Fansya berlari masuk kedalam rumahnya. Bergegas menuju ruang keluarganya dengan wajah sumringah. Senyum lebar terpapar jelas di wajahnya.
" Ayah, bunda " Panggilnya menarik atensi kedua orang tuanya yang tengah mengobrol.
" Ada apa? " Tanya Percy.
" Look at this " Fansya memberikan selembar kertas pada ayahnya.
" Ini... " Areena menutup mulutnya tak percaya. Senyum terukir indah di wajah cantiknya.
" Kenapa kamu bertindak sendirian, Fansya? " Tanya Percy.
" Karena Fansya yakin "
" Cuma bermodalkan rasa percaya? "
Fansya menggeleng " Kenyataan "
Percy mengangkat sebelah alisnya " Data tentang Sasha bukan sengaja disembunyikan, tapi orang yang namanya Verdasha Serana Kana itu emang nggak ada " Jelas Fansya.
" Melisa Audya, orang yang udah beli Sasha, dia yang ngubah namanya " Lanjutnya.
" Jadi anak itu.. "
" Iya bun, dia Sasha nya kita. Verdasha Seara Alteronya kita "
Areena langsung memeluk putranya, menangis bahagia.
Percy kembali menatap kertas hasil tes DNA itu " Pasti kamu mendesak Balray ya " Tebak Percy.
" Harus dong, kalo nggak didesak bakal lama keluarnya "
Areena melepas pelukannya. Menghapus air matanya yang berlinang " Sekarang kita jemput Sasha bareng-bareng.
π
" Heh Sha, lo kenapa? " Tanya Mathilda.
" Iya, daritadi tuh muka ditekuk mulu " Ucap Abica Maya Setuju.
" Kalian emang nggak tahu? " Tanya Mariana.
" Apa emang? "
Mariana menatap Sasha, meminta persetujuan dari sang empu " Sasha sama Senja berantem "
" Hah?! "
Seketika keempat gadis itu menatap Sasha heran.
" Lo berantem kenapa? " Tanya Bica.
" itu.. cuma salah paham " Sasha menundukkan kepalanya. Mathilda lantas menangkup wajah Sasha, mengangkatnya agar dapat melihat jelas wajah gadis itu.
" Jangan Sedih gitu dong " Ucap Mathilda.
" Kalo salah paham ya jelasin, lurusin gitu " Ujar NIla Naomi.
" Masalahnya Nil, bukan aku yang-- "
" Sha! Itu apa? " Sela Arastra Leana sambil menunjuk leher Sasha dan membuat gadis itu sontak menutupi lehernya.
" Jangan-jangan, lo sama Aigar? " Ucap Bica menerka-nerka.
" Nggak, kita nggak ngelakuin apa-apa " Bantah Sasha atas segala yang ada di dalam pikiran Bica.
" Terus? "
Sasha terdiam " Oke kalo emang nggak mau cerita dulu " Mathilda mengelus-elus punggung Sasha.
" Semangat Sha " Ucap keempat gadis itu.
" Sha " Kini Erza yang datang.
" Ya Za? "
" Aigar nyuruh lo buat pulang bareng sama Clara. Kalo nggak mau sendiri juga boleh " Ucapnya menyampaikan pesan dari Senja.
" Lah emang Aigar kemana Za? " Tanya Astra.
" Udah pulang duluan " Jawab Erza.
Sasha kini sadar bahwa lelaki itu tak ada disana ' Gimana mungkin aku nggak sadar? ' Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan. Benar kata Erza. Senja tak ada di sana.
" Oke girls, gitu aja ya. Gua permisi "
Sasha berdiri sesaat setelah Erza pergi " Sha? "
" Aku duluan " Sasha langsung pergi tanpa sepatah katapun.
π
Sasha berlagi menuju parkiran. Mencari keberadaan Senja. Benar dugaannya. Senja masih ada di sana. Tengah menghisap sebatang rokok di tangannya. Asap mengepul di sekitarnya.
" Aigar! " Sasha berlari menghampiri lelaki itu.
Senja yang merasa namanya terpanggil lantas menoleh " Ngapain lo ke sini? " kata sambutan yang dilontarkan oleh lelaki tinggi itu.
