Loading...
Logo TinLit
Read Story - Only One
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Tidak akan mudah hal itu digunakan untuk mengancamku. Karena, aku sudah memiliki banyak bukti serta rencana ke depannya. Jadi, lebih baik lagi jangan pernah bermain-main denganku.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

"Sialan." Umpatan Semesta, tanpa sadar didengar oleh Januar serta Javian.

 

"Lo kenapa, Ta?" Januari dari seberang sana, penasaran kenapa tiba-tiba Semesta berkata kasar. Padahal, dirinya sudah berhasil menyelamatkan Auretta. Adiknya.

 

"Iya. Kalo ada apa-apa bilang, Ta." Javian tak kalah heran, dengan apa yang membuat Semesta berkata kasar.

 

Semesta sadar dengan ucapan kasarnya tanpa bisa dikontrol. Terdiam sejenak, mencari alasan yang tepat agar Januar maupun Javian tidak curiga. "Gue nggak apa-apa, kok. Sori... Malah kayak ngatain kalian. Kalo gitu, kalian harus buru-buru keluar dari rumah itu. Javian tinggal lurus aja, pintunya nggak jauh dari situ. Kalo Kak Januar sama Auretta jalan pelan-pelan. Soalnya, penjaga rumah itu masih menjaganya nggak jauh dari posisi kalian."

 

Javian menurut Kata Semesta. Benar, kini ia sudah bisa keluar sekaligus menjauh dari area rumah itu. Sedang Januar maupun Auretta masih berusaha keluar sambil mengendap-endap takut bila ada penjaga yang menemukan mereka berdua.

 

"Penjaganya ada dua di sisi kanan kalian. Tapi, jaraknya masih agak jauh. Jadi, kalian harus lebih bergerak cepat sebelum mereka menyadari keberadaan kalian." Semesta memberikan Arah pada Januar yang sedang bersama Auretta. "Kak...Selalu hati-hati, pegang Auretta jangan sampai dia terpisah sama lo."

 

Semesta tahu, bila kondisi tubuh Auretta cukup lemah. Sehingga, benar-benar butuh penjagaan. Setelah itu, gadis itu harus segera membutuhkan penanganan dari pihak medis.

 

Perlahan, tapi pasti Januar sudah bisa keluar sekaligus meloloskan diri dengan membawa pergi Auretta dari para penjaga serta penculikannya. Javian masih berdiri jauh dari depan rumah sambil menunggu kedatangan Januar dan Auretta.

 

Beberapa menit kemudian, Auretta maupun Januar berhasil keluar dari rumah itu. Lalu, mendekati Javian guna untuk pergi menjauh dari sana. Sebelumnya, mereka diketahui oleh para penculiknya Auretta.

 

Semesta anehnya menyembunyikan segala peralatan hackernya. Memasukan laptop ke dalam tasnya. Menunggu kedatangan Javian, Auretta, serta Januar. Ia merasa lega, melihat Auretta sudah bisa diselamatkan dari tangan penculiknya. Meskipun demikian, ia dapat melihat kondisi gadis itu tidak baik-baik saja.

 

Javian, Januar, serta Auretta kini sudah masuk ke dalam mobil yang sama dengan Semesta. Merasa lega, misi penyelamatan Auretta sudah berjalan dengan lancar dan berhasil.

 

Auretta tersenyum menyadari ada sosok Semesta yang ada di sana. Karena, ia merasa bila pria itu pasti terlibat dalam penyelamatan atas dirinya. Tanpa sadar, bila di sana juga ada sosok Javian yang tidak kalah berjuang menyelamatkannya.

 

Januar mengelus kepala Auretta, mencoba menenangkan adiknya. Karena, baru saja mengalami kejadian yang pasti membuat gadis itu cukup tertekan. "Habis ini, kita langsung ke rumah sakit, ya? Soalnya, kondisi lo lemah banget, Dek."

 

Auretta menggelengkan kepalanya, berpikir tidak mau bergantung pada penangangan dokter. Sehingga, ada baiknya ia menenangkan diri secara mandiri. Lagipula, ia hanya membutuhkan waktu istirahat yang cukup. Tidak dalam kondisi tertekan lagi. "Nggak perlu, kak. Kita langsung pulang ke rumah aja. Kan, masih punya obat juga. Jadi, cukup istirahat aja nanti juga kondisiku membaik, kok."

