Begitu ujian selesai kesibukan Sora tidak berkurang sedikit pun, malah makin sibuk. Sora baru saja menyelesaikan pembuatan naskah teater bersama teman-temannya, setelah ini jadwal latihan teater akan lebih padat.
Lagu yang akan ditampilkan Sora dan kawan-kawan bandnya sudah rampung kemarin. Seth berkerja sangat keras untuk merampungkan lagu buatannya itu. Di detik-detik terakhir Sora mempunyai ide untuk lirik lagu baru, tetapi tentu saja tidak akan dipakai saat class meeting nanti karena terlalu mendadak.
Hari ini pun mereka latihan band ketika jam kosong, sedang pulang sekolah nanti Sora harus latihan teater. Di class meeting mendatang band mereka akan menyanyikan empat lagu. Satu lagu dari Hivi yang judulnya Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi, Sora akan menyanyikannya duet bersama Seth. Lagu ke dua Sora akan bernyanyi solo menyanyikan lagunya Vierra yang berjudul Rasa ini. Sedang di lagu ketiga Seth akan menyanyikan lagu Pecinta Wanita. Dan yang terakhir adalah lagu milik mereka.
Sora dan teman-teman bandnya memang sepakat untuk membawakan lagu berbahasa Indonesia agar nanti yang menonton mereka tampil juga bisa ikut bernyanyi.
Sora duduk di kursi sambil menyaksikan Seth yang sedang menyanyikan lagu Pecinta Wanita. Ia juga sengaja merekam sesi latihan mereka kali ini. Kamera ponselnya meng-shoot Seth yang sesekali mengedipkan sebelah matanya ke kamera membuat Sora terkikik.
Selesai Seth bernyanyi mereka beristirahat. Sora memberikan botol air mineral ke rekan-rekannya. Mereka duduk berderet sambil bersandar di tembok.
"Shasa akhir-akhir ini mingkem dan kalem, jadi lo beneran resmi jadian sama Pangeran lo?" tanya Seth pada Sora.
"Ah, ternyata Shasa bisa menepati ucapannya," sahut Nathan.
"Shasa kalem itu gara-gara kecapekan latihan teater. Dia juga lagi cemas kalau-kalau ikut remedial. Bukan karena gue beneran pacaran sama Rai, Kawan-kawan," jawab Sora.
"Seneng gue Shasa mode silent gini." Alvin terkekeh senang. "Kemarin-kemarin dia sering banget cegat gue cuman buat konfirmasi Mentari balikan sama Zidan apa nggak. Heran gue kenapa dia nggak tanya langsung ke yang bersangkutan aja."
"Lah? Lo kan nyangkut sama Mentari, hati lo maksudnya." Seth menyeringai jail yang sukses bikin Alvin jengkel.
"Kelas kalian jadi nampilin apa nanti?" tanya Sora.
"Kelas gue pantomim," jawab Seth.
"Di kelas si Dandi mau sulap, nggak jadi drama musikal. Terus di bazar nanti kelas gue si Lani mau buka lapak baca tarot sama jualan gelang," Jawab Nathan.
Sora menoleh tertarik pada Nathan. Kelas Nathan memang terkenal unik di sana ada mbak-mbak olshop, pesulap, penjual donat, dan sekarang terkuak ada pembaca tarot juga. "Eh, Si Lani beneran bisa baca tarot?"
"Hooh. Kan neneknya juga bisa baca gituan. Cuman Lani baru berani buka lapak sekarang," balas Alvin yang satu kelas sama Nathan.
"Tuh sana, Ra, lo kelapak kelasnya Nathan sama Alvin aja pas bazar class meeting minta Lani lihat peruntungan lo sama pangeran lo." Sora meraih rambut Seth dan menjambaknya.
"Nyinyir mulu yang lagi jomblo!" kesal Sora.
"Kelas lo sendiri gimana?" tanya Alvin menghentikan aksi keji Sora pada Seth.
Seth mengelus-elus kepalanya yang nyut-nyutan. Tidak dapat diragukan lagi kekuatan Sora kalau lagi ngamuk itu bringas sekali. Seth jadi kasihan sama Rai. Sewaktu-waktu Rai bisa diamuk Sora kan.
Sora mengedikkan bahunya. "Belum tahu baru nanti didiskusiin," jawab Sora.
