupun sebenarnya agak dilema, memikirkan keputusannya seminggu yang lalu. Ia juga jadi uring-uringan sendiri, di samping karena ia sendiri juga belum terlalu siap untuk hidup serumah dengan orang asing. Bella juga ingin keluar dari rumahnya saat ini, demi menjaga kewarasan.

            “Sebenernya, aku nggak terlalu kaget waktu tau Bella sama si oknum bodong itu putus. Tapi aku lumayan kaget waktu denger dia nerima lamaran dari cowok yang nggak dia kenal banget. Bahkan tergolong asing deh.” Nora menanggapi. Sebagai seorang sahabat yang mengenal Bella lebih dari 4 tahun lamanya, Nora agaknya paham dengan pikiran sahabatnya itu. Bella adalah anak yang rela mengambil cuti kuliah demi memenuhi ekonomi keluarganya.

            Bella merelakan waktunya untuk lebih banyak bekerja. Meski ekonomi keluarganya sudah stabil sejak ibunya menikah lagi. Namun bagi Bella, adik-adiknya merupakan sebuah tanggung jawab bagi Bella. Sebagai seorang kakak, ia juga ingin melihat adik-adaiknya bisa lebih sukses dari dirinya. Di samping itu, ibunya merasa bahwa anak pertamanya lah yang harus memberikan kontribusi terbesar dalam hal pengeluaran rumah tangga.

            “Aku agak capek aja dengerin ibu terus-terusan ngomel soal nikah. Penginnya sih aku tinggal terpisah aja, tapi nggak mungkin bisa.” Bella menjawab dengan jujur tentang alasan utamanya menyetujui taaruf tersebut.

            “Bell, lupain mantan itu gampang banget kok. Apalagi yang modelan kayak si arak-arakan itu. Beuh, saking gampangnya! Kamu tinggal inget-inget aja jeleknya, si arak-arakan kan emang banyak jeleknya timbang bagusnya,” ucap Nora.

            Pramudya mengangguk menyetujui. “Nanti kamu pasti bakal nemuin banyak kebaikan dari Tarmiji itu. Nggak semua cowok sama, meskipun nantinya di tengah jalan kamu tau mungkin ternyata orang itu nggak sebaik yang sekarang, tapi kalo memang bisa kamu toleransi hal tersebut … yaa, nggak apa-apa. Kecuali dia punya riwayat selingkuh, terus suka main tangan, emosinya belum stabil. Itu patut untuk dijauhi. Besok pokoknya agendain waktu buat kita biar bisa ikut kamu ketemu calon suami kamu itu,” tutur lelaki itu dengan cerewet.

            Sebagai satu-satunya teman dekat lelaki Bella, Pramudya tidak ingin perempuan yang sudah ia anggap adiknya itu salah memilih pasangan lagi. Apalagi ini terkait dengan masa depan sahabatnya. Ia harus ikut selektif melihat lelaki di sekitar sahabatnya. Sekarang pun, ia melirik sekeliling, menangkap beberapa pasang mata yang mencuri pandang ke arah Bella dan Nora tentunya.

            “Dari namanya sih keliatan kalo orangnya tuh kalem dan mampu mengayomi. Mana cakep pula, bibit unggul deh kayaknya. Meskipun dari kriteria fisik, kalo dibandingin sama Bagas yaa nilainya agak tinggi dia. Tapi waktu denger dia langsung ngajak taaruf, berarti dia tipikal yang to the point dan nggak kebanyakan omong kayak si arak-arakan itu,” ucap Nora. Perempuan itu masih di pihak pro.

            Bella menganggukan kepala. Tarmiji yang ia ketahui lebih muda umurnya dari perempuan itu, agaknya lebih dewasa. Lelaki itu juga pasti membutuhkan banyak pertimbangan sebelum benar-benar berani datang ke rumah Bella dengan membawa niat tersebut. Bella juga tidak mengerti, kenapa Tarmiji punya alasan ingin bertaaruf dengan dirinya.

            “Nggak ada salahnya kamu coba kenalan sama dia, Bell. Siapa tau dia punya visi yang bagus buat kedepannya. Aku juga nggak selamanya bakal sama kalian terus, nggak selamanya bisa jagain kalian,” tutur Pramudya.

            “Sok iye banget nih aki-aki. Lagian aku juga bakal nyusul kalian kok, nggak usah khawatir deh. Bella nikah, Bagas nyusul, ya aku juga bisa lah. Cantik begini kok, siapa yang mau nolak coba,” balas Nora sembari berlagak mengibaskan rambut.

            Pramudya berdecak, Nora suka sekali merusak suasana haru yang susah payah Pramudya bangun. “Sok tegar banget, besok kalo kamu nangis pas aku akad, kamu musti transfer 5 juta ke aku,” ucapnya.

            “Astaga, pemerasan banget ini. Buang aja dia, Bell. Nggak guna ada cowok kayak gini di circle kita.”

            Bella tertawa kecil mendengar pertengkaran kedua sahabatnya itu. Ada kehangatan yang menjalari hatinya melihat perhatian tulus dari Nora dan Pramudya. Di tengah kebimbangannya tentang taaruf ini, kehadiran mereka adalah jangkar yang menahannya untuk tidak hanyut dalam ketidakpastian.

            “Duh, Kalian ini tiap ketemu kayaknya emang harus debat, ya? Nggak debat sehari bisa bikin kalian kutuan kayaknya,” ujar Bella akhirnya, memecah perdebatan kecil itu. “Btw, thanks ya udah mau repot-repot ke sini.”

