Sora menatap kagum salah satu teman dan anggota teaternya, Adel, yang sedang menyuarakan idenya untuk tema pementasan teater mereka di class meeting setelah ujian nanti. Adel mengusulkan tema bullying, tidak hanya bullying yang ada di dunia nyata tapi juga di dunia maya, cyber bullying.
Ia yakin ide itu berasal dari pengalaman tidak menyenangkan yang dialami Adel. Adel pernah mengalami pembullyan di kelas 10, tidak hanya bully secara verbal dan fisik tapi sampai merambah di media sosialnya Adel. Dan sekarang Adel berdiri di depan teman-teman teater lainnya menyampaikan idenya dengan harapan setelah mereka tampil banyak anak-anak seumuran mereka melek akan masalah bully ini. Lalu Bagaimana mungkin Sora tidak kagum dengan kawannya itu?
Iya, di sekolah Sora pernah terjadi kasus pembullyan. Untungnya guru-guru tidak tutup mata dan segera menindak pelaku-pelaku pembullyan.
Tidak hanya Adel saja yang menyampaikan idenya, tetapi beberapa anggota lainnya juga. Mereka baru selesai berdiskusi tepat hampir jam lima sore.
Sora tidak langsung pulang ke rumahnya karena ia akan nongkrong di kafe dulu bersama Sasha dan Adel. Sudah lama sekali ia tidak menghabiskan waktu dengan dua temannya itu. Perbedaan kelas membuat mereka menjadi jarang berkumpul.
Mereka bertiga berjalan kaki ke kafe. Kafe yang mereka kunjungi tidak begitu jauh dari sekolah dan masih bisa ditempuh dengan jalan kaki. Kafe itu sering dikunjungi anak sekolahnya juga sekolah tetangga.
Begitu sampai mereka langsung memesan. Mereka kelaparan. Sembari menunggu pesanan mereka tiba mereka mengobrol-ngobrol ringan.
"Del, kayaknya ide loh deh yang bakal dipakai buat pentas nanti," ucap Sasha mengawali.
"Gue bersyukur seandainya ide gue yang terpilih, tetapi seandainya nggak juga gue udah seneng karena bisa menyampaikan ide itu. Ide temen-temen yang lain juga oke-oke loh."
"Nanti bisa juga ide lo digabungkan sama yang lain, Del. Bu Anita masih memikirkan ide-ide kalian. Tapi gue bangga banget sama lo." Sora menepuk bahu Adel bangga.
"Iya, lo pernah melalui pembullyan yang lo terima dengan bahu tegak. Bahkan lo nggak segan melawan mereka sendirian," timpal Sasha.
Adel terkekeh. Mengingat momen dirinya menerima ujaran kebencian di sosmed dan nyinyiran di dunia nyata sampai dijambak, dicakar, dan diancam selalu membuatnya merasa kuat karena masih bertahan sampai kini. "Ada kok masa-masa gue capek ngehadapin mereka sampai pingin pindah sekolah dan tutup akun sosmed. Gue muak dengan cacian mereka yang itu-itu aja. Gue yang ngerasa sakit gara-gara dijambak mereka. Tapi ingat-ingat lagi awal mula dan alasan pembullyan yang gue terima gara-gara cowok dan kulit gue yang gelap bikin gue tertawa miris."
"Entah kenapa fokus mereka ke cowok yang baru gue pacarin alih-alih prestasi yang baru gue raih waktu itu." Adel terkekeh.
Di kelas 10 Adel pernah ikut kompetisi debat bahasa Inggris dan pidato bahasa inggris, Adel memenangkannya. Saat latihan untuk lomba Adel selalu di temani Anan, kakak kelasnya yang sudah kelas 12 waktu itu. Anan dulu sering mengikuti kompetisi debat dan pidato bahasa inggris jadi Adel bisa belajar banyak dari dia. Belajar bersama adalah awal mula kedekatan mereka.
Selesai lomba-lombanya Adel akhirnya berpacaran dengan Anan. Dari situlah fans Anan mulai julid pada Adel, mengatakan Adel tidak pantas untuk Anan. Anan lumayan populer dan memiliki banyak penggemar dari yang sengakatan sampai adik kelas.
Rata-rata yang membully Adel selalu membawa-bawa kulitnya yang lebih gelap. Mereka mengatainya burik, kusam, bahkan Maghrib. Adel tidak mempermasalahkan kulitnya yang jadi bahan gunjungingan, sebab sedari SD pun ia sudah sering diejek seperti itu.
Namun, saat mereka mulai melukai fisiknya Adel tak segan membalas. Maka dari itu musuhnya semakin bertambah karena menilai dirinya yang berani melawan sebagai bentuk kekurangajaran. Padahal mereka sendiri yang tidak memiliki akal.
"Sekarang kasus pembullyan udah semakin banyak. Di kalangan anak SD juga banyak dan mereka sering melakukannya secara keroyokan," ujar Adel sedih.
Sora mengangguk setuju. Berita-berita di tv dan sosial media sekarang banyak sekali menyiarkan kasus pembullyan yang merajalela. Bahkan korbannya ada yang sampai merenggang nyawa. "Sedih banget ya, Del. Lingkungan sekolah harusnya nyaman buat belajar malah menjadi ancaman untuk beberapa siswa yang tertindas," timpalnya.
"Sekarang media sosial juga memengaruhi tingkah orang kan? Mereka mencontoh apa yang mereka tonton. Apalagi yang masih anak-anak kadang tontonan mereka lengah dari pengawasan orang tua," sahut Shasa.