"Nggak sabar banget gue buat tampil," celutuk Seth, "Gue mau potong rambut dulu lah nanti sebelum tampil biar ketampanan gue meningkat dan memikat."
"Halah! Rambut lo keburu rontok mikir soal remedial!" cibir Sora.
"Gue juga kayaknya bakal remedial matematika," sahut Nathan.
"Belum ada pengumuman kan?" tanya Alvin.
"Katanya nanti. Tunggu aja."
Tak jauh berbeda dari Nathan dan Alvin, Sora juga harap-harap cemas seandainya namanya ada di list siswa remedial ujian matematika. Mengurus rumus-rumus matematika itu biking pening.
π¬π¬π¬
Sembari menunggu pengumuman remedial matematika kelas Sora mengadakan rapat dadakan membahas pensi nanti. Sebelum-sebelumnya mereka belum membicarakannya karena sama-sama terlalu fokus ujian, tetapi Yuan sudah memberi tahu untuk mengumpulkan ide banyak-banyak mengenai apa yang mereka akan tampilkan nanti dan didiskusikan setelah ujian.
Sora dan Rei duduk bersisian kerena bangku-bangku di kelasnya sengaja ditata melingkar untuk berdiskusi. Ide-ide yang mereka utarakan sudah ditulis Yuan di papan tulis dan nanti tinggal voting.
Voting dilakukan secara cepat dan menghasilkan kelas mereka akan menampilkan modern dance, lebih tepatnya hanya Cici, Melani, Okta, Vero, Prabu, dan Chiko yang akan tampil.
"Gue lega," bisik Rai.
"Hm?" Sora menoleh, dahinya berkerut.
"Gue lega lo nggak perlu ikut tampil ngewakili kelas soalnya lo sudah sibuk banget di band sama teater. Pasti capek kalau lo ikut dance," jelas Rai.
Kedua sudut bibir Sora tertarik ke atas dan mengangguk. "Gue juga lega. Tapi nanti kita kasih semangat buat teman-teman kelas yang tampil. Kita yang nggak tampil harus nonton semua pas kelas kita tampil. Kalau perlu kita buat baner deh."
"Coba usulin ke Yuan," suruh Rai.
Tanpa diperintah dua kali Sora segera mengutarakan pendapatnya untuk mengsupport kawannya yang akan tampil. Yuan menyetujuinya diikuti teman-temannya yang lain.
Rai menggacak surai hitam Sora membuat Sora kembali menoleh dan menatap Rai. Cowok itu hanya tersenyum.
Hubungan mereka tidak berjalan ke mana-mana setelah tiba-tiba Rai bilang menyukainya. Rai bahkan tidak mengungkit-ungkitnya lagi.
Tanggapan yang Sora berikan kepada ungkapan Rai pun hanya diam sebab dia tidak tahu harus membalas apa, ia kaget tentu saja. Sebelum Rai mengatakan menyukainya, cowok itu juga meminta Sora untuk menembaknya dan menghempas jauh status jomblo mereka berdua. Sora tidak tahu Rai serius atau tidak dengan pengakuannya itu. Cuman yang jelas Rai berhasil memporak-porandakan hatinya.
Kalau sampai Rai beneran cuman bercanda hati gue pasti luluh lantak sampai lupa bentuk aslinya gimana!
"Setelah ini lo latihan drama?" tanya Rai.
"Pas pulang. Kan habis ini ada remedial."
Rai mengangguk, lalu kembali mengacak-acak rambut Sora. Sora jadi merutuki dalam hati. Rai tidak tahu saja adegan acak mengacak rambut di novel itu adegan yang bikin tokoh utama perempuan ambyar.
"Kata Milo lo mulai baca novel fiksi remaja, Rai?"
Rai meneguk salivanya, ia menjadi gugup. Kenapa mulut Milo ember sekali sih?
"Sedikit," jawab Rai.
"Saat gue membaca pas adegan uwu-uwu gue biasanya gigit jari, acak-acak rambut, atau guling-guling di kasur kalau gue bacanya di kasur. Tapi pas gue ngalamin sendiri gue harus gimana Rai? Gue nggak bisa guling-guling di depan teman-teman kelas, bisa-bisa nanti gue disangka kesurupan," oceh Sora ngawur yang bikin mulut Rai melonggo.