Nora langsung merangkul Bella dari samping. “Repot apaan sih, Bell? Justru kita tuh seneng bisa nemenin proses kamu. Ini kan langkah besar buat kamu.”

Pramudya mengangguk setuju. “Betul. Jangan anggap kita beban ya. Justru kalau ada apa-apa, cerita aja. Jangan dipendam sendiri.”

Bella mengangguk lagi, kali ini dengan senyum yang lebih lebar. “Iya. Besok kalau jadi ketemu Tarmiji, aku pasti kabarin kalian.”

Suasana menjadi lebih tenang. Mereka bertiga terdiam sejenak, menikmati kebersamaan yang terasa begitu berharga. Bella kembali memikirkan Tarmiji. Sosok asing yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dengan sebuah ajakan yang cukup mengagetkan. Ia tidak tahu banyak tentang lelaki itu, selain namanya dan siapa dia dari sudut pandang ayah serta ibunya. Ada rasa penasaran yang mulai tumbuh, bercampur dengan sedikit keraguan. Mungkinkah ini jalan keluar dari tekanan ibunya? Mungkinkah Tarmiji adalah sosok yang tepat untuknya?

“Kamu nggak ada kepikiran buat cari tahu dulu tentang Tarmiji?” tanya Pramudya tiba-tiba, seolah membaca pikiran Bella. “Maksudku, ya sekadar tanya-tanya ke teman atau kenalan gitu.”

Bella menggeleng pelan. “Belum kepikiran. Aku juga nggak tahu mau tanya ke siapa. Ayah sama ibu ya cuma tau Tarmiji itu anak temen mereka. I mean, mereka juga belum kenal deket. Lagian dia bukan orang sini.”

“Ya udah, besok kita liat aja langsung orangnya kek apa. Siapa tau bisa langsung klik dan ada chemistry antara kamu ama si Tar,” timpal Nora dengan nada optimis.

“Chemistry mana ada yang instan, Ra,” sanggah Pramudya. “Perlu waktu buat membangun itu.”

“Ya tapi kan first impression dia di hadapan Bella sama kita itu penting," balas Nora tak mau kalah.

Bella kembali tertawa kecil melihat perdebatan kecil kedua sahabatnya. Ia merasa sedikit lebih tenang sekarang. Apapun yang terjadi besok, ia tidak sendiri. Ada Nora dan Pramudya yang akan selalu mendukungnya.

Malamnya, sebelum tidur, Bella mencoba membayangkan sosok Tarmiji. Wajahnya samar-samar dalam benaknya. Ia hanya ingat nama itu terdengar lembut, seperti orangnya yang digambarkan Nora. Ia berharap, pertemuannya di kemudian hari akan membawa kejelasan, bukan justru menambah kebingungannya. Ia hanya ingin hatinya tenang, dan mungkin, menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari.

 

•••

-That's Why He My Man-

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
116      93     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.
7°49′S 112°0′E: Titik Nol dari Sebuah Awal yang Besar
410      280     0     
Inspirational
Di masa depan ketika umat manusia menjelajah waktu dan ruang, seorang pemuda terbangun di dalam sebuah kapsul ruang-waktu yang terdampar di koordinat 7°49′S 112°0′E, sebuah titik di Bumi yang tampaknya berasal dari Kota Kediri, Indonesia. Tanpa ingatan tentang siapa dirinya, tapi dengan suara dalam sistem kapal bernama "ORIGIN" yang terus membisikkan satu misi: "Temukan alasan kamu dikirim ...
Metanoia
46      39     0     
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
Kisah Kemarin
6784      1673     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
The First 6, 810 Day
594      429     2     
Fantasy
Sejak kecelakaan tragis yang merenggut pendengarannya, dunia Tiara seakan runtuh dalam sekejap. Musik—yang dulu menjadi napas hidupnya—tiba-tiba menjelma menjadi kenangan yang menyakitkan. Mimpi besarnya untuk menjadi seorang pianis hancur, menyisakan kehampaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dalam upaya untuk menyembuhkan luka yang belum sempat pulih, Tiara justru harus menghadapi ke...
Langit Tak Selalu Biru
68      58     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
Ruang Suara
184      129     1     
Inspirational
Mereka yang merasa diciptakan sempurna, dengan semua kebahagiaan yang menyelimutinya, mengatakan bahwa ‘bahagia itu sederhana’. Se-sederhana apa bahagia itu? Kenapa kalau sederhana aku merasa sulit untuk memilikinya? Apa tak sedikitpun aku pantas menyandang gelar sederhana itu? Suara-suara itu terdengar berisik. Lambat laun memenuhi ruang pikirku seolah tak menyisakan sedikitpun ruang untukk...
Catatan Takdirku
1008      655     6     
Humor
Seorang pemuda yang menjaladi hidupnya dengan santai, terlalu santai. Mengira semuanya akan baik-baik saja, ia mengambil keputusan sembarangan, tanpa pertimbangan dan rencana. sampai suatu hari dirinya terbangun di masa depan ketika dia sudah dewasa. Ternyata masa depan yang ia kira akan baik-baik saja hanya dengan menjalaninya berbeda jauh dari dugaannya. Ia terbangun sebegai pengamen. Dan i...
When Flowers Learn to Smile Again
836      622     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
Finding the Star
1144      863     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...