Pesanan mereka datang menghentikan pembicaraan serius mereka. Begitu pelayanan pergi mereka kembali melanjutkan obrolan mereka sembari makan.
"Platform-platform media sosial sekarang juga bisa menjadi wadah untuk pembully lebih liar lagi mengeluarkan hujatan-hujatannya, bahkan bisa secara anonim loh," kata Adel.
"Ya, kadang orang mengetik di komentar-komentar media sosial tanpa berpikir lebih dahulu," balas Sora.
"Makanya, Sasha, nanti kalau nyebarin gosip di cross check dulu kebenarannya, ya. Jangan asal sebarin!" Adel memeringatkan Shasa.
Shasa memberengut, lalu mengangguk. "Lo juga pernah kan, Ra, dibully? Sampai keluar ekskul," tanyanya.
"Iya, Ra?" tanya Adel kaget.
"Ah, nggak." Sora menggeleng. "Nggak sampai segitunya kok. Mereka cuman protes soal jadwal siaran aja. Gue keluar pun karena keputusan sendiri."
Obrolan mereka terus berlanjut hingga malam tiba dan baru berhenti saat Sora ditelpon Sera yang menyuruhnya pulang karena papanya membelikan banyak martabak untuk mereka.
๐ฌ๐ฌ๐ฌ
"Jadi gimana, Rai? Ada kemajuan?" tanya Milo.
Rai yang sedang mengerjakan PR-nya di meja belajar mendengus. "Nggak tahu. Gue ngerasa spesial pun belum tentu Sora merasakan hal yang sama."
"Lo udah kasih kode-kode?"
"Udah kok. Dikit-dikit."
Milo melipat tangannya di depan dadanya. Novel di pangkuannya yang tadi ia baca tak lagi ia indahkan. Cerita percintaan sahabatnya lebih seru daripada cerita cinta segitiga yang tadi ia baca. "Usaha lebih keras lagi dong!"
"Siapa bilang gue menyerah? Baru setelah Sora nolak gue dengan tegas baru gue mundur."
"Lo tahu nggak posisi lo sekarang inilah yang dirasakan Sora pas mencoba dekat sama lo tapi malah lo ajak main kucing-kucingan! Sekarang lo udah terperangkap sama pesona Sora haha!" Milo tertawa puas.
Bahu Rai turun, semangat mengerjakan Pr-nya langsung ambyar gara-gara Milo membahas Sora. "Sora deketin gue cuman mau kepo sama alasan gue ngejauhin dia dan ngajak gue temenan aja."
"Tapi lo minta lebih!"
Sial, sayangnya yang dikatakan Milo benar. Dulu dirinya yang paling getol tidak ingin dekat-dekat sama Sora, tapi sekarang dirinya juga yang ingin selalu didekat cewek itu.
Sora nggak pakai pelet kan?!
"Usaha lo boleh juga, Rai. Jadi supir pribadi Sora."
Ide antar jemput itu terinspirasi oleh kisah cinta sang Ayah. Dulu Ayah waktu pdkt sama Bunda sering ngajak Bunda berangkat dan pulang bareng. Sekalipun sering dijudesi Kakek ketika ke rumah Bunda, Ayah tak gentar. Dan usaha Ayah berakhir bahagia bersama Bunda hingga kini dan semoga selamanya.
Rai juga ingin memiliki kisah yang sama seperti ayah dan bundanya. Apalagi kalau sama Sora.
"Tadi Sora pulang sendiri kok. Dia mau nongkrong dulu sama temen teaternya."
"Makanya lo suruh gue ke sini! Pakai nginep segala!"
Rai mengacungkan jempolnya. "Betul."
๐ฌ๐ฌ๐ฌ
Jam sepuluh malam sudah lewat. Rai dan Milo masih terjaga. Rai dengan ponselnya dan Milo bersama novelnya.
Sesekali Rai tersenyum atau terkikik sendiri membuat Milo berdecak sebal. Milo tahu sahabatnya itu sedang berkirim pesan pada Sora.
Milo harus rela teman senasipnya alias Sora sebentar lagi memiliki kisah cinta sendiri dan tidak bisa diajak halu bareng lagi. Padahal ngomongin percintaan karakter fiksi sama Sora itu seru sekali.
Rai tidak terganggu sama sekali oleh decakan kesal Milo. Bertukar pesan sama Sora itu menyenangkan, jadi biarlah Milo bertingkah seperti apa ia tidak peduli.
Sora: mau nonton film Turtles All the way Down?
Sora: Film itu diangkat dari novelnya John Green.
Sora: Kita udah pernah nonton film The Fault In Our Star kan?
Sora: film The Fault In Our Star ini juga diangkat dari novelnya John Green loohh.
Rai: mau nonton kapan?
Sora: dan di mana?
Rai: di rumah gue boleh.
Rai: di rumah lo juga boleh.
Sora: emmm
Sora: pas liburan gimana?
Sora: setelah class meeting selesai.
Rai: liburan masih lamaaa.
Sora: halah, bentar lagi juga ujian ini.
Sora: nggak sabarnya move date ala-ala sama gue, ya?๐
Rai: filmnya ada romance-nya?
Sora: tenang aja!
Sora: ada kok!
Sora: tipis-tipis ๐ค๐ป
Rai: udah pernah baca novelnya?
Sora: udah dongg!
Sora: cuman udah lupa gimana alurnya๐
Sora: yang gue ingat Aza kena OCD dan persahabatannya sama Daisy.
Rai: ya udah nanti kita nanti nonton di rumah gue aja.
Rai: jangan spoiler!
Sora: iya ini diem kok๐ค
Rai: Good girl๐๐ป
[ ]