" Itu... Aku mau... "
" Mau apa lagi? Ngobrak-abrik hidup gua lagi? Hidup tenang tanpa masalah gua mau lo rusak lagi? Hah? Iya? "
Sasha bungkam. Apa maksudnya? Bukannya dia sendiri yang buat masalah?
" Lo tahu? Sebelum lo hadir, hidup gua tuh adem ayem. Nggak ada masalah. Tapi sejak lo dateng banyak masalah yang datang nimpa gua dan keluarga gua "
" Ini di luar kuasaku Aigar. Aku aja nggak pernah tahu ka-- "
" Shttt. Udah. Gua nggak butuh penjelasan nggak guna lo itu. Yang gua butuhin sekarang lo jelasin semuanya ke Zea. Bilang ini cuma salam paham semata "
Sasha mengernyitkan dahinya. Menjelaskan pada Zenith? Bukannya itu tugas Senja. Dia sendiri yang menyebabkan semuanya. Dia pelakunya. Sasha kan hanya korban.
" Lo boleh ikut gua kalo lo mau jelasin semuanya. Tapi kalo nggak, silahkan pulang sendiri "
Sasha ingin menolak tentunya. Ini bukan salahnya. Tapi dia menimang-nimang lagi. Ini sudah malam. Dia akan kesulitan jika harus pulang sendiri. Transportasi sudah jarang ditemukan.
" Oke, aku ikut " Ucap Sasha akhirnya
" Good "
Senja masuk ke dalam mobil. Begitupun Sasha.
" Clara? " Tanya Sasha
" Dia pulang bareng temennya. Dia kan punya banyak temen, nggak kayak lo "
Gordon mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
" Gimana lo jelasin semuanya ke Zea? " Tanya Senja
" Aku bakal bilang ini cuma salah paham aja "
" Oke. ngomong sekarang "
Senja menyodorkan ponselnya pada Sasha. Menampilkan roomchat nya bersama si gadis blasteran.
" Apa nggak sebaiknya pakai hp ku sendiri aja? "
" Kenapa? "
" Kalau Zenith tahu kalau kita-- "
" KITA?! "
" Aku sama kamu. Kalau dia tahu aku sama kamu bareng mungkin dia bakal tambah marah "
Senja mengangguk setuju " Yaudah cepet "
Sasha mengeluarkan ponselnya dan menambahkan nomor Zenith ke daftar kontaknya. Dia masih ragu untuk memencet ikon telephone di layar ponselnya.
" Cepetan jirr "
" Iya sabar "
Sasha memulai panggilan telpon. Tak langsung dijawab tentunya. Butuh beberapa kali panggilan baru Zenith menjawabnya. Sasha meneguk salivanya saat panggilan tersambung.
Zenith = Hallo? Dengan siapa?
Sasha = Ini Sasha
Zenith = Sasha? Kenapa lagi?
Sasha = Itu...
Zenith = Apa? Kamu mau jelasin yang tadi? Nggak perlu. Aku nggak butuh penjelasan apa-apa
Sasha = Tapi...
Zenith = Shttt. Udah. Lanjutin mesra-mesraan nya sama Aigar sana
tuttt
Panggilan terputus secara sepihak. Sasha menundukkan kepalanya " Maaf aku-- "
" NGGAK GUNA!! CUMA SURUH NGEJELASIN AJA NGGAK BISA!! " Ucap Senja meledak-ledak
" Pak Gordon Stop!! " Suruh Senja
Gordon segera melaksanakan perintah tun mudanya.
" Keluar sekarang "
" Ini udah malem Aigar "
" Gua nggak perduli. Keluar!! "
Sasha terdiam. Matanya mulai terasa panas
" Oke. Jangan salahin gua main kasar "
Senja keluar dari mobil. Menyeret paksa Sasha dari sana.
" Please Aigar. ini udah jam setengah 12. Jalanan udah sepi "
Seaakan tuli, Senja tetap menarik gadis itu untuk keluar dari mobil. Sasha tertarik jatuh ke trotoar.
" Aigar!! "
Senja kembali masuk ke dalam mobil " Ayo pak, jalan " Suruh Senja
" Tapi tuan-- "
" Nggak denger perintah gua? Jalan! "
Dengan berat hati Gordon kembali menjalankan mobil. Meninggalkan Sasha sendirian di jalanan sepi.