Milo suka kejutan. Kejutan yang didapatkan Milo hari ini adalah mendapati Rai di perpustakaan baca buku, bukan buku pelajaran biasa tapi novel. Di istirahat pertama biasanya sahabatnya itu lebih memilih ke kantin alih-alih perpustakaan, kalau pun ke perpustakaan biasanya harus ia seret dulu.
Milo menghampiri Rai yang duduk lesehan di tempat favoritnya di perpustakaan. Punggung tangannya ia tempelkan di dahi Rai. "Nggak demam. Lo kerasukan apaan?"
Rai mendengus menanggapi tingkah drama sahabatnya. "Udah sini jangan banyak omong."
Sebelum duduk Milo melihat sampul novel yang dibaca Rai. Satu Kelas, itu judul novel yang dibaca Rai.
"Tumbenan lo baca novel? Biasanya julidin gue mulu!"
"Pingin aja," jawab Rai.
Menghindari Sora dengan ke perpustakaan sebenarnya bukan langkah yang tepat sebab perpustakaan adalah tempat yang hampir setiap hari disinggahi Sora. Namun, hari ini Rai hanya ingin ke sana. Ia tidak lagi berusaha menghindari Sora, ia lelah sendiri.
Rai juga merindukan obrolan-obrolan ringan bersama Sora, cerita-cerita cewek itu yang tidak habisnya. Ia jadi merasa langkah menjauhi Sora itu tidak memberikan efek apa pun. Yang ada ia malah tersiksa.
Dan Rai sadar yang bertanggung jawab soal perasaannya adalah dirinya sendiri. Sora tidak perlu menanggungnya. Sudah berapa hari ia menyiksa Sora gara-gara perasaan aneh yang baru ia rasakan pertama kali? Sudah sejauh apa ia membuat Sora kebingungan oleh tingkahnya?
Milo tahu sahabatnya itu tidak benar-benar membaca, ketara sekali Rai tidak membalik-balik halaman yang dia baca. Rai malah kelihatan melamun.
"Eh?!"
Suara itu membuat Rai dan Milo terperanjat. Di depan mereka sudah ada Sora yang mendekap tiga buah buku. Sora tersenyum canggung. Siapa sangka ia akan bertemu Rai di sini? Ia kira Rai sedang makan di kantin seperti biasanya. Sora sadar dari kemarin-kemarin Rai sedang bermain kucing-kucingan lagi dengan dia.
Namun, sekarang Sora sudah lelah untuk menangkap Rai lagi. Ia sudah berbicara pada Rai sebelumnya kalau-kalau ia ada salah cowok itu bisa menegurnya, mereka bisa mengobrolkannya. Tapi Rai lebih memilih menjaga jarak, mungkin itu keputusan yang sudah Rai buat.
Seperti kata Davian, kita tidak bisa menyuruh semua orang menyukai kita. Begitu pula dengan berteman. Kita tidak bisa memaksa mereka berteman dengan kita. Semua orang bebas membuat pilihan.
"Gue mau balikin buku," ucap Sora tanpa ditanya.
"Ra ...." panggil Rai.
"Ya?" Hampir saja Sora menjatuhkan buku yang dibawanya saking kagetnya Rai memanggilnya.
Menyadari ada sesuatu yang sudah terjadi di antara Rai dan Sora, Milo memilih menyingkir tanpa pamit. Ya, meskipun jiwa keponya meronta dan menyuruhnya tetap tinggal.
"Setelah taruh buku yang mau lo balikin lo mau duduk di sini? Sebentar aja." Rai menepuk lantai di sampingnya.
Begitu beres mengembalikan buku yang ia pinjam ke raknya Sora buru-buru duduk di samping Rai. Takut tiba-tiba Rai berubah pikiran dan menendangnya ke luar perpustakaan.
Rai memasangkan satu earbuds- nya di telinga Sora dan satunya ia pakai sendiri. Lagu Love Is Lonely milik Nmixx mengalun. Ia tahu lagu itu dari sepupunya, Neina, yang kemarin menginap di rumahnya. Sepupunya itu K-popers multi fandom. Dan kemarin malam sepupunya itu menyetel lagu itu saat mereka mencuci piring bekas makan malam. Begitu mendengar lagu itu ia langsung menyukainya dan terngiang-ngiang di kepalanya.
Falling for you
You're falling for me
Cause, love is lonely
Love is so lonely without you
"Sebentar aja." Rai menyandarkan kepalanya di bahu Sora dan memejam.
Sora dibuat terheran-heran oleh tingkah Rai hari ini. Ia melihat kepala Rai yang bersandar di bahunya dan mendengar lagu yang mengalun di telinganya. Ini pertama kali ia mendengar lagu yang diputar Rai.
Bersama keheningan perpustakaam mereka bersandar di rak buku perpustakaan dengan kepala Rai yang bersandar nyaman di bahu Sora. Juga lagu Love Is Lonely sebagai backsound- nya.
Hati-hati Sora ikut bersandar di kepala Rai. Bibir bawahnya digigit, ia takut Rai bisa mendengar degup jantungnya yang bertalu-talu lebih keras dari biasanya. Tanpa Sora tahu pun Rai memiliki ketakutan yang sama.
