Loading...
Logo TinLit
Read Story - Penantian Panjang Gadis Gila
MENU
About Us  

Pagi ini adalah pagi yang menyenangkan, dimana Papa benar-benar mengantarkanku ke sekolah. Selama perjalanan aku tersenyum senang, aku tidak sabar dengan reaksi mereka. 

Kali ini aku memakai seragam baru, serta sepatu dan tas yang Papa siapkan untukku. Aku ingin menunjukkan bahwa aku bukanlah Alia yang dulu, sekarang semua sudah berubah dan akan semakin mudah untukku. 

“Kamu kelihatannya seneng banget ya,” ucap Papa membuatku mengangguk. 

“Ini pertama kalinya aku di antar ke sekolah sama Papa, bagaimana aku tidak senang?” jawabku membuat Papa tersenyum. 

Nanti pulangnya Papa gak bisa jemput, tapi nanti ada supir yang Papa suruh ke sekolah,” ucap Papa yang aku angguki. 

“Makasih Pa, aku masih gak nyangka. Ini kayak mimpi,” ucapku masih dengan tersenyum. 

“Kamu berhak mendapatkannya sayang, maaf ya kalau memerlukan waktu yang lama,” ucap Papa lagi yang aku angguki. 

Sesampainya di sekolah, Papa ikut turun dan mengantarkanku ke dalam. Membuat seisi sekolah memperhatikan kami, aku tidak sabar melihat reaksi orang-orang yang sebelumnya selalu menjahiliku. 

Saat aku ingin ke kelas, Papa mengajakku ke kantor. Entah apa yang akan Papa lakukan, namun aku menyukai situasi saat ini. 

Ternyata Papa mengenalkanku pada semua guru, jadi mulai detik ini gak akan ada yang berani mencurangiku. Termasuk salah satu guru yang terlihat panik, aku ingin melihat apa yang bisa guru itu lakukan. 

Dulu, guru itu selalu saja memarahiku dan memanipulasi nilaiku. Awalnya aku tidak percaya, karena aku merasa tidak pernah berbuat salah padanya. Namun akhirnya aku tahu jika guru itu disuap oleh anak pembantu untuk menyingkirkanku. 

Sekarang, anak pembantu itu gak akan bisa berkutik karena kartunya ada di aku. Sekali dia bertindak, aku akan menghancurkan reputasinya di sekolah ini. 

Sedikit aku ceritakan tentang anak pembantu itu, namanya Laras. Selalu ingin terlihat paling baik di sekolah ini, aku akui nilainya memang bagus. Namun yang aku tidak suka adalah sikapnya yang terlalu sombong dan selalu ingin berkuasa di manapun tempatnya. 

Bahkan di depan teman-teman semua, dia mengaku orang kaya. Namun akhirnya aku tahu, rumah yang dia bangga-banggakan adalah rumah Papa. Karenanya, aku mengusir perempuan itu dari rumah Papa. 

Hahaha, apalagi yang bisa dia lakukan. Membullyku lagi? Tentu saja dia tidak berani atau aku akan mengungkapkan identitasnya. 

“Kenapa sayang?” tanya Papa membuatku tersenyum. 

“Gak Pa, aku seneng aja ada Papa disini,” jawabku membuat Papa mengelus kepalaku. 

“Tentu Papa ada di sini sayang, Papa gak akan membiarkan kamu kesusahan lagi,” ucap Papa yang aku angguki. 

Akhirnya, percakapan di kantor bersama para guru telah selesai. Sebenarnya aku tidak suka karena tatapan guru-guru itu seperti penasaran denganku, padahal sebelumnya mereka acuh padaku. Bahkan gak menganggap kehadiranku di sekolah ini. 

Aku muak di sekolah ini, tapi bagaimanapun aku harus menyelesaikannya. Aku sudah kelas 12, tidak mungkin semudah itu berpindah sekolah. 

Aku dan Papa berjalan berdampingan, kami berpisah di lapangan karena aku harus ke kelas dan Papa ke kantornya.

“Pa, kapan-kapan ajak aku ke kantor Papa ya. Boleh kan?” tanyaku yang di angguki oleh Papa. 

“Yey, makasih Papaku sayang,” ucapku membuat Papa tertawa. 

