"Eh! Mau ke mana itu!"
Suara nada tinggi menghentikan langkah Lara. Gadis yang membawa formulir pendaftaran OSIS itu menoleh, mendapati kakak pembina ospeknya sewaktu SMP memanggil.
Lara tersenyum kepada Kak Ivanda. "Mau ke ruang OSIS Kak, ngumpulin formulir hehe," cengirnya.
Ivanda mengernyit. "Mau jadi babu kamu?"
Lara menggeleng bingung. "Maksudnya?"
Lalu, Ivanda mendoktrin adik kelasnya. Sebagai mantan pengurus harian OSIS sewaktu SMP, Ivanda menjelaskan kalau ikut OSIS itu tidak ada gunanya. Hanya buang-buang waktu untuk menuruti ekspektasi guru dan para siswa membuat acara-acara yang seru, tanpa dibayar pula.
"Kalau kamu nggak tahu apa yang mau kamu cari di sana nanti, jangan daftar OSIS!" ancam Ivanda, membuat Lara meneguk ludah.
Setelah Ivanda pergi, Lara memandangi kembali formulir yang telah ia isi dengan sepenuh hati. "Kak Ivanda ada benernya. Waktu SMP aku nggak jadi OSIS, ngapain juga sekarang aku mau ikut?"
Berkat hasutan itu, Lara melipat kembali kertas pendaftarannya, lalu memasukkan ke dalam tas. Ia hanya melenggang di depan ruang OSIS, dan memandangi seseorang yang baru selesai menaruh kertas pendaftarannya.
"Bener kata Kak Ivanda, buat apa aku daftar kalau nggak tahu tujuanku apa?"