Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Like Bubble Gum
MENU
About Us  

Sora tersentak ketika sekaleng soda dingin menempel di pipinya. Senyumnya terbit ketika dari mana soda itu berasal.

Sora menegakkan kepalanya yang sedari tadi menempel ke mejanya. Kepalanya pusing setelah mengerjakan ujian Kimia dan Matematika.

"Kepala lo udah berasap banget rupanya," ucap Rai sambil menaruh kaleng Soda yang sudah ia buka ke tangan Sora.

"Pusing banget. Emangnya lo nggak pusing?" tanya Sora.

Rai mengangkat bahunya. "Prinsip gue belajar, kerjain, lupain. Nilai bagus bonus, nilai jelek ya udah tinggal belajar lebih giat lagi."

Sora meminum soda pemberian Rai sambil memperhatikan Rai yang masih tinggal di tempatnya. "Kenapa belum pulang?" tanya Sora.

Agenda antar jemput Sora tidak bisa dilakukan Rai setiap hari lagi. Papa Sora menyuarakan keberatannya atas tindakan Rai, karena Rai rutin antar jemput papa Sora jadi tidak lagi memiliki kesempatan mengantar Sora ke sekolah.

Rai bersyukur papanya Sora masih memperbolehkannya menjemput atau mengantar Sora walau tidak setiap hari. Jadi Rai hanya menjemput Sora ketika papanya tidak bisa mengantar ke sekolah. Untuk mengantar Sora pulang itu terserah Sora saja.

"Karena lo belum mau pulang?" Rai mengangkat satu alisnya.

"Sebentar, ya. Gue perlu isi energi dulu."

Rai mengiyakan dan beralih duduk di bangku Anya, sebelah bangku Sora. Sora menghabiskan sodanya, lalu kembali menaruh kepalanya ke atas mejanya sambil menghadap Rai. Soal-soal kimia dan matematika sudah menguras tenaganya.

Rai ikut-ikut menaruh kepalanya di atas meja menghadap Sora, sudah seperti drama Korea yang sering Bunda tonton. "Makan yang banyak, Ra, sebelum ujian," kata Rai.

"Udah kok. Tapi pas lihat soal langsung lemes lagi."

"Kalau gitu lihat gue aja biar semangat lagi."

Mata Sora melotot, mulutnya menganga. Semakin hari Rai semakin pintar ngalus. Cuman tetap aja Sora kaget. Biasanya job goda-menggoda itu miliknya, tapi sekarang malah kebalik.

Rai tersenyum geli melihat Sora melonggo. Reaksi kaget Sora sangat lucu di matanya.

"Gaul mulu sama Chiko lo jadi pintar ngalus, ya," balas Sora seusai sadar dari keterkejutannya.

"Gue lebih sering gaul sama lo. Jadi gue belajar langsung sama ahlinya."

"Gue nyesel deh Rai."

"Kenapa?"

"Nggak godain lo dari kelas sepuluh. Setiap lo salting tuh lucu."

Terus kalau gue udah baper gimana, Ra?

"Yuk, dah! Energi gue udah kumpul dua puluh persen." Sora menegakkan kepalanya.

"Gara-gara gue semperin semangat lagi kan lo!" Rai beranjak, mengacak-acak rambut Sora.

"Tapi lo itu sering datang dan pergi, udah kayak lagunya Letto Ruang Rindu!" cibir Sora. Aksi ngambek Rai memang sulit ditebak.

"Udah lama masih dibahas aja. Kita kan udah deket banget ini."

Kalau gue tembak sekarang mau? Kok jadi ngegas banget gue?

Rai meringis. Ia menarik tangan Sora dan digenggamnya. "Gua nggak bakal pergi-pergi lagi kok."

Sora sedikit mendongak untuk menatap Rai. Air muka Rai terlihat serius. Sora menenguk salivanya. Harusnya ia udah nggak kaget sama tingkah Rai yang sulit ditebak, tetapi sekarang efek yang dia terima berbeda.

