Sisa soal ujian fisika yang belum Sora kerjakan tinggal delapan. Itu pun soal-soal yang sengaja ia loncati karena tingkat kesusahannya susah ia tembus.
Alih-alih memikirkan nasib soal-soal itu Sora malah menoleh ke belakang sambil menopang dagu, memandang Rai yang sedang fokus mengerjakan ujian.
Kening Rai berkerut, sesekali cowok itu akan menggaruk rambutnya. Senyum Sora terbit mendapati Rai juga sama stresnya mengerjakan soal ujian fisika.
Senyum Sora semakin lebar kala bersitatap dengan Rai. Dengan sengaja Sora mengedipkan sebelah matanya, ia ingin melihat Rai memalingkan wajahnya karena pipinya yang memerah.
Dugaan Sora salah, alih-alih memalingkan wajahnya Rai malah ikut menopang dagu sambil menunjukkan senyumnya hingga lesung pipinya terlihat, kemudian Rai membalas mengedipkan sebelah matanya.
Sora sukses terbelalak. Di tempat duduknya Rai menahan diri agar tidak tertawa.
Senjata makan tuan? Huh.
Sora mendengus, lalu kembali menghadap depan. Tapi Sora tidak bisa menahan senyumnya. Kenapa makin hari Rai makin manis? Dulu-dulu Rai sangat menyebalkan di matanya.
Cinta itu buta dan tuli
Tak melihat tak mendengar
Namun datangnya dari hati
Tidak bisa dipungkiri
Itu benar memang benar
Lirik lagu cinta dari Al-Ghazali mengalun di kepala Sora. Tiba-tiba Sora merinding.
Jangan bilang Rai balas dendam? Sekarang Rai sengaja menggodanya karena dulu Sora sering melakukan itu. Sora senang menggoda Rai gara-gara reaksi Rai yang salah tingkah itu terlihat menggemaskan.
Ya, kalau Rai salting kelihatannya menggemaskan, lah gue? Gue di mata Rai kalau salting gimana, ya?
"Waktu ujian tinggal lima belas menit gunakan sisa waktu sebaik-baiknya. Yang sudah selesai mengerjakan soal bisa dikoreksi lagi, yang belum segera diselesaikan," kata guru pengawas.
Buru-buru Sora membaca soal-soal yang belum ia kerjakan. Waktu tinggal empat menit tapi soal yang belum ia kerjakan tinggal delapan, harus dengan cara apa lagi untuk ia temukan jawaban. Otaknya sudah buntu.
Sora jadi menyesal tadi mencuri-curi waktu untuk melancarkan godaan kepada Rai. Padahal bisa ia kerjakan dulu soalnya sampai selesai dan setelahnya ia bisa goda Rai sepuasnya. Ya, penyesalan memang datang di akhir-akhir.
Begitu ujian selesai Sora mengumpulkan lembar soal dan jawaban ke depan berbarengan dengan Yuan. Yuan menyenggolnya dan berbisik, "Lo beneran cinlok sama Rai, ya?"
Sora tersentak, kemudian menoleh. "Ha?"
"Ya, lo sama Rai itu salah satu pasangan yang cinlok di kelas kita kan? Kayak Juna sama Anya. Gue lihat ya lo kasih kedipan manja ke Rai," balas Yuan masih sambil berbisik.
Sora meletakkan lembar lembar soal dan jawabannya di meja guru diikuti Yuan yang ada di belakangnya. Mereka beriringan berjalan keluar kelas.
"Lo salah paham, Yuan. Mana ada gue cinlok sama Rai," jawab Sora.
"Kalau ada juga nggak papa. Chemistry kalian oke kok. Temen-temen kelas juga udah menduga bakal ada salah satu di antara kalian yang jatuh cinta. Walau lo sama Rai sering ribut gak jarang kalian juga saling perhatian. Kalau salah satu di antara kalian ada yang nggak ada pasti satunya nyariin."
