Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mentari Diujung Senja
MENU
About Us  

Kini Sasha dan Areena sudah berada di taman belakang kediaman Altero. Percy tak dapat ikut mengobrol lama karena masih harus menyambut tamu dan para kolega yang datang.

" Jadi, siapa nama orang tua kamu? " Tanya Areena. Sasha menggeleng. Namun masih dapat tersenyum meski masam.

" Jadi, kamu selama ini tinggal sama... "

" Orang yang udah beli aku dari penculik " Jawab Sasha " Itu yang aku denger dari Melisa, tapi nggak tahu juga selebihnya " Sambungnya.

Areena mengangguk-angguk " Dulu saya juga punya seorang putri. Mungkin sekarang ini seumuran sama kamu " Ucap Areena memulai cerita.

" Memang sekarang dimana dia? " 

Arrena hanya menggeleng. Dia tak tah keberadaan putrinya " Saya kehilangan dia pas dia masih kecil " 

Hampa mulai terasa. Angin malam berembus terasa dingin saat menyentuh kulit.

" Dan saya menemukan banyak kesamaan antara kamu dan putri saya yang hilang itu " Ujar Areena " Jadi, kamu mau kan coba tes DNA? "

Sasha terdiam. Bingung. Semuanya masih berputar di dalam otaknya " Emm, nggak tahu sih " Jawabnya kikuk.

Areena menggenggam tangan Sasha. Menyalurkan kehangatan " Saya nggak maksa kok "

" Biar saya pikir-pikir lagi "

πŸ’

Pada akhirnya Areena dan Percy melepaskan kepergian Sasha pulang bersama keluarga Gemilang.

" Fansya " Panggil Percy.

" Ya ayah? " Sahut Fansya.

" Kamu sudah dapat data tentang anak itu? " Tanya Percy.

" Belum. Kemarin aku udah minta Vale buat cari informasi tentang Sasha, tapi Vale nggak nemuin apa-apa "

Percy mengangguk-angguk " Katanya semua data tentang Sasha seakan sengaja disembunyiin " Lanjut Fansya sambil memeriksa ponselnya.

" Coba kamu hubungi Valres. Dia juga intel kan? " 

Fansya mengangguk. Dia memainkan jari-jarinya di atas keyboard.

Okay done "

πŸ’

" Huaaaaa " Teriakan yang sedari tadi keluar dari mulut Mariana. Berbeda dengan Mathilda dan Sasha yang duduk tenang dengan buku mereka.

" Udah sih Na, mending lo duduk, belajar. Daripada ngabisin waktu cuma buat teriak-teriak nggak jelas " Ucap Mathilda menarik Mariana untuk duduk.

" Besok Mathilda! Besok! " Ucap Mariana panik.

" Lebih tepatnya lusa " Ucap Mathilda.

" Masih ada sehari lagi. Gimana kalo besok kita belajar bareng? " Tawar Sasha.

" Boleh tuh "

" Oke. Kalo gitu besok kita ketemu di cafe Novaria " Ujar Mathilda.

" Oke. Jam 9 ya " Tambah Mariana.

" Oke "

πŸ’

Keesokan paginya, seperti yang dijanjikan sebelumnya, Sasha sudah siap untuk pergi ke cafe Novaria, tempat mereka akan belajar untuk persiapan penilaian akhir tahun.

Hari ini Sasha memakai atasan berwarna blue sky dipadu dengan rok berwarna putih. Rambutya yang terikat rapi menambah kesan cantik untuknya.

" Sha " Panggilan yang menghentikan langkah Sasha yang sudah berada di ambang pintu.

" Aigar? Kenapa? "

" Mau kemana? "

Sasha diam untuk beberapa saat. Dia masih heran dengan sikap manusia dihadapannya ini yang biasanya bersikap bodo amat.

" Mau keluar. Belajar sama Mathilda and Mariana "

" Di? " 

" Cafe Novaria "

" Gua ikut "

" Hah? " 

" Gua ikut " Tutur Senja mengulangi ucapannya " Boleh kan? " Sambungnya.

" Ya. Aku sih nggak masalah. Tapi nggak tahu Mathilda sama Mariana "

" Pasti boleh. Yok cepet pasti mereka udah nunggu "

Senja langsung merangkul Sasha menuju mobil yang sudah terparkir apik dihalaman rumah. Sasha hanya menurut.

" Lo duduk di depan " Ujar Senja.

" Di bela-- "

" No debat. Buku-buku lo taruh tengah aja "

" O-oke "

Senja melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menikmati perjalanan ini.

