Ujian kenaikan kelas berlangsung dengan baik. Ada anak yang menjalaninya dengan perasaan tertekan, terpaksa, tersiksa. Adapun yang merasa biasa saja. Bahkan, ada pula yang menganggap ini mudah, salah satunya Senja. Dia memang terkenal pintar sejak awal masuk.
Hari ini nilai dan peringkat akan diumumkan. Semua murid berbondong-bondong berangkat lebih awal untuk melihat pengumuman tersebut yang biasa disajikan di papan pengumuman.
Biasanya disajikan juara peangkatan dan juga juara umum satu sekolah. Dan itu yang mereka tunggu. Mereka penasaran siapa yang akan jadi bintang sekolah tahun ini.
Bintang sekolah di SMA Giwangkara dibagi menjadi dua, akademik dan nonakademik. Yang akademik tentu diambil dari nilai mapel biasa berbeda dengan yang nonakademik. Nilai bukan senjata ampuh untuk mendapat gelar bintang di nonakademik. Semuanya diambil dari keaktifan siswa di ekstrakurikuler.
Senja dan dua sahabatnya sudah berada di depan papan pengumuman " Wih, bang Fansya lagi yang jadi pararel 1 " Ucap Yudha.
" LO jadi yang kedua Gar, congrats bro " Puji Angga.
" Heh, berarti gua yang pertama " Senja tersenyum senang.
" Loh, bukannya bang Fansya... "
" Bang Fansya kan mau lulus goblok! Jadi Aigar yang menempati posisi kedua yang bakal menempati posisi itu " Jelas Angga.
" Hah? Oh iya iya baru mudeng gua "
Setelah ketiganya pergi, ada tiga orang lagi yang datang. Salah satu dari mereka berdecak kesal.
" Udah gua bilang kan, gua akan selalu lebih unggul dari lo, Raphel " Ucap Senja angkuh.
" Okay, fine. Lo boleh menang di akademik, tapi bakal gua pastiin, bintang nonakademik bakal ada ditangan gua " Ucap Raphelio Hill, Saingan Senja di bidang akademik maupun non.
" Dih songong "Ucap Yudha.
" Lo mungkin yang angkuh " Balas Drakenda Arkaekum, teman Raphel.
" nggak usah ikut campur " Tutur Raphel masih dengan nada tenang yang memang selalu menyertainya.
" Gua lagi belain lo loh Phel " Ujar Draken.
" Udah, dia nggak suka urusannya dicampuri orang " Tutur Edward Adega sambil menepuk bahu Draken.
Senja hanya menunjukkan seringai sombongnya " Gua tunggu saat itu, Raphelio Hill " Setelahnya lelaki itu melenggang pergi diikuti dua sahabatnya.
" Wih, Aigar peringkat 2 tuh Sha " Suara cempreng Mariana dapat terdengar oleh Raphel dan kedua temannya.
" Lo kenal Phel? " tanya Draken.
" Nggak " Jawab Raphel yang masih menatap Sasha lekat.
" Tapi kayaknya dia deket sama Aigar " Ujar Draken.
" Bener " Ujar Raphel setuju.
" Lo mau ngapain Phel? " Tanya Edaward yang mulai membaca gerak-gerik aneh dari Raphel.
" Nggak ada. Gua nggak mau ada hubungan sama cewek. Nggak penting " Jawab Raphel berbalik dan melenggang pergi.
๐
Sasha baru kembali dari kamar mandi untuk mencuci tangannya. Saat kembali, dia tentunya melewati kelas XII.1. Di depan kelas terlihat Fansya tengah duduk dibangku yang memang ada disana sambil mendengarkan musik.
Matanya yang indah melirik Sasha yang tengah lewat di hadapannya.
" Sha " Panggil Fansya sambil menggenggam lengan Sasha agar menghentikan langkahnya " Sini bentar " Ucap Fansya menepuk tempat kosong di sampingnya.
Sasha pun duduk di sana.
" Lo nggak mau ngucapin selamat buat gua yang udah jadi juara satu umum? " Tanya Fansya.
Sasha tersenyum " Apa untungnya coba? " Pertanyaan Sasha membuat Fansya bungkam.
" Nggak ada kan? "
Fansya terkekeh " Ada kok, gua bisa kasih lo private class buat lo biar bisa kayak gua " Tutur Fansya.
" Nggak perlu, aku bisa belajar sendiri "
" Oh ya kan bisa minta private class sama Aigar. Kan kalian satu rumah " Goda Fansya sambil merangkul Sasha.
" Nggak, nggak ada kayak gituan " Ucap Sasha menepis tangan Fansya dari pundaknya.
Fasnya tertawa renyah " Masih gengsi ternyata "
" Aku nggak gengsi kak, tapi emang nggak ada rasa " Ujar Sasha sembari berdiri " Udah ya, bentar lagi masuk. See you "
Sasha mulai melangkah pergi " Ya, see you "
Senyum Fansya pudar setelah Sasha benar-benar sudah pergi. Dia memperhatikan sehelai rambut panjang yang tadi sempat diambilnya dari Sasha.
Fansya mengambil ponselnya, membuka aplikasi percakapannya.
๐
" WE! WE! WE! WE! WE! WE! " Teriak seseorang sambil menggebrak meja.
" Dirumah punya adik yang patuh "
" CAKEP! "
" Aigar dah balik tuhhh!! " Ucapnya berpantun _Meski garing_ Untuk menyambut kedatangan Senja.
" Ehem, lo kan pararel nih Gar " Ucap Erza Darmawan, teman sekelas Senja yang paling heboh.
" Terus? " Tanya Senja sambil tersenyum karena sudah dapat menebak apa yang akan keluar dari mulut seorang Erza.
" Minimal jajanin satu kelas lah ya " Ucap Erza menampilkan tawa khasnya, mengundang sautan setuju dari seisi kelas.
" Oke, nanti gua ajak kalian semua dinner "
" HOREEEE!! MAKAN GRATISSS " Siapa yang tak mau makan gratis coba? Semuanya mau kan? Termasuk kalian yang tengah membaca ini.
" Hey, lo berubah banyak ya bro " Ucap Kyle sambil menyenggol bahu Senja.
" Berubah apanya? " Tanya Senja masih memandang seisi kelas yang heboh.
" Lo jadi lebih perhatian dan perduli sama orang lain. Padahal dulu lo itu paling nggak perdulian, terlebih sekarang lo jadi lebih sering senyum dan ketawa "
" Apa bener kata orang? "
" Apaan? "
" Lo berubah karena kehadiran Sasha " Jawab Kyle yang sontak ditertawai oleh Senja.
" Puft, omong kosong banget. Seandainya gua berubah karena seseorang, maka seseorang itu adalah Zea. Cuma dia seorang yang bisa "
Senja melenggang pergi menuju kursinya.
" Emang ya tuh bocah, gengsinya gede banget " Gumam Kyle yang masih memperhatikan Senja " Bahkan mata lo aja nggak bisa lepas dari Sasha. Masih berani bilang nggak suka? Lo yang omong kosong "
Kyle tersenyum, membalas Sasha yang kini tersenyum padanya " Semoga kalian bisa bareng nantinya, Sasha, Aigar "