 

"Padahal, bakalan lebih baik kalo ditangani dokter, Dek." Javian berusaha memberikan saran, tak mau kondisi Auretta semakin memburuk bila tidak dibawa ke rumah sakit.

 

Auretta menyunggingkan senyum, tidak menyangka bila mantan kekasihnya itu masih memperhatikan dirinya. Padahal, ia pikir semua akan berubah dengan cepat. Namun, ternyata semua masih sama tidak ada perubahan terlalu signifikan. Bahkan, Javian masih perhatian padanya.

 

"Gue kemarin baru aja dari rumah sakit, Kak. Jadi, sekarang mending minum obat yang udah ada lalu istirahat cukup di rumah." Auretta mulai berbicara pada Javian. Kini, kata sapaan atau penyebutan yang digunakan dengan Javian sudah berubah. Dari 'aku-kamu' menjadi 'lo-gue'. Karena, hubungan dekat mereka sudah berakhir.

 

Sontak hal itu, membuat Semesta kaget. Karena, ia bingung terasa tiba-tiba ada perubahan sapaan diantara Javian serta Auretta. Akan tetapi, itu bukan merupakan urusannya. Karena, ada hal lain yang harus diselesaikan. Itu penting bagi Semesta.

 

"Makasih, Kak. Udah mau bantu Kak Januar buat nemuin sekaligus selamatin gue." Auretta tersenyum ke arah Semesta yang sedari diam. Seperti, sibuk dengan pemikirannya sendiri. "Lagi-lagi, lo bisa bantu gue dari kondisi yang nggak baik. Bahkan, bisa dibilang membahayakan."

 

Semesta menyunggingkan senyum, lalu mengangguk. Tak menyangka, bila gadis itu akan mengucapkan terima kasih padanya. Itu membuat hatinya diam-diam menghangat. Merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri. "Iya sama-sama."

 

Auretta beralih menatap Javian, tersenyum ke arah cowok itu. "Kak Javian, makasih juga udah mau bantu Kak Januar sama Kak Seta. Maaf ... Kalo malah jadi ngerepotin lo, Kak."

 

"Nggak apa-apa, gue senang bisa terlibat dalam misi ini. Yang terpenting, sekarang lo udah selamat." Javian tahu, kini perasaan Auretta mulai berubah padanya. Terlihat dari sikap gadis itu yang terkesan hati-hati saat berbicara padanya.

 

Auretta tersenyum, tak menyangka bila kini dirinya diselamatkan oleh orang-orang baik sekaligus setulus ketiga cowok itu.

 

Setelah itu, mereka pergi menjauh dari area rumah tempat penyekapan Auretta. Sebelum, beberapa penjaga serta penculik menyadari bila Auretta sudah tidak berada di sana.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Sementara, di sisi lain para penculik menyadari bila tawanannya sudah tidak ada di sana. Kemudian, melaporkan itu kepada bos-nya.

 

"Maaf... Bos. Cewek yang kita culik menghilang. Sepertinya--"

 

"Sial. Pasti, ada orang yang tau tempat ini sekaligus selamatin anak tiri saya itu." Helena merasa kesal, rencananya gagal total untuk bisa mendapatkan banyak uang. Karena, Auretta berhasil kabur dari rumah itu. Akan tetapi, ia yakin ada orang yang menyelamatkan gadis itu. Tahu, bila dalam keadaan tertekan Auretta tidak mungkin bisa kabur. "Cari tau gadis itu sampai ketemu!"

 

Para penjaga mulai kembali mencari keberadaan Auretta yang mungkin belum terlalu jauh dari sana. Sedang, Helena mulai mengecek CCTV rumah itu. Ternyata, CCTV nya beberapa mengalami kerusakan. Sehingga, ia tidak mengetahui siapa orang yang sudah berani menyusup masuk ke rumahnya itu. "Kurang ajar! Ternyata, CCTV nya nggak ada gunanya. Pasti, ada orang yang sengaja rusakin semuanya."

 

Helena berusaha tenang, memikirkan siapa orang yang menganggu rencananya. Padahal, ia sudah yakin akan berhasil bisa mendapatkan banyak uang dengan penculikan sekaligus penyekapan Auretta.

 

Wanita parah baya itu benar-benar merasa marah. Karena, rencananya sudah gagal total.