Ia jadi deg-degan.

🍬🍬🍬

 

"Tingkah lo hari ini aneh banget, Ra," ungkap Milo. Ya, gimana nggak aneh dari tadi Sora kalau nggak ngelamun ya nggak bisa diam pas duduk, entah kakinya goyang-goyang, ngebolak-balik halaman novel yang Milo yakin belum dibaca sama Sora. Sora kelihatan gelisah.

"Tingkah temen lo tuh yang aneh, Mil," balas Sora.

"Rai?"

"Emang lo punya temen lain selain Rai?"

Milo berdecak sebal. "Punyalah!"

Sora mendengus. Selain penuh sama rumus-rumus fisika kepalanya juga dipenuhi nama Rai. Tindak-tanduk Rai sukses membuatnya kepikiran terus.

Setelah cowok itu tiba-tiba menjauhinya, selanjutnya tanpa diduga Rai jadi boom! Berubah 180 derajat.

Tidak tidak, bukan berubah jadi Spiderman, Iron Man, Edward Cullen, Peeta, Luke Danes, atau pun Jess Mariano. Sifat Rai jelas sekali berubah jadi lebih perhatian dan ucapan nyelekit cowok itu mulai berkurang. Perdebatan mereka juga sudah jarang terjadi.

Selama ngejauhin gue Rai nggak makan yang aneh-aneh kan? Atau kepalanya ke bentur sesuatu gitu?

"Emang Rai ngapain lo sampai lo jadi gegana gini?" tanya Milo.

"Gegana?"

"Ya elah masa nggak tahu sih! Gelisah galau merana!"

"Rai jadi kayak bukan Rai, Mil." Sora jadi merengek. "Sejak kapan sifat Rai jadi manis, ya dia manis sih, cuman kan dia dulu sering banget ngedebat atau mencibir gue tapi sekarang tiba-tiba nggak kan aneh!"

"Ya, masa dia mau mencibir lo seumur hidup dia?"

Sora menggoyang-goyangkan lengan Milo rusuh. "Nggak gitu, Miloo! Sama lo dia bertingkah manis juga?"

"Kayak gimana?"

"Kasih balon t-rex?" tanya Sora bergumam.

Kejadian balok t-rex itu sudah lama sekali, tetapi masih melekat jelas dalam ingatan Sora. Rai memberikan balon itu sebelum aksi Rai ngambek. Bisa dibilang adalah satu dua sikap manis Rai sebelum ngambek.

"Lah? Ngapain dia ngasih balon t-rex ke gue? Mending kasih duit bisa buat gue beli novel!"

"Rai nggak kenapa-napa ya kan, Mil?"

Sebenarnya Milo ingin tertawa keras di atas kebingungan dan ketidakpekaan Sora. Tapi Milo menahannya takut nanti Sora tambah bingung. "Coba tanya langsung ke orangnya," sarannya.

"Nanti deh."

Sora menaruh novel yang dibawanya ke atas meja. Ia mendesah pelan, menempelkan satu telepak tangan pada pipi dan kenumpu siku di atas meja. "Gue takut, Mil."

"Takut kenapa? Balon t-rex nggak bakal makan lo," jawab Milo ngawur.

"Kalau gue baper gimana?"

Mata Milo membelalak dan mulutnya menganga. "Baper? Sama siapa? Novel? Balon t-rex?"

"Balon t-rex warna ijo yang udah kempes di pojok kamar gue!"

Sekarang Milo ingin segera berlari memeluk Rai dan berkata usahanya dikit lagi akan berhasil. Ia juga akan minta PJ, ada tiga novel yang mau PO bulan depan.

 

🍬🍬🍬

 

"Omongan gue tuh nggak pernah meleset, Ra. Jadi percaya sama gue!" Davian beralih duduk di depan Sora agar lebih puas menceramahi sahabatnya.

