Senja, Sasha dan juga Clara sudah berada di satu mobil yang sama. Mereka hendak pergi ke salah satu restoran mewah kelas atas yang ada di kota ini.
Sesuai dengan janji Senja tadi di kelas, mereka akan ditraktir dinner oleh Senja.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, kini mereka sudah berada di kawasan restoran. ketiganya turun di depan pintu masuk restoran mewah itu.
" Makasih " Itu yang diucapkan Sasha pada Gordon, sopir keluarga gemilang. Gordon membalas dengan senyum ramah.
" Ck, apaan? Itu kan emang udah jadi tugasnya sebagai sopir. Ngapain bilang makasih " Ucap Clara. Dia memang tak pernah berubah. omongannya kasar dan angkuh.
" Itu buat ngehargain pekerjaannya Clara, sebagai apresiasi " Balas Sasha.
" Terserah " Clara langsung melenggang pergi.
" Nggak perlu dihiraukan " Ucap Senja.
" Ya "
" Masuk yok "
Keduanya memasuki restoran bersama-sama, menyusul Clara yang sudah terlebih dahulu pergi.
π
Kini seluruh anggota kelas XI.1 sudah berada di lantai 2 restoran yang memang sudah dipesan khusus oleh Senja untuk kelasnya. Senja diminta maju untuk memberi sambutan.
" Makasih buat kaian yang udah dateng malam ini. Gua nggak akan ngomong panjang lebar. Intinya, nikmati malam ini. Ini malam kita bersama " Senja mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, menuai sorakan dari yang lain. Selesai menyampaikan sambutan singkat itu, Senja kembali ke mejanya.
Setiap meja diisi oleh 4-6 orang. Senja memilih 6 orang karena menurutnya lebih ramai lebih baik.
Di mejanya ada Yudha, Angga, Kyle, Erza, Astro dan dirinya. Mereka dikenal sebagai pembesar di kelas mereka dengan latar belakang yang tak biasa. keenamnya memang berasal dari keluarga terpandang yang hidupnya penuh keglamoran. tak pernah kekurangan yang namanya UANG.
" Main truth or dare yok " Ajak Erza setelah selesai makan.
" Boleh " Ucap mereka berempat.
" Gar? Ikut nggak? " Tanya Erza pada Senja yang tak ikut menjawab tadi.
" Ikut aja " Jawabnya.
" Oke semua ikut ya "
Erza angkit dari tempat duduknya entah pergi kemana. Sekembalinya, dia membawa dua botol minuman. Salah satunya adalah botol kosong.
" Pake ini aja ya? "
" Oke "
Erza meletakkan botol kosong di tengah meja yang sudah dibersihkan " Gua mulai ya " Setelah mendapat persetujuan dari teman-temannya, Erza segera memutar botol kosong itu.
Putaran pertama, ujung botol berhenti di depan Kyle " Oke Kyle, truth or dare? " Tanya Erza.
" Truth " Jawab Kyle tanpa banyak pertimbangan.
" Wih berani juga ya " Ujar Yudha.
" Yok siapa yang mau nanya? " Tawar Angga.
" Gua aja " Ujar Astro mengangkat tangannya.
Kyle langsung menjawab pertanyaan dari Astro dengan mudah. Memang dasarnya Kyle itu orang yang terbuka. Bukan hal sulit untuk hanya jujur pada teman-temannya.
Permainan terus berjalan. Satu per satu dari mereka sudah merasakan, entah itu truth maupun dare. Tawa mewarnai malam ini. Minuman di dalam botol sudah terkuras habis oleh mereka.
Senja berdiri " Mau kemana lo? " Tanya Yudha.
" Gua permisi sebentar " Senja langsung melenggang pergi. Mengikuti gadis yang sudah sedari tadi menjadi titik fokusnya.
π
Sasha membasuh wajahnya guna menghilangkan rasa kantuk yang menyapa. Dia ak terbiasa tidur malam. Ditambah berada di tempat seperti ini. Ramai dan berisik.