Sora kenapa?
Mata Rai masih mengawasi Sora walau Sora sendiri sudah menghadap depan melamun.
π¬π¬π¬
Latihan teater sudah bubar sejak lima belas menit yang lalu, tetapi Sora, Shasa, Adel, Aga, dan Jonathan tidak langsung pulang dan memilih duduk lesehan di depan ruang teater.
Mereka ngobrolin banyak hal sembari beristirahat. Shasa mendominasi obrolan, cewek itu sudah kembali aktif membahas gosip-gosip murid hits karena namanya sudah bebas dari remedial matematika hari ini.
"Kak Ziel juga putus sama pacarnya, dugaan sementara alasannya karena Kak Ziel mau fokus ujian. Bisa jadi itu akal-akalan doang kan? Padahal mah udah ada yang baru!" nyinyir Shasa.
"Heh itu mulut! Bisa jadi ada masalah lain kan yang buat mereka putus! Atau nggak emang Bang Ziel mau fokus belajar, kelas dua belas tuh emang banyak ujian. Belum lagi harus belajar buat masuk PTN kalau-kalau kita nggak masuk jalur undangan," balas Jonathan.
"Jangan gitu lah, Sha. Nanti banyak yang salah paham. Bisa-bisa Kak Ziel dihujat. Ini tahun terakhir dia di SMA kasihan kalau nanti dia harus menghadapi drama asmara dan namanya yang selama ini terkenal baik jadi tercoreng cuman gara-gara gosip nggak jelas," nasihat Adel.
Shasa melingkarkan lengannya di tangan Adel sambil menyenderkan kepalanya di bahu Adel. "Bukan gue kok yang mulai gosip itu," alasan Shasa.
"Tapi lo bantu menyebarkan Shasa, Sayang." Adel menepuk pipi Shasa.
Sasha memberengut, tetapi tidak membantah lagi.
"Nanti kelasnya Nathan sama Alvin buka lapak baca tarot di bazar! Ada yang tertarik?" tanya Sora.
"Lani, ya?" tanya Aga yang diangguki Sora.
"Nggak ah, dia pernah minta gue coba tuh. Tapi hasilnya mengerikan! Masa dia bilang gue bakal diselingkuhi."
"Beneran kejadian, Ga?" timpal Shasa penasaran.
Aga mengangguk sedih. "Seminggu kemudian pacar gue ketahuan jalan sama Cowok lain."
Sora mengelus bahu temannya itu, ikut turut simpati.
Obrolan mereka terhenti oleh kehadiran Rai dengan membawa kantong keresek berlogo minimarket. "Nggak nganggu kan?" tanyanya.
"Enggak kok. Duduk aja," suruh Sora.
Rai bergerak duduk di sebelah Sora yang kosong. "Nih es krim buat lo, bagi-bagi sama yang lain, ya."
"Eh? Nggak ngerepotin?"
Rai menggeleng. "Nggak kok."
Sora pun membagi-bagikan es krim pemberian Rai. Teman-temannya menerima dengan antusias.
"Lagi ngobrolin apa?" tanya Rai.
"Nanti di class meeting ada yang buka lapak baca tarot di bazar," jawab Jonathan.
"Rai coba deh lo kunjungi tuh lapak sama Sora," saran Aga.
Rai sudah cukup akrab bersama Aga dan Jonathan sebab mereka pernah satu kelas di kelas 10. Jadi cukup mudah membaur bersama mereka.
"Iya, lo bisa tahu tuh bakal kejebak friendzone berapa lama!" celutuk Shasa.
"Mau coba, Ra?" ajak Rai pada Sora
"Ha?"
"Lihat masa depan kita."
Shasa, Adel, Jonathan, dan Aga kompak bersorak 'cie' yang membuat Sora jadi tersipu malu.
"Masa depan kita katanya," goda Jonathan.
"Kabarin gue ya kalau hasilnya mantap!" timbal Shasa bersemangat. Jika Rai dan Sora jadian kan Shasa tidak perlu membukam mulutnya hingga setengah semester. Ia masih bisa bergosip ria haha.
[ ]
Suka nih aku kalau Rai mulai terang-terangan kayak gini!!!