Kelap-kelip lampu club malam, beradu dengan alunan musik yang bagi sebagian orang justru menyakitkan di telinga, serta lantai dansa yang penuh sesak dengan lautan manusia yang bergoyang dengan seenaknya. Satu kata yang pantas digambarkan untuk pesta ini adalah 'menyenangkan'.
Ya, menyenangkan.
Tapi tidak bagi seorang Karina Tessa Ananda, yang akrab disapa Nina.
Nina mengetukkan jarinya ke meja bar. Sebal yang ia rasakan. Sedikit menyesal rasanya untuk datang ke tempat seperti ini dan mengesampingkan tugas resume puluhan lembar yang ia tinggalkan demi mencapai cita-citanya sebagai seorang guru.
Terdengar berlebihan, memang. Tapi begitulan Nina. Selalu khawatir jika tugas yang belum ia selesaikan, ditinggalkan begitu saja.
"Nin, lo kenapa sih?" teriak Tata, sahabatnya.
Mutia ikut mengangguk di sela tariannya. "Iya. Lo kenapa sih? Nikmatin pestanya Aira, dong. Pesta sahabat kita tercinta, yang bentar lagi bakal terbang untuk menuntut ilmu, dan goodbye sama kita ."
Dengan ogah, Nina memaksakan diri tuk tersenyum. "Iya, iya. Gue berusaha menikmati kok.''
"Gue tau Nin. Lo pasti lagi mikir kan 'kenapa gue nggak bawa laptop aja ya ke pesta Aira buat ngerjain tugas?', Ya, kan?"
Sebuah suara datang, membuyarkan obrolan ringan milik mereka bertiga. Nina, Tata, dan Mutia yang awalnya berkutat dengan obrolan sendiri, kini menoleh kearah datangnya sumber suara.
"Aira? Kok lo tiba-tiba nongol?" ucap Nina, setengah terkejut.
Entah darimana datangnya, tiba-tiba si pemilik pesta, alias Aira muncul di tengah mereka. Tebakan Aira yang memang benar adanya, mengundang tawa Mutia dan Tata juga.
"Hahaha.. Ya ampun, Nina, tenang aja kenapa!" kata Aira. "Gue tau, lo nggak akan pernah sepelein tugas kuliah. Mungkin sekarang lo lagi nggak kerjain. Tapi nanti malam, gue yakin, lo bakal lembur mati-matian."
Tata nyeletuk pada Mutia di sela tawanya. "Ya elah, kalo lo sih tugas buat besok pagi lo kerjain lusa ya, Mut!"
"Yeee. Kejam lo! Nggak lah, gue gini-gini jadi anak kesayangan dosen loh!"
Nina menggeleng sebal. "Iya kesayangan. Karena dosen lo yakin, lo bakal tua di kampus karena jadi...."
"MAHASISWA ABADI!" Semua kompak menyahu, kemudian saling mengumbar tawa keras, seolah puas telah berhasil menghina Mutia.
"Ih, sialan ya lo semua!"
"HAHAHHAHAHA!"
*
"Pertama, aku mengucapkan banyak terima kasih untuk para tamu undangan yang bersedia hadir di tempat ini, untuk merayakan kelulusanku, sekaligus pelepasanku berangkat menepuh S-2 di Australia, dua bulan lagi."
"Mungkin Australia bisa dibilang dekat.. Dan mungkin ada yang berpikir kalau aku terlalu berlebihan karena mengadakan pesta perpisahan seperti ini... Tapi ketahuilah, aku benar-benar sedih.. Berpisah dengan kalian semua, membuat aku takut untuk memulai hidup disana, meski aku tau kalau mungkin dalam beberapa bulan, aku akan selalu pulang..."
"Jadi, aku benar-benar meminta, supaya kalian menikmati pesta ini. Anggap kalau perpisahan ini benar-benar membawa kita pada hubungan berjarak dan sepi berkepanjangan..."
"So. let's start, dancing, singing, and make it's feel like your home! Enjoy the PARTYYYY!" teriak Aira, membuka pesta dengan sambutan yang penuh semangat.
"YAAAAY!"
Dan setelah musik yang dibawakan DJ Yasmin--DJ paling ternama saat ini-- mengalun, semua makhluk yang didominasi oleh teman dan sahabat Aira di kampus, mulai berpencar hebat dan dengan hebohnya turun ke lantai dansa.