Sora memberengut mendengar penjelasan ketua kelasnya itu. Kemarin Davian menjelaskan padanya bahwa Rai kemungkinan ada rasa padanya. Sekarang Yuan blak-blakan bilang dirinya dan Rai cinlok. Memangnya ia dan Rai kelihatan seperti orang yang lagi kasmaran? Yang kalau kata Rai seperti permen karet, lengket terus tak terpisahkan.
"Mau ke kantin bareng?" ajak Yuan.
"Gue mau ke perpus kembaliin novel," tolak Sora.
"Ya udah kalau gitu." Yuan menepuk bahu Sora kemudian berlalu pergi.
Sora berjalan ke perpustakaan sambil mencangklong tas birunya. Di setiap langkah Sora menuju perpustakaan ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan tentang dirinya dan Rai.
🍬🍬🍬
Langkah Rai berhenti, glabelanya berkerut mendapati Sora yang berdiri berhadapan dengan Aksel. Mereka berdua sedang berbincang.
Rai terus memperhatikan interaksi Sora dan Aksel. Api yang dulu sempat ingin ia padamkan, dan ternyata gagal, kini malah berkobar.
Rasanya tidak enak sekali melihat gebetan kita masih beramah-tamah bersama mantannya. Mau melarang, tapi belum pacaran. Mau bilang cemburu, tapi gengsi.
Ketika Sora sudah menyadari keberadaannya Rai melanjutkan langkahnya menghampiri Sora. Ia berdiri di sebelah Sora.
"Gue bawa bekal buat kita makan bareng," ucap Rai tanpa menghiraukan keberadaan Aksel.
"Kalau gitu gue pergi dulu ya, Ra. Langsung kabari gue ya, Ra, bisa nggaknya," pamit Aksel.
Aksel menepuk kepala Sora pelan sebelum berlalu pergi yang sukses bikin Rai geram. Kenapa interaksi-interaksi mereka tidak menunjukkan bahwa mereka mantan? Biasanya kalau sudah jadi mantan pasti canggung atau paling parah ya asing. Namun, kenapa Sora dan Aksel nggak?
"Mau makan di mana?" tanya Sora.
"Di rumahnya Rachel aja." Rai menggenggam tangan Sora selama berjalan ke taman belakang.
Sora mencuri-curi pandang ke arah tangan mereka. Genggaman itu terasa hangat dan kehangatan itu sampai pada hati Sora. Sesekali ibu jari Rai mengusap tangannya memberi getaran pada jantung Sora. Possie sudah berterbangan di dalam perut Sora hanya karena aksi kecil Rai.
Semakin lama gue merasa semakin lemah sama Rai. Gini aja dia berhasil membangunkan kupu-kupu dalam perut gue yang sudah berbulan-bulan hibernasi.
Sampai di taman Sora dan Rai duduk di kursi kayu panjang. Mereka dipisahkan kotak bekal yang Rai bawa. Sora memangku Rachel, si anak kucing, saat kucing itu menghampiri mereka.
"Nih makanan buat Rachel." Rai mengulurkan makanan kucing yang kemarin sore sengaja ia beli.
"Wah, Rachel pun lo bawain bekal." Sora tersenyum senang.
Rai mengangsurkan tutup kotak bekalnya. "Pakai ini aja buat dia makan. Gue lupa nggak bawa wadah buat taruh makanan kucingnya."
Rachel kembali Sora taruh ke bawah untuk diberinya makan. Mereka pun makan bersama-sama.
"Kenapa tiba-tiba kepikiran bawa bekal?" tanya Sora.
"Gue nggak mau lihat lo kehabisan energi lagi."
"Masak sendiri?"
"Dibantuin Bunda. Gue nggak jago masak, Ra. Bunda sama Ayah jago masak padahal, tapi kayaknya nggak nurun ke gue. Gue jagonya makan."
"Wahh, seru banget. Pasti bokap dan nyokap lo sering eksperimen resep."
Rai mengangguk setuju. "Tapi mereka nggak setega lo buat jadiin gue kelinci percobaan. Selain coba-coba buat resep, Ayah sama Bunda sering cooking date ala-ala gitu. Dapur lebih menarik daripada kursi bioskop bagi mereka."