Setelahnya, Papa berpamitan padaku. Setelah Papa masuk ke dalam mobil, aku segera melanjutkan jalanku ke kelas. 

Aku tidak nyaman karena tatapan anak-anak disini tidak ramah, apa aku melakukan kesalahan? Tapi apa salahku, aku baru sampai di sekolah dan Papa langsung mengajakku ke kantor. 

Tapi aku tidak peduli, untuk apa mengurusi mereka. Yang terpenting sekarang aku harus memperbaiki nama baik ku di sekolah ini, karena semua hal harus berpihak padaku sekarang. 

Aku ingin menjadi yang terbaik di sekolah, aku akan bersaing dengan anak pembantu itu. Jika dia bisa harusnya aku juga bisa kan? Apalagi Papa akan memfasilitasi ku dengan guru les terbaik, sudah pasti hasilnya baik juga asalkan aku sungguh-sungguh. 

Saat masuk ke kelas, semua anak terlihat ramah padaku. Bahkan menyapaku dengan senyuman, padahal aku tau jika itu senyuman palsu. 

Aku tidak mau terlihat sombong, jadi sebisa mungkin aku membalas senyuman mereka. 

Banyak yang menawarkanku untuk duduk di depan, tapi aku menolaknya. Aku sudah nyaman di belakang, untuk apa lagi aku berpindah? 

Lagi-lagi mereka masih berusaha mendekatiku, bahkan bangku di sebelahku tiba-tiba terisi padahal sebelumnya tidak ada yang mau duduk di sampingku. 

Hahah, drama macam apa ini. Apa aku harus mengikuti permainan mereka? Baiklah itu bukan hal buruk. Lagi pula jika aku tidak seperti itu gak akan seru di sekolah ini, benar begitu kan? Aku harus bisa memainkan peran paling baik di sini. 

Namun setelahnya guru datang, dan keadaan kelas mulai kembali ke setelan awal. Aku fokus mendengarkan kali ini, aku harus berubah untuk masa depanku. 

Akhirnya waktu istirahat tiba, aku sudah muak di kelas ini. Intinya sekarang, aku ingin segera ke kantin untuk menjernihkan pikiranku. 

Bukannya aku sombong, aku hanya gerah dengan tingkah mereka. Sebenarnya gak ada yang salah, cuman aku yang belum terbiasa. Sebelumnya kan mereka selalu mengucilkan ku di kelas ini, jadi bagaimana caranya aku bisa menerima mereka. 

Hal yang paling membuatmu kesal adalah bertemu ketiga pembully yang diketuai oleh Laras, si anak pembantu. Aku sudah menyiapkan beberapa hal licik di otakku, namun yang terjadi selanjutnya adalah mereka menghindariku. 

Lebih tepatnya Laras membuang muka dan menjauhiku, bahkan kedua pengikutnya heran dan mau tidak mau mereka mengikuti ketuanya. 

Ini sangat seru, bahkan seisi kantin memperhatikannya. Sebelumnya, aku selalu jadi tontonan saat geng itu membully ku, namun kali ini semua hanya diam seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 

Ternyata apa yang Papa miliki bisa membuatku senyaman ini, kenapa gak dari dulu aja ya. Mungkin ceritanya bakal berbeda, aku akan memiliki teman di sekolah ini. Tidak seperti sekarang, mereka yang mau berteman denganku hanya ingin memanfaatkanku. 

Aku menikmati makan siangku di kantin, tidak ada yang menggangguku karena mereka sudah fokus ke kegiatan masing-masing. Aku lebih nyaman seperti ini, tidak ada yang mendekatiku. Karena mereka semua menyerap energi ku, dan aku akan semakin tidak bertenaga jika terlalu lama berada di kerumunan. 

Namun yang terjadi selanjutnya di luar prediksiku, laki-laki yang waktu itu menolongku tiba-tiba duduk di sampingku. 

Aku menoleh, namun laki-laki itu masih fokus pada makananya dan tidak memperdulikanku. Jadi maksudnya apa? Kenapa harus tiba-tiba, di tempat umum lagi. 

Aku tidak mau memikirkan apapun, akhirnya aku kembali menikmati makananku. Namun sepersekian detik kemudian, laki-laki itu membisikkan sesuatu di telingaku. 

