Loading...
Logo TinLit
Read Story - Penantian Panjang Gadis Gila
MENU
About Us  

Bel pulang sekolah berbunyi, membuatku segera memasukkan buku buku ke dalam tas. Aku ingin segera pulang, karena aku sudah lelah di sekolah. 

Namun entah kenapa tiba-tiba ada sinyal yang membuatku harus segera ke taman belakang, tempat yang paling aku hindari sejak masuk ke sekolah ini. 

Aku sedikit ragu, namun aku penasaran dengan sinyal yang ku dapatkan. Karenanya aku memberanikan diri ke taman belakang, walaupun terlihat sepi di sini. 

Aku merasa takut saat berhadapan dengan pohon beringin tua yang ada di halaman belakang sekolah, ini adalah satu-satunya jalan ke taman belakang. 

Setelah membuat perhitungan, aku segera lari ke taman belakang. Tidak berani melihat ke samping, tempat pohon beringin besar itu berdiri tegak. 

Akhirnya sampai juga di taman belakang, namun tidak ada Rafi atau siapapun itu. Taman belakang kosong, sepi, sunyi membuatku semakin takut. 

Saat aku berbalik, betapa terkejutnya aku saat bertabrakan dengan seseorang. Membuatku berteriak sekencang-kencangnya, namun mulutku ditutup oleh laki-laki itu. 

Aku kaget, diam dan memperhatikan sekeliling. Setelahnya aku bernafas lega saat tau jika orang yang mengagetkan ku adalah Rafi. 

“Lo takut?” tanya Rafi yang aku angguki. 

Rafi hanya menghela napas, lalu mengajakku duduk di kursi taman tidak jauh dari pohon beringin besar itu. 

Aku tidak bisa menolaknya, karena aku akan semakin terlihat kekanak-kanakan. Bagaimana bisa takut dengan pohon besar, bisa-bisa aku ditertawakan oleh Rafi. 

“Lo gak nyaman?” tanya Rafi yang aku gelengi, aku tidak mungkin jujur. 

“Rileks, nikmati angin yang berhembus di sini. Lo gak akan menemukannya dimanapun,” ucap Rafi membuatku segera mengikuti instruksinya. 

Benar, ini memang terasa seperti di alam mimpi. Susah untuk mendeskripsikannya, intinya disini sumber ketenangan. 

Saat aku sedang menikmati angin yang berhembus, ponselku berbunyi membuatku segera melihatnya. 

Panggilan dari Papa apa mungkin supir yang Papa suruh sudah datang? Bagaimana ini, saat aku menatap Rafi untuk meminta jawaban. Anak itu hanya menganggukkan kepalanya, membuatku kesal. 

“Halo Pa,” sapaku begitu panggilan diangkat. 

“Sayang, kamu dimana? Kata Pak Beno kamu gak ada di sekolah, sudah pulang kah?” tanya Papa membuatku menggeleng. 

“Aku belum pulang Pa, ini masih ada urusan di sekolah. Suruh nunggu bentar lagi mau gak Pa?” tanyaku yang diiyakan oleh Papa. 

“Makasih ya Pa, nanti kalau udah selesai aku ke depan,” ucapku yang disetujui oleh Papa. 

Setelah panggilan berakhir, aku memasukkan kembali ponselku ke dalam tas. 

“Oh iya, apa yang mau lo omongin. Gue udah ditunggu nih,” ucapku membuat Rafi tertawa. 

“Gue cuman mau lo nemenin gue disini,” uca Rafi membuatku kaget dan menatapnya tajam. 

“Sorry, nanti gue anterin lo ke rumah. Suruh pulang aja utusan Papa lo, mungkin kita bakal lama di sini,” ucap Rafi membuatku mau tidak mau segera mengirimkan pesan pada Papa. 

Sebenarnya aku juga suntuk di rumah sendirian, apalagi hanya dengan Mbok Lasmi. Aku senang di rumah jika ada Papa, jika tidak ada aku hanya dikamar saja menghabiskan waktu. 

Jadi lebih baik menghabiskan waktu disini kan, bersama Rafi. Walaupun dia terlihat aneh, tapi setidaknya aku mempunyai teman. 

Walaupun sejauh ini kami hanya saling diam, tapi otak kami sama-sama dipenuhi pikiran yang terlalu menumpuk. Disini tenang, tapi otak kami berisik. 

“Kenapa waktu itu lo bisa nolongin gue pas kejebak di uks?” tanyaku penasaran. 

“Kan gue udah bilang alasannya,” jawab Rafi dengan datar. 

“Gue gak yakin,” jawabku membuat Rafi tertawa. 

“Lo kenapa sih, aneh kah sama gue?” tanyaku yang di gelengi oleh Rafi. 

“Lo tuh terlalu mikirin hal yang seharusnya gak perlu dipikirin, lagian kejadian itu udah lewat,” jawab Rafi membuatku diam. 

Iya juga sih, tapi kan emang salah kalau penasaran? Susah banget jelasinnya, kayak nyembunyiin sesuatu. Atau memang sengaja? Tapi gak mungkin, aku aja baru pertama kali liat Rafi di sore itu. 

“Raf, lo punya rahasia?” tanyaku membuat Rafi menggeleng. 

“Ngapain main rahasia-rahasiaan, tanpa itu pun hidup gue udah rumit,” jawab Rafi membuatku mengiyakan ucapannya. 

Gak ada yang salah memang, kalau ada yang mudah kenapa harus dibikin susah? Lagian hidup tanpa rahasia mudah bukan, gak perlu cemas ataupun was-was berlebihan. 

Aku mulai resah, karena ini sudah hampir malam tapi Rafi masih memejamkan matanya. Aku ingin membangunkannya, tapi ragu. 

“Rafi, ayo pulang. Udah malem ini,” ucapku sambil menepuk-nepuk badan Rafi. 

“Ayo,” ucap Rafi lalu membuka matanya dan berdiri. 

Aku kaget, secepat itu? Apa jangan-jangan dia gak tidur. 

Takut Rafi berubah pikiran, aku segera berdiri dan berjalan duluan. Rafi di belakangku, kami sama-sama berjalan ke arah parkiran. 

“Ini beneran kita lewat sini? Gak adakah jalan lain?” tanyaku membuat Rafi menaikkan alis. 

“Ada, cuman akan semakin lama. Soalnya memutar,” jawab Rafi santai, lalu berjalan mendahuluiku. Karena takut, aku segera berlari mengejar Rafi. 

“Tungguin,” ucapku membuat Rafi tertawa, sepertinya anak itu sedang menjahiliku. 

“Lo sengaja ya,” ucapku begitu sampai di parkiran sekolah. 

Rafi hanya tersenyum, lalu memberikan helm padaku. 

“Emang lo udah punya sim, udah boleh bawa motor sendiri?” tanyaku yang di angguki oleh Rafi. 

“Udah legal ya gue, lagian kalo cowo gak bawa motor susah, “ jawab Rafi membuatku sedikit setuju. 

Sebenarnya aku juga ingin punya motor, bisa aja sih aku minta ke Papa. Tapi pasti gak diizinin bawa motor sendiri, jadi buat apa beli? Mungkin kalau udah lulus sekolah boleh. 

Aku ragu-ragu naik ke motor Rafi, ini aneh. Dia kan orang asing, harusnya aku menjaga jarak kan. 

“Lo kelamaan, jadi gue anterin gak?” tanya Rafi membuatku tersadar dari lamunanku dan segera naik ke motor. 

“Jangan kenceng-kenceng,” ucapku saat Rafi mulai melajukan motornya. 

Aku sudah resah, karena ini sudah malam dan kami belum juga sampai di rumah. Aku sedikit ke dalam dengan Rafi, karena dia sok tau jalan, membuat kami hampir tersesat.

”Lo sebenernya tau jalan ke rumah gue gak sih,” tanyaku mulai kesal. 

“Tau, bentar lagi juga sampai. Liat tuh kedepan,” ucap Rafi membuatku mengikuti arahannya. Benar saja, kami sudah sampai di belokan terakhir untuk menuju rumahku. 

“Akhirnya sampai juga, thanks ya,” ucapku seger aturan dari motor. 

“Lo gak mau mampir dulu?” tanyaku berbasa-basi. Mana mungkin anak itu mau mampir, Sudah pasti harus segera pulang kan. 

“Boleh, makasih tawarannya,” ucap Rafi lalu turun dari motornya. Aku kaget, kenapa dia harus mau sih. 

“Yaudah, lo tunggu di sini. Biar Mbok Lasmi gue suruh buatin lo minum,” ucapku akhirnya pasrah, gak mungkin kan aku menyuruh dia pergi. 

“Lo di sini aja, masa tamu sendirian. Tuan rumah nya gak ada, disangka maling gue,” ucap Rafi membuatku mengurungkan niatku untuk ke kamar. 

“Oke, bentar gue juga haus. Mau ke dapur dulu,” ucapku yang di angguki oleh Rafi. 

Aku segera ke dapur dan tidak ada siapapun di sana, akhirnya mau tidak mau aku yang membuatkan minum untuk Rafi. 

Mungkin coklat panas pilihan yang baik, sama sedikit makanan ringan. Ini pertama kalinya aku menjamu tamu di rumah ini. 

Setelah semuanya beres, aku berniat ke depan lagi namun Mbok Lasmi tiba-tiba muncul membuatku kaget. 