Kriekk. Pintu kamar mandi terbuka. Itu Senja. Membuat Sasha saat itu juga menoleh " Aigar? Ngapain disini? "
Tak ada jawaban. Lelaki itu berjalan mendekat kearah Sasha. Memeluk gadis itu.
" Aigar! Ini kamar mandi cewek. Mending kamu keluar sekarang " Sasha mencoba untuk mendorong Senja, namun lelaki itu malah memepererat pelukannya.
Sasha dapat mencium dengan jelas aroma kuat alkohol yang berasal dari tubuh Senja.
" Kamu mabuk? " Sasha menepuk-nepuk punggung lebar itu " Aigar? " Masih tak ada jawaban.
Tiba-tiba " emm " Ada sesuatu yang menggelikan menjalar di leher Sasha. Itu lidah, ya lidah Senja.
" Gar? Sadar " Sasha mencoba menjauhkan tubuh Senja lagi, namun lagi-lagi usahanya gagal. Sasha meringis sakit saat Senja menggigit kulit leher Sasha.
" Aigar? Lepasin yaa "
" Sha, please Sha "
" Hah? " Hening.
" Kenapa Sha? " Senja melepaskan pelukannya, namun tangannya masih mencengkram bahu Sasha " Kenapa Cuma lo yang bisa bikin gua jadi gini Sha? "
Sasha masih tak dapat mencerna ucapan Senja itu " Aigar? " Untuk kesekian kalinya Sasha memanggil nama itu. Namun tak ada respon.
" Sha, please biarin gua ya Sha, biarin ya "
Aigar mendekatkan wajahnya, mengikis jarak diantara mereka. Sasha masih menghindar. Ini salah, dia harus menyadarkan lelaki di hadapannya.
Sasha berakhir pasrah. Senja sudah memojokkannya " Aigar? Jangan ya, please? Jangan ya Senjaku " Ucapnya pasrah. Dia memejamkan matanya.
" Hah? Senjaku? "
Sasha membuka kembali matanya. Senja tersenyum padanya.
" Eh? "
Diluar dugaan, tanpa permisi Senja kembali mempertemukan bibir mereka berdua. Sasha cepat-cepat mendorong Senja.
" Sha? " Nafas Sasha memburu " Lo suka kan sama gua? Sayang kan? " Ucapan Senja itu berhasil membuat Sasha tertegun.
" Biarin gua Sha, untuk kali ini please biarin gua "
Senja kembali mendekat. Kali ini tak ada penolakan dari Sasha. Bohong jika Sasha bilang tidak dan menolak.
Keduanya kembali mengadukan dua bibir itu. Lumatan demi lumatan. Nafas mereka beradu, panas menjalar.
Brak. Pintu terbuka. Membuat Senja dan Sasha spontan berpisah. Mata Senja membelalak saat melihat siapa yang datang.
Disana, Zenith berdiri dengan ekspresi sama terkejutnya dengan Senja. Tercengan dengan yang dilihatnya.
" Zea? "
Zenith keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun. Senja langsung mengejar Zenith. Sasha hendak menghentikan Senja. Namun, dia ingat bahwa dia tak berhak, dia orang ketiganya.
Saat Sasha keluar, hendak menyusul, Senja sudah lebih dulu menghampiri dirinya " Aigar -- "
" Ini semua gara-gara lo! "
Sasha mengernyit. Apa maksudnya ini salahnya? Senja yang mulai.
" Lo yang salah! "
" Aku- "
" Nggak! Lo yang salah pokoknya. Kesalahan ini karena lo, dan semua kesalahan di hidup gua, itu lo! "
Sasha ingin membalas, namun lidahnya terasa kelu. Dia ingin, sangat ingin meneriaki lelaki dihadapannya ini, namun entah mengapa dia tak bisa.
" Kenapa nih? " Angga datang menghampiri.
" Kalian kenapa? "
Hening, tak ada yang menjawab diantaranya. Ada beberapa orang yang mulai tertarik dan mulai membentuk gerombolan.
Senja bernafas gusar kemudian berbalik dan pergi dari sana. Meninggalkan manusia-manusia yang dihantui pertanyaan.