Rai merasa nyaman dan tak ingin momen ini cepat berakhir. Jarak yang susah payah ia bentang kini ia kikis. Semuanya sia-sia, tetapi sepadan. Bersama Sora terasa menyenangkan.
Sora nggak perlu menanggung perasaan gue. Sora nggak perlu ikut jatuh.
🍬🍬🍬
Dari pertandingan basket pertama sampai sekolahnya masuk final Sora hanya absen ketika pertandingan basket berbarengan dengan ekskul band dan teater.
Ekskul band dan teater mulai sibuk mempersiapkan class meeting sekalipun ujian akhir semester belum diadakan. Class meeting biasa diadakan setelah ujian akhir semester ganjil dan menyambut liburan.
Ekskul band bertekad akan menampilkan lagu cover dan lagu yang mereka tulis sendiri. Sedang, ekskul teater akan mementaskan teater dari ide-ide yang mereka kumpulkan. Namun, mereka belum banyak memeiliki ide jadi pembahasan mereka tetap sama. Sora, Shasa, Aga, dan Jonathan yang kebagian menulis naskah pun harus menunggu hingga mereka menemukan ide yang akan terpilih.
Saat ini Sora sedang menonton final pertandingan basket sekolahnya. Sekolahnya berhasil lolos sampai final, Pak Jay, pelatih basket, dan anggota basket pasti senang sekali.
Pertandingan basket ini juga pertandingan terakhir yang diikuti Davian. Tidak seperti Ziel yang langsung keluar ekskul saat masuk kelas 12, Davian memilih bertahan lebih lama. Davian sangat menyukai basket, sulit untuknya buat keluar ekskul.
Di tribun penonton Sora duduk bersebelahan dengan Milo dan teman-teman dari kelas 11 IPS 2. Anak-anak 11 IPS 2 banyak yang menonton karena kebanyakan anggota ekskul basket dari kelas mereka.
Sebelum pertandingan di mulai Rai menemukan Sora duduk di tribun penonton. Sora melambai-lambaikan tangan padanya. Lonjakan semangat memenuhi dirinya.
Begitu pertandingan di mulai Rai benar-benar fokus. Sejujurnya ia tak ingin gagal lagi.
Di awal lawan dengan mudah mendapatkan skor, Pak Jay langsung mengubah strategi. Tim sekolah Rai bisa menyusul skor tim lawan tak lama kemudian.
Poin mereka dan tim lawan saling berkejaran. Namun, akhirnya sekolah Rai memenangkan pertandingan dengan selisih poin dua. Sorakan di tribun penonton menggelegar.
Sora dan Milo berteriak bahagia. Ketegangan mereka selama menonton langsung luruh. Mereka menemui Rai dan Davian setelahnya. Milo hanya sebentar menemui Rai karena harus pergi menemui teman sekelasnya yang ikut bertanding.
Sora menerjang tubuh Davian tak peduli keringat di tubuh laki-laki itu. Memeluknya erat. "Lo keren banget, Vivi! Gue bangga banget sama lo! Lo udah bekerja sangat keras!"
Davian terkekeh, membalas pelukan Sora. "Setelah ini lo nggak bisa lihat gue tanding lagi, Ra."
"Nggak papa! Gue masih bisa lihat lo main basket di lapangan komplek. Kita main bareng."
"Jangan ngeluh tapi, ya!"
Sora mengurai pelukannya. "Nggak janji."
"Temenin gue aja kalau gitu."
"Siap-siap!" Sora mengacungkan kedua ibu jarinya.
Perhatian Sora beralih pada Rai yang berdiri di samping Davian. Sedari tadi Rai menyaksikan Sora dan Davian.
Senyum Sora merekah, lalu memeluk Rai tanpa aba-aba. "Rai Ronan! Lo nggak kalah keren di lapangan. Ganteng banget lagi. Nanti gue kasih undangan makan malam."
Sekarang Rai benar-benar sadar ia sudah jatuh. Ia tidak bisa terus mengelak dan denial lagi.
Jatuh cinta kepada Sora.
Pelukan mereka diurai Sora, Rai merasa tidak rela. "Terima kasih, Ra," kata Rai.
"Ucapkan itu buat diri lo sendiri yang udah usaha berulang kali," balas Sora.
"Ya udah gue pergi dulu, ya. Mau kasih selamat ke yang lain. Kalian mau ngerayain sama Pak Jay kan?"
"Yup! Pak Jay bakal traktir."
"Pulang sama siapa?" tanya Rai sebelum Sora beranjak.
"Milo. Tadi berangkat juga sama dia."
Rai mengangguk dan membiarkan Sora pergi menghampiri teman-temannya yang lain.
Yang menyakitkan dari jatuh cinta adalah tahu bahwa kita jatuh sendirian. Tak terbalaskan.
Kemungkinan Sora membalas perasaannya itu sangat kecil. Kegetiran menyergap Rai. Miris sekali bukan? Cinta pertama tak terbalaskan.
[ ]