 

Semesta sudah mengantarkan Javian, Auretta, serta Januar ke rumah masing-masing. Merasa lega, sudah bisa berhasil menyelamatkan Auretta. Akan tetapi, ia tak menyangka bila dalang penculikan itu adalah orang yang dikenalnya.

 

Tidak mau membuang waktu, Semesta melajukan mobilnya ke arah rumah penyekapan Auretta. Karena, ia yakin orang yang dibencinya masih ada di sana.

 

Semesta bertekad, untuk berbicara dengan orang yang sudah menghancurkan keluarganya. Sehingga, orang tuanya tidak harmonis seperti dulu. Serta, menyebabkan Mamanya mengalami depresi.

 

Sepuluh menit perjalanan. Semesta sampai di tempat tujuan. Benar. Di sana masih ada mobil orang yang dibencinya.

 

Kemudian, Semesta keluar dari mobilnya. Lalu, mulai melangkah masuk ke area rumah mewah itu. Meskipun, ia mendapatkan beberapa hadangan dari penjaga. Akan tetapi, ia tidak peduli dengan hal itu.

 

"Minggir kalian semua! Gue ada kalian sama wanita yang ada di dalam!" Semesta dengan tegas serta tatapan tajam berbicara pada penjaga rumah itu.

 

Semesta melenggang masuk ke rumah itu, tanpa diduga langsung berhadapan dengan sosok Helena. Wanita paruh baya itu masih dengan raut wajah kesal. Karena, rencananya sudah gagal gara-gara ada orang yang belum diketahui telah menghancurkan rencananya.

 

"Apa kurang puas hancurin keluarga saya? Sekarang, anda masih berusaha nyakitin orang lain yang nggak bersalah!" Semesta mulai berbicara dengan Helena. Membuat, wanita paruh baya itu mengerutkan kening cukup bingung. Sedikit tidak tahu maksud dari Semesta.

 

Helena terdiam sejenak, lalu teringat dengan apa yang sudah terjadi. Serta, rencananya yang baru saja gagal. Sepertinya, itu ada hubungannya dengan anak dari selingkuhannya itu. Kemudian, ia menyunggingkan senyum tahu alasan Semesta berani datang ke rumah itu.

 

"Sepertinya, saya mulai mengerti maksud kamu. Soal Auretta, dia itu anak tiri saya. Jadi, itu bukan urusan kamu berani mencampuri hal itu. Lagipula, memang kamu siapanya Auretta?" Helena merasa ada sesuatu tidak bisa biasa diantara Semesta dengan Auretta. Anak tirinya. Ternyata, dugaannya tidak salah karena sudah melihat interaksi keduanya sebelumnya.


Semesta terdiam sejenak, kaget mendengar fakta itu. Tak menyangka bila, ternyata Auretta merupakan anak tiri dari Helena. Pantas saja, bila gadis itu memiliki gangguan kecemasan pasti itu diakibatkan tekanan yang mungkin sering didapatkan dari sosok Helena. Tahu, wanita paruh baya itu pasti mengincar seluruh harta milik Auretta.

Semesta menghela napas, sepertinya ia sedikit gegabah datang ke sana. Justru, kini Helena jadi tahu bila dirinya mengenal sosok Auretta. "Itu bukan urusan anda! Saya cuma, nggak mau anda menyakiti banyak orang. Jadi, saran saya berhenti melakukan hal merugikan orang lain. Belum cukup kah menghancurkan keluarga saya! Padahal, hidup anda sudah bergelimang harta. Tapi--"

 

"Itu masih kurang, karena harta yang saya rasakan belum sepadan dengan pengorbanan yang sudah dilakukan. Jadi, saya butuh semua harta jatuh ke tangan saya. Apapun caranya, itu tidak penting. Yang terpenting, hidup saya tidak akan pernah berubah menjadi miskin lagi." Helena tidak mau lagi mengalami kehidupan sengsara seperti dulu. Sehingga, ia akan menghalalkan segala cara untuk mensejahterakan hidupnya.

 

Semesta benar-benar tidak menyangka bila wanita paruh baya di depannya itu mempunyai kegilaan tidak terbatas. "Dasar wanita gila! Harusnya, ada bersyukur dengan apa yang sudah anda miliki sekarang."