Membuatku bergidik ngeri, lalu menoleh ke arahnya. Dengan wajah tidak berdosanya itu, laki-laki itu malah mengeluarkan senyum manisnya. 

Sepertinya tidak ada yang wajar di sekitarku, bahkan kedatangan laki-laki itu adalah jawabannya. 

“Ayolah tolongin gue, janji gue gak akan ngerusuh lagi,” ucap laki-laki itu menaik turunkan alisnya. 

Tunggu, sejak kapan laki-laki itu jadi seperti ini. Bukannya dulu, saat pertama dan kedua kali bertemu laki-laki itu sok cool dan misterius? Apakah kepalanya habis terbentur, atau apa. 

“Oke, gue bantu. Tapi lo harus bantu gue lagi suatu saat nanti,” ucapku yang langsung di angguki oleh laki-laki itu. 

Aneh, kenapa langsung setuju. Gak ada gitu tawar menawar, atau apapun itu yang biasanya dilakukan orang-orang. 

Aku menghela napas, apapun itu semoga semuanya akan baik-baik saja. Aku tidak mau membuat keadaan yang udah nyaman ini berantakan. 

“Gue Rafi, lo bisa nemuin gue di taman belakang sekolah kalau ada apa-apa,” ucap laki-laki itu lalu pergi meninggalkanku. 

Aku menatap kepergian laki-laki itu dengan heran, kenapa dia tidak menyebutkan saja kelasnya ada dimana. Bukankah itu lebih mudah, tapi kenapa harus taman belakang sekolah yang aku hindari? Memang aneh jalan pikirannya. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Maju Terus Pantang Kurus
949      585     2     
Romance
Kalau bukan untuk menyelamatkan nilai mata pelajaran olahraganya yang jeblok, Griss tidak akan mau menjadi Teman Makan Juna, anak guru olahraganya yang kurus dan tidak bisa makan sendirian. Dasar bayi! Padahal Juna satu tahun lebih tua dari Griss. Sejak saat itu, kehidupan sekolah Griss berubah. Cewek pemalu, tidak punya banyak teman, dan minderan itu tiba-tiba jadi incaran penggemar-penggemar...
When Flowers Learn to Smile Again
842      624     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
The First 6, 810 Day
598      431     2     
Fantasy
Sejak kecelakaan tragis yang merenggut pendengarannya, dunia Tiara seakan runtuh dalam sekejap. Musik—yang dulu menjadi napas hidupnya—tiba-tiba menjelma menjadi kenangan yang menyakitkan. Mimpi besarnya untuk menjadi seorang pianis hancur, menyisakan kehampaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dalam upaya untuk menyembuhkan luka yang belum sempat pulih, Tiara justru harus menghadapi ke...
Lantunan Ayat Cinta Azra
815      535     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mungkinkah Azra menerima Zakky sepupunya s...
Senja di Balik Jendela Berembun
18      18     0     
Inspirational
Senja di Balik Jendela Berembun Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah ...
No Life, No Love
1035      792     2     
True Story
Erilya memiliki cita-cita sebagai editor buku. Dia ingin membantu mengembangkan karya-karya penulis hebat di masa depan. Alhasil dia mengambil juruan Sastra Indonesia untuk melancarkan mimpinya. Sayangnya, zaman semakin berubah. Overpopulasi membuat Erilya mulai goyah dengan mimpi-mimpi yang pernah dia harapkan. Banyak saingan untuk masuk di dunia tersebut. Gelar sarjana pun menjadi tidak berguna...
Menanti Kepulangan
40      36     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...
Taruhan
51      48     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impian—sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label “bad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubah—bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
GEANDRA
401      316     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Main Character
1131      678     0     
Romance
Mireya, siswi kelas 2 SMA yang dikenal sebagai ketua OSIS teladanramah, penurut, dan selalu mengutamakan orang lain. Di mata banyak orang, hidupnya tampak sempurna. Tapi di balik senyum tenangnya, ada luka yang tak terlihat. Tinggal bersama ibu tiri dan kakak tiri yang manis di luar tapi menekan di dalam, Mireya terbiasa disalahkan, diminta mengalah, dan menjalani hari-hari dengan suara hati y...