" Kamu nggak bawa buku? " Tanya Sasha.

" Nggak "

" Gimana mau belajarnya? "

Senja melirik gadis di sampingnya sesaat " Tinggak pinjem buku lo aja, gampang " Ucap Senja dengan menampikan senyum nakalnya.

Sasha memicingkan matanya.

" Toh, siapa yang ngomong gua juga mau ikut belajar? "

Sasha memutar bola matanya malas. Dia tak berbicara lagi. Malas berdebat dengan lelaki yang mendapat gelar bintang sekolah tingkat akademis itu.

" Ini udah ujian kenaikan kelas loh, kamu nggak ada niatan buat dapet nilai bagus? " Tanya Sasha kembali membuka percakapan.

" Nilai gua selalu bagus tuh. Buat apa belajar? "

Sasha kembali bungkam. Nilai bagus? Paling di pelajaran olahraga saja kan? Dia saja tak pernah memperhatikan guru selama pelajaran di kelas. Apalagi Clara. Apa karena mereka kembar jadi sikap dan sifat mereka sama?

" Jangan kira gua kayak Clara yang bodoh itu " Ucap Senja seperti bisa membaca pikiran Sasha.

" Aku nggak nyamain kalian kok "

Senja tertawa renyah. Tiba-tiba dia menunjuk-nunjuk kepala Sasha " Gua tahu isi pikiran lo " Ucapnya diakhir tawanya.

Percakapan mereka berakhir saat sdar telah sampai di tempat tujuan mereka, cafe Novaria. Sasha turun lebih dulu sedangkan Senja memarkirkan mobil.

" Udah, yok masuk "

Sasha mengambil alih totebag berisi buku dari tangan Senja. Setelahnya mereka masuk. Sasha mengedarkan pandangannya kepenjuru cafe.

" Tuh disana " Ucap Senja menunjuk meja yang sudah di isi oleh Mathilda dan Mariana. Keduanya berjalan kearah meja yang dimaksud oleh Senja.

" Hi, maaf telat " Sapa Sasha.

Sorot mata Mathilda dan Mariana tak lepas dari kedua orang yang tengah menghampiri mereka. Terkejut? Tentu.

" Kalian-- " 

Couple?! " Sela Mariana.

" Hah? "

Sasha dan Senja saling adu pandang

Sasha dan Senja saling adu pandang. Mereka baru sadar ternyata memakai pakaian yang senada. Senja kembali memandang Mathilda dan Mariana yang masih kaget. Seakan tak perduli, lelaki itu langsung duduk di tempat yang kosong.

" Sha? Udah sini duduk. Katanya mau belajar " Tutur Senja.

Sasha pun duduk di sebelah Senja. Mathilda dan Mariana saling adu pandang. Terdapat banyak pertanyaan di wajah mereka. 

Ah, lupakan. Jangan sampai mereka lupa tujuan mereka berada di sini. Ya, belajar.

" Oke, mulai dari... " Mereka bertiga mulai fokus pada buku masing-masing. Sesekali Mathilda menjelaskan rumus-rumus matematika yang memang sudah jadi bidang keahliannya.

" Aaaaa, pusing ngitung-ngitung " Ucap Mariana Frustasi.

" Mending belajar biologi aja " Lanjutnya. Menghafal adalah basicnya.

" Kalo nggak pelajaran bahasa dulu aja. Jangan ngutung-ngitung dulu " Gadis itu sudah kelihatan tak berdaya karena melihat angka-angka yang membuatnya mual.

" Lo mah gitu ngeluh terus kerjaanya " Ujar Mathilda.

" Ihhh, nyatanya aku nggak bisa!! " Balas Mariana tak terima.

" Yaudah kita mulai dari yang gampang aja dulu " Ujar Sasha menengahi. Gadis itu meraih satu buku " Bahasa "

Senyum langsung kembang di wajah Mariana. Dengan segera dia mengeluarkan bukunya. Mathilda hanya mengikuti. Bahasa? Nilainya tak seburuk itu lah.

Kali ini Mariana yang berperan aktif. Dia mengajarkan penulisan, pengucapan dan perbedaan dari kata-kata yang mirip juga " Gampang kan? "

Sasha dan Mathilda hanya mengangguk " Kamu nggak ikut belajar Gar? " Tanya Mariana.

" Gua nyimak aja " Jawab Senja mengalihkan fokus dari ponselnya " Kalo ada yang susah nanti gua bantu " Sambungnya.