 

Helena tersenyum sinis kepada Semesta. Sepertinya, Semesta memiliki perasaan lebih kepada Auretta. Terlihat, dari raut wajah kesal saat gadis itu akan dicelakainya. "Saya tidak akan menyerah untuk mendapatkan apapun keinginan itu! Termasuk, menghilagkan nyawa sekalipun! Apalagi, kalo cuma nyawa anak kecil seperti kamu maupun Auretta. Sepertinya, Auretta cukup penting dihidupmu. Jadi--"

 

Tanpa sadar, Semesta mengepalkan tangannya. Amarahnya mulai muncul, mendengar perkataan gila dari Helena. Orang yang sudah membuat Mamanya mengalami depresi.

 

"Jangan pernah sentuh maupun coba mencelakai orang terdekat saya lagi! Atau, anda akan mendapatkan hal yang tidak pernah dibayangkan! Hukuman berat sekaligus setimpal untuk anda wanita licik!" Semesta sudah tidak tahan dengan kelakuan Helena. Tidak suka bila, wanita itu akan mencoba mencelakai orang yang ia sayangi. Sudah cukup selama ini Helena menganggu keharmonisan keluarganya.

 

Helena tersenyum, sepertinya semua kini akan semakin seru. Sebelumnya, tahu bila Semesta memiliki perhatian lebih kepada Auretta. Dia bisa memaafkan hal itu. "Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan semua harta milik keluarga Auretta. Jadi, kamu tidak perlu ikut campur. Daripada nanti terjadi sesuatu yang lebih pada Auretta."

 

Semesta menyenggingkan senyum, paham bila Helena mencoba mengancam dirinya. Akan tetapi, itu tidak akan mempengaruhi dirinya sekarang. Ia sudah mengetahui hal itu akan terjadi. Oleh karena itu, dia telah mempersiapkan sesuatu untuk Helena. Agar, wanita itu tidak berkutik.

 

"Ancaman anda tidak akan bisa membuat saya kalah. Karena, saya sudah memiliki semua bukti kejahatan anda! Jadi, bersiap-siaplah mendekam di penjara. Saran saya, Anda menyerah berusaha memperbaiki semuanya." Semesta masih berbaik hati, ingin memberi kesempatan untuk Helena. Meskipun demikian, wanita pasti tidak akan mau menuruti permintaannya.


Helena membayangkan, sepertinya Semesta bukan merupakan anak remaja biasa. Sehingga, ia bisa melihat Semesta sudah memiliki banyak rencana. Tahu, kecerdasan anak itu di atas rata-rata. Karena Semesta tidak pernah bermain-main dengan kata-katanya.

 

- Akan Dilanjutkan -

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LABIL (Plin-plan)
7936      1631     14     
Romance
Apa arti kata pacaran?
Penantian Panjang Gadis Gila
280      217     5     
Romance
Aku kira semua akan baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya hidupku semakin kacau. Andai dulu aku memilih bersama Papa, mungkin hidupku akan lebih baik. Bersama Mama, hidupku penuh tekanan dan aku harus merelakan masa remajaku.
A CHANCE
1885      849     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" πŸ“ŒπŸ“ŒπŸ“Œ Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
One hour with Nana
406      286     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?
Kacamata Monita
834      399     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Sebuah Jawaban
404      293     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
Darah Dibalas Dara
619      351     0     
Romance
Kematian Bapak yang disebabkan permainan Adu Doro membuat Dara hidup dengan dihantui trauma masa lalu. Dara yang dahulu dikenal sebagai pribadi periang yang bercita-cita menjadi dokter hewan telah merelakan mimpinya terbang jauh layaknya merpati. Kini Dara hanya ingin hidup damai tanpa ada merpati dan kebahagiaan yang tiada arti. Namun tiba-tiba Zaki datang memberikan kebahagiaan yang tidak pe...
That Devil, I Love
3728      1470     0     
Romance
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Airin daripada dibenci oleh seseorang yang sangat dicintainya. Sembilan tahun lebih ia memendam rasa cinta, namun hanya dibalas dengan hinaan setiap harinya. Airin lelah, ia ingin melupakan cinta masalalunya. Seseorang yang tak disangka kemudian hadir dan menawarkan diri untuk membantu Airin melupakan cinta masa lalunya. Lalu apa yang akan dilakukan Airin ? B...
Aku Biru dan Kamu Abu
795      471     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Kita
693      454     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'