Lihatlah, bahkan para gadis yang tergabung dalam Forever-Young-Genk's ikut menari dengan riangnya di atas lantai dansa. Mereka adalah Mutiara Ashara (Mutia), 20 tahun, mahasiswi fakultas hukum, berwajah cantik berpikiran kritis, masih belum tersentuh oleh pria--alias belum pernah pacaran--,dan malas berurusan dengan sosok bernama laki-laki. Lain lagi dengan Anantha Firdauzy (Tata), 20 tahun, mahasiswi jurusan Sastra Indonesia, pandai berpuisi, sedang melajang setelah hubungannya dengan Fandi yang terjalin sudah lima tahun, putus begitu saja. Terbalik dengan Karina Thessa Ananda (Nina), 19 tahun, mahasiswi dengan cita-cita mulia yang membawanya ke fakultas keguruan bahasa Indonesia, sudah lima tahun melajang karena ia terlalu asyik dengan dunia persahabatannya, dunia perkuliahannya, dan kegilaannya dengan salah satu band western, yaitu One Dicection. Dan terakhir, si pendiri pesta ini, yaitu Kaira Hanin Sheyrandina Putri (Aira), 20 tahun, mahasiswi fakultas ekonomi dan jurusan Managemen Perdagangan, pacarnya tersimpan di mana-mana, terkenal paling 'bad-girl' namun paling berprestasi di antara ketiga temannya.
Meskipun mereka berbeda sifat, watak, dan kepribadian, mereka tetaplah satu. Mereka telah bersahabat sejak SMA karena mereka dipertemukan di kelas yang sama. Dan meski sering berbeda pemikiran, sesungguhnya mereka memiliki satu tujuan yang sama, yaitu tetap bahagia dalam lingkar persahabatan yang mereka punya.
"Cieee, tumben lo mau joget? Udah dikurungin niatnya mau ngerjain tugas di pesta gue?" teriak Aira pada Nina, yang suaranya hampir tak terdengar di lautan manusia.
"Sekali-kali nggak apa-apa, kan, gue pesta kayak gini? Hahahaha."
Tata tertawa sambil melanjutkan joget asiknya. "Iya lah gak masalah. Sebelum lo jadi guru!"
"Sebenernya tiap hari begini juga gak masalah sih, lo bakal jadi guru paling..."
"Paling apa?"
"Paling gak bener, paling--"
"Enak aja!" potong Nina, disambut tawa teman-temannya." Gue hanya akan gila-gilaan kayak gini selama ada kalian. Jadi, kalau gue nggak ketemu kalian, gue tetep bisa jaga image sebagai guru teladan!"
Obrolan terus mengalir hingga tak terasa berapa lama mereka sudah menari dengan gilanya. Mereka tau dan sadar, apapun dan seburuk apapun kegiatan yang mereka lalukan, asal bersama sahabat semua bisa menjadi hal terbaik.
Seperti saat ini halnya. Nina bahkan tak menyangka, kebenciannya terhadap dunia malam mampu menyeretnya menari heboh di lantai dansa.
"Eh pada gak kering apa tuh bibir?" Aira bertanya pada kami bertiga.
"Kering lah. Butuh bibir co--"
"Astaga, Mutia! Gua kira lo mahasiswi hukum yang nggak doyan cowok! Eh, sekalinya doyan, udah minta bibir aja lo!" Nina berdecak, sedikit menyindir sahabatnya yang labil itu.
"Oh iya ya? Duh, gue ketularan rusaknya kalian sih!"
Tata nyeletuk. "Eh, kita nggak rusak, yaa. Yang the most play-girl in this world ya si Aira laaah! Cowoknya udah berderet kayak Indomaret Alfamart yang di tiap belokan ada!"
Yang dikatai hanya melirik ganas. "Sialan lo!"
"Untung lo cantik, Ra."
"Ya kalau gue jelek, gak mungkin gue bisa dapetin cowok sebanyak minimarket!" tukasnya sombong. "Ya udah, pada mau minum apa nih?"
"Apa aja deh."
"Asal jangan yang macem-macem."
"Alkohol boleh, tapi dikit ajaa!"
"Eh ogah gua kalo al--"
"Sssst. Kali-kali minum alkohol dikit kenapa, Nin? Nggak bakal bikin lo batal jadi calon guru kok!"
"Tapi kan, gu-"
"Sekali-kali, Ninaaa. Santai aja kali, nggak akan mabuk, kok!"
"Gi--"
"Nina, please? Seneng-senengnya jangan nanggung, deh. Sekalian aja!"
Setelah melalui perdebatan panjang dan hasutan para sahabat, akhirnya Nina pasrah.
"Jadi, terserah gue ya minumannya apa?" tanya Aira.
Yang lain mengangguk, sementara Nina diam. Tetapi diamnya dianggap oleh para sahabatnya sebagai 'ya'. Meski Nina sendiri was-was, karena Aira memiliki sikap iseng luar biasa, sehingga sangat mungkin jika Aira mengambilkan minuman yang aneh-aneh untuknya.
