Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Napasnya tersengal-sengal, tapi itu tak menghentikan Minhyuk. Dengan langkah tergesa dan jantung berdebar tak karuan, ia berlari dari parkiran menuju ruang IGD. Matanya mencari ke segala penjuru, memindai satu per satu bed pasien dengan panik. Tidak ada satu pun yang terlewat dari tatapannya yang cemas.

"Hyung. Di sini."

Suara itu datang dari arah paling ujung. Minjun berdiri di sana, separuh tubuhnya keluar dari balik tirai bed, melambaikan tangan saat melihat kakaknya muncul. 

Minhyuk menarik napas panjang sebelum melangkah cepat menuju arah Minjun. Ia tidak bicara apa-apa, hanya menatap adiknya sekilas lalu segera memutar tubuh ke arah ranjang tempat Yura terbaring.

Jantungnya berdesir. Napasnya tercekat.

Wajahnya pucat, seolah darah menguap begitu saja dari tubuhnya. 

Wajah itu... wajah perempuan yang entah sejak kapan begitu mengusik pikirannya, kini penuh luka. Di kepalanya ada perban, di tangannya gips putih mengikat rapat. Kakinya juga tampak memar. 

Minhyuk mendekat perlahan, matanya menelusuri tiap inci tubuh Yura yang tampak begitu rapuh. Hatinya terasa diremas. Merasa ini adalah salahnya karna meminta bantuan pada perempuan itu.

Minhyuk menoleh pada Minjun, matanya menuntut penjelasan tanpa perlu kata-kata.

Minjun membalas tatapan itu dengan senyum tipis. "Tenang saja. Dia sudah diperiksa. Ada laserasi di kepala, jadi harus dijahit sedikit di samping. Mungkin itu akibat benturan waktu dia nabrak kap mobil. Tangannya patah, tapi ringan, nggak sampai bergeser. Barusan juga udah dirontgen sebelum digips." Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Dia baru tidur sekitar sepuluh menit lalu. Habis minum obat pereda nyeri. Jadi... kau bisa tenang sekarang."

"Dokter yang mana?" suara Minhyuk rendah tapi tegas.

Minjun langsung tersenyum bangga dan menunjuk dirinya sendiri. "Dokter Go Minjun."

Minhyuk mengerutkan dahi dan langsung menggeleng. "Kalau begitu, panggil dokter IGD. Aku nggak percaya padamu."

Aduh. Kakaknya ini memang punya bakat alami untuk menyakiti perasaan orang.

"Hyung! Aku ini dokter juga, tau!"

"Hngg..."

Suara lirih itu menghentikan pertengkaran kecil mereka. Yura menggeliat pelan, mencoba membuka matanya. "Eo? Minhyuk-ssi?"

Minhyuk sigap mendekat dan membantunya duduk. "Kau seharusnya tidur saja."

"Aku barusan udah tidur, kan?"

"Kau... kenapa tidak memberitauku kalau kecelakaan?"

Yura menatapnya dengan wajah lemah, lalu menjawab datar, "Karena aku sedang sakit dan tanganku patah?"

"Tapi kau bisa... ah, sudahlah. Aku yang bodoh karena berpikir seperti itu." Minhyuk mengusap wajahnya frustrasi. "Padahal orang sakit mana bisa pegang ponsel. Maafkan aku karena membiarkanmu pergi sendiri. Harusnya aku yang menjemputmu."

Minjun dan Yura saling berpandangan, sama-sama terkejut. Tak satu pun dari mereka mengedip. Minhyuk, menyadari tatapan aneh itu, mengerutkan dahi. "Kenapa kalian melihatku seperti itu?"

"Hyung... kau bukan Go Minhyuk, kakakku, kan?" Minjun setengah bercanda, setengah serius.

"Kkabuljima!" Minhyuk meringis lalu memandang Yura, matanya lembut. Ia mengangkat tangan dan menyentuh luka di wajah Yura dengan sangat hati-hati. "Manhi aphayo?"

Napas Yura hampir berhenti saat tangan itu menyentuh kulitnya. Hangat. Menenangkan. Tapi ia buru-buru menggeleng. "Nggak terlalu."

Minjun hanya bisa berdiri terpaku. Apa yang sedang terjadi dengan kakaknya ini?

"Go Minjun."

"Ne?"

"Tolong urus semua pemeriksaan untuk Yura. Sekarang. Lengkap. Dan siapkan kamar rawat."

"Apa?" Yura membelalak. "Aku baik-baik saja! Tidak perlu diperiksa sampai seperti itu!"

"Kau perlu. Kalau masalah biaya, aku yang bayar. Aku punya uang." Ucapannya terdengar sungguh-sungguh—dan penuh kekhawatiran yang nyata. 

Minjun mengelus dada. Rasanya ia ingin kabur dari tadi.

Yura menggeleng keras. "Pilryo eobseoyo. Aku tau kondisiku sendiri. Tadi juga waktu sampai IGD langsung diperiksa."

Tapi tatapan Minhyuk tetap gelisah. Yura lalu menepuk pelan tangannya, menenangkan.

"Aku benar-benar nggak apa-apa."

Minhyuk menggigit bibir bawahnya. Ia masih ragu. "Tapi kau tetap harus dirawat dulu."

"Ei, nggak perlu. Lagipula besok aku masih harus masuk untuk jaga."

"Ya, Go Minjun." Minjun yang sudah mau melipir, langsung berdiri tegak. "Memang profesormu ini setidak peduli itu, ya?"

Minjun mengerjap. "Hyung, tadi profesor dan teman-teman kami udah ke sini. Gyosunim juga udah nyuruh dia dirawat. Tapi dia yang nggak mau."

Minhyuk langsung menatap Yura. Kali ini, Yura tak bisa menghindar.

"Baiklah. Aku dirawat."

Senyum lega langsung menghiasi wajah Minhyuk. Minjun melihat itu dan hanya bisa menghela napas. Mungkin beginilah perasaan Yura dan Rowoon waktu lihat dia pacaran sama Hyena dulu.

***

Yura akhirnya dipindahkan ke kamar rawat. Kamarnya luas, dengan jendela besar yang membuat suasana tidak terlalu muram. Minhyuk bersikeras ikut mengantar sampai ke kamar, padahal kamar baru tersedia malam hari.

"Aku akan jagain kau di sini," katanya waktu itu.

Dan sekarang, Minhyuk benar-benar ada di ruangan itu. Ia sempat pulang sebentar, lalu kembali dengan ransel di punggungnya. Gerakannya cepat. Seolah tidak ingin membiarkan Yura sendiri terlalu lama.

"Kau terbang, ya?" tanya Yura heran.

"Nggak. Aku cuma bawa mobilku sendiri... dan nyetir agak cepat."

"Kau bisa nyetir?"

Minhyuk mengangguk. "Tentu."

Yura mengerjap. Ia pikir Minhyuk tidak bisa nyetir, mengingat waktu ke panti asuhan, Minjun yang menyetir. Ternyata ia salah.

"Kau yakin tidak mau pulang? Aku bisa jaga diri sendiri kok."

"Dengan keadaan seperti itu?"

"Apa salahnya dengan keadaanku?"

"Tanganmu digips. Kepalamu diperban. Aku nggak akan meninggalkan kau sendiri."

Dan Yura tau, Minhyuk sungguh-sungguh. Ia tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Tidak setelah hari ini.

Yura ingin membantah, tapi hatinya berkata lain. Sebagian dirinya merasa... tenang. Bahkan senang.

"Han Yura!"

Suara pintu terbuka keras membuat mereka terkejut. 

Jung Rowoon. 

Siapa lagi yang akan masuk seperti itu?

Lelaki itu langsung berdiri di samping tempat tidur Yura dan memeriksa wajahnya tanpa bicara.

"Bukannya kau sedang konferensi?" tanya Yura pelan.

"Sudah selesai. Bahkan kalau belum selesai pun, aku akan tetap datang." Suaranya berat, penuh kekesalan. "Kenapa kau nggak hati-hati, sih?!"

"Kenapa kau yang marah-marah. Ini bukan salahku, tapi yang bawa mobil ugal-ugalan itu."

"Ehem."

Minhyuk merasa waktunya untuk pamit sebentar. Ia berdiri dan hendak melangkah ke arah pintu, berusaha tidak mengganggu percakapan mereka.

"Oh? Dia siapa?" tanya Rowoon, baru sadar ada orang lain di ruangan itu.

Yura belum sempat menjawab ketika Rowoon menebak sendiri, "Seolma? Kau kakaknya Go Minjun, kah?" Ia langsung menyodorkan tangan. "Halo! Aku Jung Rowoon. Teman seperjuangan Minjun dan Yura."

Yura menahan napas. Ia khawatir Minhyuk risih. Tapi ternyata tidak.

"Halo. Aku Go Minhyuk," ucapnya singkat, lalu berpaling ke Yura. "Aku ke bawah sebentar. Kau mau titip sesuatu?"

Yura menggeleng. "Tidak. Terima kasih. Maaf sudah menyusahkanmu."

Minhyuk menggeleng ringan, memberi anggukan kecil pada Rowoon, lalu menutup pintu kamar dengan lembut.

"Mind to tell me about that?"

"Hah?"

"Kau pacaran sama Minhyuk hyung?"

"Eh? Nggak."

Tapi wajahnya sudah bicara lebih dulu. Merah, jelas.

Rowoon tersenyum. "Tapi kau berharap, ya?"

"Jung Rowoon. Kalau cuma mau ngomong ngelantur, lebih baik pergi."

"Yura, semua itu udah jelas banget dari ekspresimu. Dari pertama aku masuk, kau lihat dia dulu sebelum lihat aku. Tadi pas aku salamin dia, kau perhatiin wajahnya juga."

"Jinjja? Tina?" (Beneran? Kelihatan?)

Rowoon mengangguk. Seringai jahil muncul. "Cieee... udah nemuin orang yang disuka nih. Pantes aku ditolak. Ganteng sih..."

"Jangan ngomong sembarangan, apalagi sampai kedengeran suster atau dokter."

"Kenapa nggak boleh?"

"Karena itu urusanku."

"Ish, baiklah. Hyena dan Minjun udah ke sini?"

"Udah. Hyena malah langsung ke IGD tadi sore."

"Kalau begitu aku bisa pulang dengan tenang. Kau dijaga Minhyuk hyung, kan?"

"Seperti yang kau lihat."

"Kalau begitu, aku pamit dulu. Sampaikan salamku ke Minhyuk hyung ya. Besok aku harus ke Busan lagi."

Yura melambaikan tangan. "Hati-hati, ya."

Rowoon mengacungkan jempol dan menutup pintu pelan. Tapi baru beberapa langkah, jantungnya hampir copot.

"Eo? Minhyuk hyung?!"

Minhyuk bersandar di dinding depan kamar, memandang Rowoon datar.

"Cepat banget baliknya..."

Minhyuk hanya mengangkat bahu, lalu membuka pintu kamar inap.

Rowoon menatapnya sejenak, lalu berkata, "Han Yura... jal butakhaeyo, Hyung. Aku titipkan dia padamu. Aku pamit dulu. Sampai jumpa."

Minhyuk tidak menjawab. Hanya melirik sekilas dan masuk ke dalam kamar.

"...Memangnya Han Yura itu barang apa," gumamnya datar.

Tapi siapa pun bisa lihat—Go Minhyuk benar-benar berniat menjaga Han Yura sepenuh hati.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sanguine
5530      1695     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
God's Blessings : Jaws
1856      848     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
Sebuah Jawaban
404      293     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
GEMINI
6376      1576     4     
Fantasy
Sang Raja tak terhentikan. Dia bermaksud menggunakan Blood Moon untuk menghidupkan istrinya dari kematian. Kehancuran total dipertaruhkan. Hanya keturunan asli kerajaan yang dapat menghentikannya. Namun, putra mahkota menghilang. Seorang gadis misterius muncul dan menyelamatkan nyawa putra mahkota tanpa tahu takdir mereka terkait. Siapa dia? Akankah gadis ini berperan penting untuk menghentik...
Annyeong Jimin
29580      3932     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
Last Hour of Spring
1524      805     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.
Silent Love
1565      997     2     
Romance
Kehidupan seorang Gi Do Hoon yang tenang dan tentram tiba-tiba berubah karena kedatangan seorang perempuan bernama Lee Do Young yang sekaramg menjadi penyewa di salah satu kamar apartemennya. Ini semua karena ibunya yang tiba-tiba saja -oke. ibunya sudah memberitahunya dan dia lupa- menyewakannya. Alasannya? Agar Do Hoon bisa keluar dari apartemennya minimal dua hari lah selain ke perpustakaa...
Call Kinna
6742      2203     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Behind The Scene
1340      595     6     
Romance
Hidup dengan kecantikan dan popularitas tak membuat Han Bora bahagia begitu saja. Bagaimana pun juga dia tetap harus menghadapi kejamnya dunia hiburan. Gosip tidak sedap mengalir deras bagai hujan, membuatnya tebal mata dan telinga. Belum lagi, permasalahannya selama hampir 6 tahun belum juga terselesaikan hingga kini dan terus menghantui malamnya.
Ibu Mengajariku Tersenyum
2810      1118     1     
Inspirational
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...