Sora jadi senyum-senyum sendiri membayangkan kedua orangtua Rai bercibaku di dapur. Pasti mereka curi-curi ciuman saat entah itu sibuk mencuci sayur atau saat membuat adonan kan? Atau saling berpelukan. Seperti di novel-novel yang ia baca.
Entah Rai harus ngeri atau terpesona melihat Sora senyum-senyum sendiri dengan tatapan menerawang seperti itu. Seandainya Sora kesurupan kan tidak apik.
"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?"
"Cooking date seru kali ya, Rai," balas Sora.
"Mau?"
"Apa?" Sora mengernyit tidak mengerti.
"Cooking date ala-ala sama gue."
Tawa Sora langsung pecah. Sora sampai terpingkal-pingkal, memukul pahanya sendiri. Rai menggaruk ujung hidungnya, ia merasa tidak ada yang lucu dari ajakannya terus kenapa Sora sampai tertawa terpingkal-pingkal?
"Rai, Rai, movie date kita aja belum terlaksana gara-gara masih ujian," kata Sora seusai tawanya reda.
"Kan itu nanti pas selesai ujian, Ra."
"Setelah ujian kita bakal sibuk nyiapin class meeting, Rai, gue baru nyadar."
"Setelah kita nggak sibuk aja. Tapi waktu buat lo akan selalu ada kok, Ra."
Tangan Sora yang akan menyuapkan nasi dan omelette tergantung di udara. "Ya kan lo jomblo, Rai. Makanya banyak waktu lo buat gue."
"Makanya tembak gue dong biar gue nggak jomblo lagi."
Sora yang baru saja menelan nasinya langsung tersedak. Sora membuka tumbler-nya dan meneguk air. "Gue tembak lo biar lo mati dan nggak bisa ngalus lagi," balas Sora.
Kini giliran Rai yang tertawa terbahak-bahak hingga matanya berair. Rai menyeka air matanya. "Jangan nanti kalau gue mati lo bakal jomblo selamanya," ujar Rai setelah tawanya mereda.
"Rai!!!" kesal Sora. Meski kesal semburat merah terlihat di pipi Sora.
"Makan lagi, Ra."
Mereka sama-sama menghabiskan bekal. Sora mengalihkan tatapan setiap matanya bertemu mata Rai. Degup jantungnya masih menggila.
Begitu bekal mereka habis mereka sama-sama bersandar di sandaran kursi sambil menunggu bel jam istirahat berakhir. Rachel sudah duduk anteng di pangkuan Sora setelah menghabiskan makanannya.
"Lo sama Aksel pacaran, ya?" tanya Rai. Pada akhirnya Rai akan menanyakan pertanyaan yang sudah lama ingin ia tanyakan. Rai sudah tidak bisa menahannya lagi.
"Nggak. Gue belum nembak dia jadinya dia masih jomblo dan belum jadi pacar gue," jawab Sora.
Rai terkekeh menyadari Sora masih kesal padanya. "Jadi ada rencana buat nembak Aksel? Terus nembak guenya kapan, Ra?"
"Gue nggak ada apa-apa sama Aksel, ya sama lah kayak lo gini."
Jawaban Sora kali ini menancap tepat di hati Rai. Jadi tidak ada tempat spesial di hati Sora untuk Rai.
Gue belum nembak aja udah ada sinyal-sinyal bakal ditolak.
"Tapi pernah ada apa-apa," gumam Rai yang masih bisa didengar Sora.
"Dulu," jawab Sora lirih.
"Tadi ngobrolin apa sama Aksel?"
Sora menoleh, cowok ini kenapa tiba-tiba bertanya soal Aksel? Di amatinya wajah Rai dari samping. "Event Party Book sama Semesta Buku. Aksel mau ngajak gue ke sana."
Mendengar jawaban itu Rai segera menoleh. "Sama gue aja ke sananya."
"Lah? Lo kan nggak suka baca, Rai."
"Tapi gue suka sama lo."
[ ]
Gasss terus, Raiii!!!! Hahahha.