"Kan udah gue bilang dia itu ada benih-benih cinta sama lo. Sekarang dia mulai berani ngegas lo! Ah, lama-lama gue jadi dukun percintaan dah," lanjut Davian.

Sora mendengar penuturan Davian sambil mencoret-coret acak belakang buku tulisnya. Rencana belajar bersama mereka sudah bubar gara-gara aksi curhat colongan Sora.

"Terus gue harus gimana seandainya apa yang lo katakan itu bener?" tanya Sora.

"Kata lo kalau dia nembak lo, lo bakal terima!"

"Ya ... Nggak gitu. Waktu gue asal nyeplos aja. Waktu itu gue mikirnya nggak mungkin seorang Rai suka sama gue, ngelirik aja nggak."

"Perasaan lo ke Rai itu gimana? Sama kayak yang lo rasain ke Aksel dulu atau ke Aksel yang sekarang?"

Kesal Sora memukul kepala Davian dengan bukunya. Pengandaian yang dipakai Davian itu menyentilnya. Iya, tahu dia dulu ada perasaan suka, cinta, romantis, dan apalah itu namanya, cuman nggak perlu diungkit-ungkit lagi.

Davian tidak tahu saja dulu Sora pernah menangisi Aksel di awal-awal memutuskan untuk pergi bahkan sebelum mereka ada ikatan. Di sekolah Sora bertingkah biasa saja, tapi tidak ada yang tahu jauh di dalam diri Sora merindukan Aksel.

Proses move on itu tidak mudah, kawan. Kalau nggak kuat disapa dikit bisa langsung ambyar.

Sora semakin pulih ketika dirinya satu kelas bersama Rai dan fokus mencari tahu alasan Rai menjauhinya.

Tujuan Sora mendekati Rai selain mencari tahu alasan cowok itu menjauhinya juga tidak muluk-muluk, ia hanya ingin berteman sewajarnya dengan Rai.

Lalu, sekarang? Apa mungkin mereka lebih dari itu di saat Sora sendiri tidak yakin akan perasaannya untuk Rai.

 

[ ]

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
HAMPA
425      296     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Verlieren
1282      552     2     
Romance
❝Aku ingin bersama mu dalam dua waktu saja. Sekarang dan selamanya.❞ Kehilangan itu mungkin sebuah akhir bagi sebagian orang, tapi tidak untuknya. Dia dipertemukan oleh kehilangan agar menemukan jalan hidupnya. Yang baru. Azka merasa bahwa hidupnya terasa hampa dan terus terpuruk. Sejak 'dia' hilang, rasanya hidupnya tak mempunyai warna lagi. Karena Aresha, terpisah darinya selama bela...
Selepas patah
213      173     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Comfort
1319      580     3     
Romance
Pada dasarnya, kenyamananlah yang memulai kisah kita.
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
20484      2279     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
XIII-A
1167      775     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
Memeluk Bul(a)n
23098      3944     28     
Fantasy
Bintangku meredup lalu terjatuh, aku ingin mengejarnya, tapi apa daya? Tubuhku terlanjur menyatu dengan gelapnya langit malam. Aku mencintai bintangku, dan aku juga mencintai makhluk bumi yang lahir bertepatan dengan hari dimana bintangku terjatuh. Karna aku yakin, di dalam tubuhnya terdapat jiwa sang bintang yang setia menemaniku selama ribuan tahun-sampai akhirnya ia meredup dan terjatuh.
Diary of Rana
256      214     1     
Fan Fiction
β€œBroken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...
Semesta Berbicara
1869      1022     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, adalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang sederhana, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi yang tak terbaca, dan masa lalu yang rumit. Sosok yang selalu dianggap tak punya kuasa, padahal ia adalah rahasia terbesar yang tak seorang pun duga...
Edelweiss: The One That Stays
2413      962     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...