" Oke deh "

Waktu berjalan cepat. Mereka juga telah mempelajari banyak hal. Menyisakan matematika, fisika, biologi dan kimia. Selebihnya bisa dipelajari sendiri.

" Mau yang mana dulu? MTK, fisika, kimia atau bio? " Tanya Mathilda.

" Biologi!! " Suara paling keras dari Mariana.

" Fisika " Ucap Senja tiba-tiba bersuara.

" Katanya nggak mau ikut belajar " Mariana mengerucutkan bibirnya.

" Kan gua cuma request "

" Oke fisika " Ujar Mathilda.

" Lah? " Mariana langsung memendeliki Senja. Namun lelaki itu malah menunjukkan wajah mengejek. Sangat menjengkelkan untuk dipandang.

" Langsung latihan soal aja ya, nanti kita cocokin bareng-bareng "

Ketiganya membuka buku masing-masing. Mencoba soal-soal yang sudah mereka pilih dari buku soal.

Sesekali Senja mencuri pandang pada gadis yang duduk di sampingnya. Melihat, apa ada yang tak bisa dikerjakannya atau tidak.

" Ini pake rumus yang ini aja biar gampang " Ucap Senja sambil tiba-tiba merebut pena dari tangan Sasha. Pasalnya dia geram karena gadis itu tak selesai-selesai megerjakan soal yang menurtunya begitu mudah itu.

Lelaki itu mulai menuliskan rumus diatas kertas kosng, mengikis jarak keduanya. Mereka sudah seperti orang yang sedang berpelukan, mengundang atensi Mathilda dan Mariana untuk memperhatikan keduanya.

Sepertinya Senja sadar tengah diperhatikan. Dia tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. Dia mengembalikan pena Sasha " Cobain " Ucapnya.

Bukannya menjauh, Senja malah menyandarkan wajahnya dibahu Sasha agar tetap bisa mengawasi gadis itu mengerjakan soal.

Mathilda terbatuk-batuk kecil, keduanya lantas mengedarkan pandangan ke arah lain. Sasha sadar akan situasi ini. Dasar Senja, bocah caper satu ini memang banyak tingkahnya.

Sasha mendorong kepala Senja yang masih bersandar nyaman di bahunya " Jauh-jauh ish, sesak " Ucapnya berhasil menjauhkan Senja darinya.

" Iya-iya, udah cepet kerjain. Lama banget, buang-buang waktu tahu "

" Dih salah sendiri ikut "

Senja tak menganggapi. Dia kembali fokus pada benda pipih yang ada di tangannya.

πŸ’

" See you " Ucap ketiga gadis itu sebelum berpisah. Mereka baru keluar dari mobil Senja karena telah sampai di gang perumahan mereka.

Sasha bingung karena Senja yang tak kunjung menjalankan mobilnya " Aigar? Nunggu apa lagi? " Tanya Sasha.

" Bentar "

Senja keluar dari kursi kemudi dan masuk ke kursi penumpang pertama tengah, tempat yang Sasha tempati sekarang. Dia memojokkan gadis itu.

" Lo nggak berniat ngasih hadiah buat gua yang udah bantu lo ngerjain soal-soal tadi? " Tanya Senja dengan senyum nakalnyanya.

" Hadiah apa? Cuma satu soal juga "

Senja tak membalas. Dia menatap Sasha lekat, menimbulkan perasaan aneh yang menghantui.

" Oh, makasih. Gitu? "

" Cuma itu? "

" Terus? "

Senja menunjuk bibir Sasha lalu beralih ke pipinya " Hah? Cium? " Senja mengangguk sebagai jawaban. Sasha terdiam sedang Senja mulai mendekatkan wajahnya.

Wait! "  Sasha menghalangi wajah Senja yang kian mendekat. Senja menurut. Dia duduk diam di samping Sasha. Menunggu Sasha juga mengikuti keinginannya.

Sasha berpikir berkali-kali. Situasi macam apa ini? Sasha melirik Senja yang masih menunggu. Sasha menghembuskan nafas berat.

Sasha mulai mendekatkan wajahnya. Dekat, semakin dekat dan cup. Kecupan singkat yang berhasil membuat keduanya bersemu. Senja membulatkan matanya sempurna. Sasha tak berani menatap Senja yang masih berada disampingnya.

What's wrong with me? "Pertanyaan yang terus berputar dalam kepalanya.

Lelaki itu melirik Sasha yang masih tak menatapnya " