Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Begitu tiba di pintu kedatangan, Minjun sudah berdiri sambil melambaikan tangannya dengan semangat agar kakaknya melihatnya di tengah keramaian bandara. Matanya berbinar melihat Minhyuk yang berjalan santai ke arahnya dengan headphone tergantung di lehernya.

Minhyuk membalas lambaian Minjun dengan anggukan kecil, langkahnya tetap stabil tanpa tergesa-gesa. Meski ekspresinya tetap datar seperti biasa, matanya sedikit melunak melihat keluarganya yang sudah menunggu.

Saat Minhyuk semakin mendekat, mamanya langsung berlari kecil menghampirinya dan menariknya ke dalam pelukan erat.

"Minhyuk-ah! Astaga, akhirnya kau pulang juga!" seru mamanya, suaranya sedikit bergetar karena terlalu lama tidak melihat putra sulungnya.

Minhyuk, meskipun awalnya sedikit terkejut, akhirnya mengangkat tangannya dan membalas pelukan itu pelan. "Eomma..." hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Minjun dan appa mereka hanya tersenyum menyaksikan momen itu. Minjun sendiri menahan tawa melihat ekspresi Minhyuk yang sedikit canggung saat dipeluk begitu erat di tempat umum.

Mamanya akhirnya melepaskan pelukan, tapi langsung mengamati wajah Minhyuk dengan seksama. Dahinya mengerut.

"Kenapa wajahmu jadi tirus begini, huh? Apa kau tidak makan yang benar selama di Jakarta?" tegurnya sambil mencubit pelan pipi Minhyuk yang memang terlihat sedikit lebih tirus daripada terakhir kali mereka bertemu sebelum musim salju turun tahun lalu.

Minhyuk menghela napas kecil. "Eomma, aku baik-baik saja. Aku makan banyak, kok. Mungkin karena aku lebih sering berjalan di luar, jadi kelihatan lebih kurus."

"Tapi tetap saja... kau harus makan lebih banyak! Lihat pipimu!"

Papa Minhyuk terkekeh sebelum menepuk bahu istrinya pelan. "Sudah, sudah. Kau bisa mengomeli Minhyuk di rumah nanti. Sekarang lebih baik kita segera masuk ke mobil. Udara di sini dingin sekali."

Mendengar itu, Minjun bersiap membantu memasukkan barang-barang kakaknya ke bagasi mobil. Namun, sebelum ia sempat bergerak, mamanya sudah lebih dulu menoleh padanya.

"Minjun-ah, bantu hyungmu memasukkan barangnya ke mobil. Dia pasti lelah."

Minjun langsung mengerutkan kening dan memberengut. "Eomma. Aku juga akan mulai pendidikan lagi besok, tau. Dan di rumah juga aku selalu membantu loh," protesnya, tapi tetap bergerak membantu Minhyuk memasukkan barang-barang ke dalam bagasi.

Minhyuk hanya tersenyum tipis melihat interaksi itu. Ia sedikit merindukan dinamika keluarganya yang selalu terasa hangat meskipun diselipi keluhan kecil seperti ini.

Setelah semuanya dimasukkan, Minjun segera masuk ke kursi penumpang di depan, sementara Minhyuk dan mamanya duduk di belakang bersama appa mereka.

***

Di dalam mobil, mamanya menoleh ke Minhyuk dengan penuh perhatian. "Kau ingin makan sesuatu? Eomma bisa memasakkan makanan favoritmu malam ini."

Minhyuk menggeleng pelan. "Tidak usah, Eomma. Aku hanya ingin tidur sekarang. Rasanya lelah sekali."

Mamanya mengangguk paham. "Baiklah, kalau begitu kita langsung pulang saja."

Namun, Minhyuk kembali menggeleng. "Eomma, aku ingin ke apartemenku saja. Sekalian aku mau beres-beres dulu."

Mamanya langsung menatapnya dengan tidak setuju. "Kenapa? Pulang saja dulu. Kau bisa beres-beres besok."

Sebelum Minhyuk sempat menjawab, Minjun sudah menyela. "Eomma, biarkan saja Minhyuk hyung ke apartemennya dulu. Lagipula, dia pasti lebih nyaman beres-beres barang sekarang supaya besok tidak kerepotan."

Papa mereka juga ikut menimpali. "Benar juga. Kalau Minhyuk ingin ke apartemennya, biarkan saja. Dia sudah dewasa dan tau bagaimana mengurus dirinya sendiri."

Meskipun masih terlihat enggan, akhirnya mamanya mengalah. "Baiklah, tapi kalau kau butuh sesuatu, langsung bilang pada eomma, mengerti?"

Minhyuk tersenyum kecil. "AlgesseoyoEomma."

***

Setelah tiba di apartemennya, Minhyuk turun dari mobil dan mengeluarkan barang-barangnya. Namun, sebelum ia bisa melangkah masuk, drama kecil terjadi.

"Aku ikut ke atas! Kau pasti butuh bantuan membereskan barang-barang!" kata mamanya dengan penuh keyakinan.

Minhyuk menghela napas panjang. "Eomma... jinjja. Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Tapi—"

"Eomma," Minhyuk menatap mamanya dengan lembut tapi tegas. "Jumangan... naega bon-ga-e galge." (Sudahlah... aku ingin sendirian dulu.)

Mamanya menggigit bibir, terlihat sedikit sedih, tapi akhirnya ia mengangguk pelan. "Baiklah. Tapi kalau ada apa-apa, kau harus bilang, mengerti?"

Minhyuk tersenyum tipis dan mengangguk. "Ne, Eomma."

Akhirnya, setelah beberapa kali menoleh penuh kekhawatiran, mamanya masuk kembali ke dalam mobil bersama Minjun dan appa mereka. Setelah mobil mereka menghilang dari pandangan, Minhyuk menarik napas panjang sebelum melangkah masuk ke apartemennya.

***

Begitu pintu apartemennya tertutup, keheningan langsung menyelimuti ruangan. Minhyuk berdiri di ambang pintu, matanya menyapu setiap sudut tempat yang sudah lama tidak ia tempati.

Sama seperti sebelumnya... apartemen ini masih sama. Tapi rasanya begitu berbeda.

Suasana yang dulu selalu hangat dengan suara-suara ceria kini terasa kosong dan dingin. Jantungnya terasa berat, dadanya sesak.

Kenangan-kenangan itu mulai kembali muncul di benaknya.

"Selamat datang kembali, Minhyuk-ah!"

"Hari ini kau mau makan apa? Aku bisa memasaknya untukmu!"

"Jangan lupa pakai syalmu kalau keluar, nanti kau sakit!"

Suara-suara yang dulu menyambutnya saat pulang... kini hanya tinggal bayangan samar di kepalanya.

Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Haruskah aku pindah saja?" gumamnya pada dirinya sendiri.

Apartemen ini... terlalu banyak kenangan.

Tak sadar, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Padahal sudah lima tahun berlalu, tapi rasa sakit itu tetap tidak hilang.

Hape di saku jaketnya tiba-tiba bergetar, membuyarkan lamunannya.

Minhyuk mengambil hapenya dan melihat layar. Chat dari Minjun.

Go Minjun:

hyung, aku tau kau pasti sedang memikirkan hal itu lagi
jangan terlalu berlarut-larut, oke?
aku ada disini kalau kau mau cerita!
jangan mengingat masa lalu terus. kau sudah cukup menderita selama ini.

Minhyuk menghela napas, sudut bibirnya sedikit terangkat. Adiknya itu... selalu bisa membaca pikirannya.

Ia mengetik balasan singkat. 

Go Minhyuk:

ara. nan gwaenchana

Walaupun entah siapa yang sedang ia yakinkan—Minjun atau dirinya sendiri.

Tapi ia tau satu hal. Ia tidak boleh terus tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Menyimpan ponselnya kembali ke saku, Minhyuk menarik napas dalam dan mulai membereskan barang-barangnya.

Tidak peduli seberapa sakitnya kenangan yang tersisa, hidup harus tetap berjalan.

Dan Minhyuk... harus belajar untuk melepaskan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rumah Tanpa Dede
166      111     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
Flower With(out) Butterfly
441      305     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
Renjana
534      391     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
When the Winter Comes
60791      8207     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
My Big Bos : Mr. Han Joe
641      393     2     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...
Semesta Berbicara
1423      824     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
Cute Monster
677      389     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
My Brother Falling in Love
38269      3884     8     
Fan Fiction
Pernah terlintas berjuang untuk pura-pura tidak mengenal orang yang kita suka? Drama. Sis Kae berani ambil peran demi menyenangkan orang yang disukainya. Menjadi pihak yang selalu mengalah dalam diam dan tak berani mengungkapkan. Gadis yang selalu ceria mendadak merubah banyak warna dihidupnya setelah pindah ke Seoul dan bertemu kembali dengan Xiumin, penuh dengan kasus teror disekolah dan te...
Ibu Mengajariku Tersenyum
2978      1186     1     
Inspirational
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...
Annyeong Jimin
30016      4050     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin