Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

Jadi orang ketiga itu enggak enak banget, ya. Maksudku, bukan orang ketiga yang punya niat merebut pasangan orang lain. Aku memang menyukai Ansel, tapi enggak pernah kepikiran buat merebutnya dari Nashila.

Maksudku, menjadi orang ketiga di mobil ini, membuatku merasa seperti ban serap yang enggak diperhatikan. Sejak tadi, aku cuma duduk diam di jok belakang. Sesekali menanggapi pertanyaan Ansel. Soalnya Ansel lebih sering mengobrol dengan Nashila.

Bukan hanya Ansel yang memperhatikan Nashila. Diam-diam, aku juga melirik Nashila. Dalam hati, membandingkan diri dengannya. Mencari penyebab kenapa Ansel lebih memilih Nashila?

Banyak yang bilang aku cantik. Malah, itu salah satu alasan mengapa aku bisa populer lewat foto-fotoku di Instagram. Bukan berarti Nashila jelek. Dia punya wajah yang manis, tanpa makeup dan natural. Namun, aku merasa lebih cantik. Jadi, kalau Ansel mengutamakan wajah, harusnya dia memilihku, dong?

Kalau ngomongin soal waktu, aku jauh lebih unggul dibanding Nashila. Dia baru mengenal Ansel enggak sampai setahun, aku sudah belasan tahun. Namun, perkenalan belasan tahun itu tetap enggak membuat Ansel melirikku.

“An, diangkat kenapa teleponnya?”

Pertanyaan Ansel mengagetkanku. Saking fokusnya mengamati Nashila, sampai-sampai aku enggak menyadari ada yang menelepon.

Aku sempat melihat nama Dafa sebelum mengangkat telepon itu.

“Hai, Daf,” sapaku.

“Key, kata Kenny ada tas dari Korea gitu bakal masuk ke Indonesia. Play no More.” Dafa memberitahu.

“Hah?” Oke, aku enggak paham maksud Dafa. Memangnya kenapa kalau ada brand baru dari Korea atau dari manapun membuka tokonya di Indonesia? Aku tahu brand yang dimaksud Dafa, tapi aku bukan penggemar brand itu, enggak perlu ikutan antre bareng ribuan orang yang berebutan mau dapetin tas itu.

“Aku kepikiran konten bareng, deh. Surprise gitu buat kamu, aku kasih tas.”

Keningku berkerut, mencoba mengikuti arah ucapan Dafa.

“Ntar aku yang ngomong sama Mama Nica. Pasti setuju, deh,” lanjutnya.

“Terus?”

“Nanti kamu yang beli tasnya. Bilang sama Mama Nica, deh. Kali aja Mama Nica bisa dapetin brand itu buat kamu, jadi enggak perlu beli. Abis itu aku bikin konten surprise tas itu dari aku.”

Aku melongo mendengar ucapan Dafa. Di seberang sana, dia tertawa pongah. Seolah-olah baru saja melontarkan ide jenius yang membuatnya layak diganjar penghargaan sekelas Nobel.

“Harus gercep, Key. Jangan keduluan yang lain.”

Ini bukan kali pertama Dafa menyeretku ke dalam konten bohongan. Baru bulan lalu dia mengunggah konten memberiku surprise staycation bareng teman-temanku di villa di Dago. Katanya, dia yang mengatur semua surprise itu. Nyatanya? Mama yang mendekati pihak villa dan mendapatkan layanan menginap selama weekend. Tadinya cuma aku dan teman-temanku saja, tapi Dafa berpikir lain. Menurutnya, akan lebih menarik kalau dia berpura-pura memberikan surprise.

Hashtag, relationship goals.

“Ya udah, kamu aja yang ngomong sama Mama.”

“Okay, deal. Dah, Key.”

Dafa memutus sambungan telepon begitu saja.

“Dafa?” Ansel bertanya sambil melirikku dari spion tengah.

Aku menyahut dengan anggukan pelan.

“Mau bikin konten apa lagi?”

“Ada brand tas baru, dia mau bikin surprise gitu katanya. Ngadoin gue tas itu,” jawabku.

“Ngadoin atau nyuruh lo yang beli?”

Ansel selalu tahu kejadian yang sebenarnya terjadi di belakang layar. Dia pernah bertanya kenapa aku mau ikutan ke dalam setting-an yang dibuat Dafa?