“Maaf Non, tadi mbok abis belanja. Jadi gak tau kalau ada tamu,” ucap Mbok Lasmi yang aku angguki. 

Aku tidak marah, aku hanya kesal. Tapi aku diam saja, terlalu malas melampiaskan emosiku. Aku segera berjalan ke depan, ke tempat dimana Rafi berada. 

“Kok lo sendiri yang buat?” tanya Rafi begitu aku menampakkan diri. 

“Iyalah, gue serba bisa,” jawabku membuat Rafi tertawa. 

“Lagian lo kenapa sih gak langsung pulang aja, gak dicariin orang tua lo?” tanyaku membuat Rafi menggeleng. 

“Gue lagi gak pengen dirumah, jadi mumpung lo nawarin gue iya in aja,” jawab Rafi membuatku menaikkan alis. 

“Papa gue bentar lagi pulang, lo buruan pulang sana. Males gue ditanya-tanya,” ucapku membuat Rafi tertawa. 

“Telat, tuh Papa lo udah sampe,” ucap Rafi sambil menunjuk mobil yang memasuki halaman. 

Aduh, aku harus jawab apa coba. Masa baru beberapa hari tinggal di sini udah bawa temen ke rumah, mana cowo. Jangan sampai Papa berpikir macam-macam tentangku. 

“Siapa?” tanya Papa begitu sampai di depan kami berdua. 

Saat aku mau memberikan alasana, tiba-tiba Rafi berdiri dan menyalimi Papa. 

“Saya Rafi Om, temennya Alia. Saya cuman mampir bentar,” uca Rafi membuatku menghela napas lega. Setidaknya anak itu tau diri dan tidak membuatku kesusahan. 

Papa hanya mengangguk, lalu beralih ke arahku. 

“Kenapa gak di ajak masuk tamu nya sayang,” ucap Papa membuatku kaget kenapa respon Papa seperti ini. 

“Itu, kan dia udah bilang Pa cuman sebentar,” jawabku membuat Papa tersenyum lalu mengacak rambutku. 

“Yaudah Papa ke dalam dulu ya,” ucap Papa yang aku angguki. 

Setelah Papa tidak terlihat aku menoleh ke arah Rafi dan sialnya Rafi sedang menertawaiku. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Unexpectedly Survived
104      93     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Darah Dibalas Dara
619      351     0     
Romance
Kematian Bapak yang disebabkan permainan Adu Doro membuat Dara hidup dengan dihantui trauma masa lalu. Dara yang dahulu dikenal sebagai pribadi periang yang bercita-cita menjadi dokter hewan telah merelakan mimpinya terbang jauh layaknya merpati. Kini Dara hanya ingin hidup damai tanpa ada merpati dan kebahagiaan yang tiada arti. Namun tiba-tiba Zaki datang memberikan kebahagiaan yang tidak pe...
Rumah Tanpa Dede
133      83     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
Yang Tertinggal dari Rika
1616      912     10     
Mystery
YANG TERTINGGAL DARI RIKA Dulu, Rika tahu caranya bersuara. Ia tahu bagaimana menyampaikan isi hatinya. Tapi semuanya perlahan pudar sejak kehilangan sosok paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, rumah yang dulu terasa hangat berubah jadi tempat yang membuatnya mengecil, diam, dan terlalu banyak mengalah. Kini, di usianya yang seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, Rika ju...
Lovebolisme
148      130     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
Kelana
649      470     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Sweet Punishment
170      105     9     
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya. Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
Simfoni Rindu Zindy
672      517     0     
Inspirational
Zindy, siswi SMA yang ceria dan gigih, terpaksa tumbuh lebih cepat sejak ayahnya pergi dari rumah tanpa kabar. Di tengah kesulitan ekonomi dan luka keluarga yang belum sembuh, Zindy berjualan di sekolah demi membantu ibunya membayar SPP. Bermodal keranjang jinjing dan tekad baja, ia menjadi pusat perhatian terkadang diejek, tapi perlahan disukai. Dukungan sahabatnya, Rara, menjadi pondasi awal...
Di Antara Luka dan Mimpi
616      355     54     
Inspirational
Aira tidak pernah mengira bahwa langkah kecilnya ke dalam dunia pondok akan membuka pintu menuju mimpi yang penuh luka dan luka yang menyimpan mimpi. Ia hanya ingin belajar menggapai mimpi dan tumbuh, namun di perjalanan mengejar mimpi itu ia di uji dengan rasa sakit yang perlahan merampas warna dari pandangannya dan menghapus sebagian ingatannya. Hari-harinya dilalui dengan tubuh yang lemah dan ...
Time and Tears
246      193     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...