"Oke, wait for the drink ya!" Sebelum pergi, Aira melirik Mutia. "Dan, Mut... Many handsome boys here. Wanna one?"
"Eh? Nggak, gue khilaf tadi!
*
Tak selang lama, Aira datang dengan seorang pelayan yang membawa empat gelas minuman berwarna hijau, merah, orange, dan ungu yang terlihat sangat segar. Kemudian setelah masing-masing mendapat satu, pelayan itu pergi kembali dan meninggalkan mereka.
"Minum apaan niiih?" Tata menatap minuman berwarna ungu yang ia pilih.
"Kayak sirup ya? Jadi kangen lebaran," sahut Nina.
Lebaran? Kata-kata Nina membuat beberapa orang yang mendengar ikut tertawa. Ya begitulah Nina, polos dan menggemaskan. Di balik sikap 'gak-mau' nya, sesungguhnya ia penasaran dan akhirnya ia mencobanya. Bisa dibilang, di geng mereka, Nina adalah yang paling malu-malu tapi mau.
"Polos amat deh lo!"
"Bisa-bisanya, kepikiran lebaran!"
"Untung disini nggak ada cake. Kalau ada, bisa dibilang nastar juga tuh sama Nina!"
"Lagian kalau sirup lebih identik ke puasa, nggak sih?"
Aira menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu. "Hmm apapun itu, terserah. Oke, yang kita pegang ini namanya cocktail. Beda warna karena beda rasa. Yang hijau itu melon, yang orange itu jeruk, yang merah itu strawberry, dan yang unggu itu anggur."
"Tuh kan, gua bener. Apa bedanya sama sirup coba?" Nina menyimpulkan.
Tata dan Mutia langsung membulatkan mata mereka. "Ya beda lah, oncom!"
"Naaah. Yang membedakan dengan sirup.... Lebaran.. Hahahaha!" Kata 'lebaran dan sirup' membuat Aira tertawa di tengah perkataannya."Kalau sirup non-alkohol, kalau ini... yah dikit-dikit deh.."
Ini sedikit alkoholnya kan? Berarti aman dong kalo gue minum. Nggak akan bikin gue jadi guru yang suka mabok. Oke, karena gua haus... Minum ah. Setelah bergumam dengan pikirannya, Nina meneguk segelas cocktail itu hingga habis tak bersisa.
"Nina! Woy, gue belum selesai ngomong kok lo udah minum aja?" tanya Aira, semi terkejut melihat Nina sudah meneguk dan menghabiskannya dengan semangat, seperti sapi kehausan.
"Gue haus. Alkohol juga dikit, kan?"
"Tapi..."
"Apa?"
"Punya lo kadar alkoholnya paling banyak! Paling habis ini lo paling mabok di antara kita," lanjut Aira.
"SUMPAAAAH?"
Berbeda dengan reaksi Nina yang super-khawatir, ketiga sahabatnya justru tertawa menggelegar melihat tingkah Nina yang bereaksi bagai mendengar gempa bumi.
"Tapi tenang aja. Setau gue, lo tetep bisa kontrol diri kok. Lo tetep bisa sadar. Cuma ya paling lemes sama puyeng dikit."
Belum sempat Nina menjawab, tangannya sudah digeret oleh teman-temannya yang heboh karena bintang tamu 'The-Radello-Band" dengan personil yang tampan-tampan, naik ke atas panggung.
Sambil menikmati sensasi kunang-kunang di atas kepala, Karina mendengar celotehan serta teriakan orang-orang di sekitarnya.
"Ganteng banget!"
"Itu gue booking jadi suami gue, ya!"
"Lo yang gitaris aja. Gue vokalis!"
"Ah semua ganteeeeng!"
Ah, apaan sih. Pusing gue kalo denger musik begituan. Begitu Nina hendak menyingkir untuk duduk, ketiga temannya menahannya.
"Apa? Gue mau duduk, pusing."
Aira menggeleng. "Nggak! Coba deh nikmatin lagu-lagunya dan dancing like just only us at this place!"
"Karena ini pesta, Nina. Please, jangan aneh gitu deh."
Lagi-lagi, Nina menghela nafas. "Oke-oke."
Tanpa diduga, Nina menari dengan girangnya. Itu membuat Aira, Tata, dan Mutia tertawa senang.
"Tuh, kan, lo paling heboh jogetnya!"
"Iya ya? Buset, Nina has been changed"
"Gini dong, Nin. Sekali-kali, kan nggak masalah!"
Sejujurnya, pandangan Nina mulai melemah, euforianya untuk menari meningkat, dan alam bawah sadarnya makin tak bisa diajak berkompromi. Apakah ini efek dari alkohol tadi?
****