Jujur saja, aku juga enggak paham kenapa mau. Bahkan, hubungan pacaran dengan Dafa juga sebatas setting-an. Aku enggak tahu perasaan Dafa kepadaku, tapi aku bisa menebak kalau dia juga enggak benar-benar menyukaiku. Tindakan Dafa di depan kamera sangat berbeda dengan di belakang kamera. Saat di depan kamera, dia bisa jadi pacar sempurna yang—mengutip dari kata-kata penggemarnya—sangat romantis seperti pangeran di film Disney. Dia bahkan dijuluki Prince Dafa oleh penggemarnya.

Adegan super romantis ketika Dafa menembakku, dengan dua puluh tangkai mawar dan makan malam romantis, itu juga sudah melewati skenario yang dibuat Dafa bersama Mama.

Enggak ada kata setting-an yang diucapkan dengan gamblang, tapi baik aku atau Dafa sama-sama tahu hubungan ini hanya pura-pura, demi keuntungan semata.

“Enggak capek bikin video kayak gitu terus?” tanya Nashila. Dia sengaja melongok ke jok belakang, agar aku bisa melihat keseriusan di balik pertanyaan itu.

Capek? Sudah enggak terhitung berapa kali aku merasa capek. Aku juga sudah lupa berapa kali meminta agar Mama mengurangi aktivitasku. Setidaknya, mengurangi konten setting-an. Namun, Mama menolak.

Aku enggak bisa mengikuti semua keinginan Mama. Makin lama, tuntutan Mama makin banyak. Awalnya aku enjoy nge-vlog, tapi setelah ide Mama yang makin enggak masuk akal, aku enggak lagi nyaman.

“Enggak, sih. Gue enjoy soalnya, jadi enggak ngerasa beban,” sahutku. Bohong banget, tapi aku enggak mungkin jujur, kan, di depan Nashila?

Ansel tertawa kecil. Saat melihatnya melirikku dari spion, aku tahu dia menangkap kebohonganku.

“Gue enggak kebayang, sih, jadi lo. Harus mikirin konten setiap hari. Ke mana-mana atau mau makan apa, mau pakai baju apa, pasti mikirnya buat Instagram atau YouTube. Bahkan, masalah pribadi aja diumbar.” Nashila melanjutkan.

“Ya enggak usah dibayangin kalau gitu.”

Sumpah, aku enggak bermaksud untuk kasar. Tapi, kalimat itu meluncur begitu saja.

Selama sesaat, suasana di dalam mobil jadi hening. Rasanya jadi canggung.

“Maksud gue, buat yang ngelihat mungkin mikirnya kayak gue tuh capek banget. Apalagi yang dikerjain kayak enggak penting gitu. Tapi selama gue enjoy, ya, gue enggak masalah.” Aku berusaha menjelaskan.

Namun, suasana canggung itu masih terasa. Ansel mengalihkan perhatian dengan menceritakan soal pelanggannya di Heart Scent. Upayanya enggak berhasil, karena baik aku atau

Nashila, sama-sama enggak tertawa mendengar ceritanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
120      107     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...
Metafora Dunia Djemima
85      70     2     
Inspirational
Kata orang, menjadi Djemima adalah sebuah anugerah karena terlahir dari keluarga cemara yang terpandang, berkecukupan, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Namun, bagaimana jadinya jika cerita orang lain tersebut hanyalah sebuah sampul kehidupan yang sudah habis dimakan usia?
WALK AMONG THE DARK
805      445     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
Cinderella And The Bad Prince
1186      811     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
PATANGGA
852      590     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Survive in another city
124      103     0     
True Story
Dini adalah seorang gadis lugu nan pemalu, yang tiba-tiba saja harus tinggal di kota lain yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Dia adalah gadis yang sulit berbaur dengan orang baru, tapi di kota itu, dia di paksa berani menghadapi tantangan berat dirinya, kota yang tidak pernah dia dengar dari telinganya, kota asing yang tidak tau asal-usulnya. Dia tinggal tanpa mengenal siapapun, dia takut, t...
Halo Benalu
821      397     0     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.
Cinta Pertama Bikin Dilema
4979      1371     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
20103      2209     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Imajinasi si Anak Tengah
1842      1100     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...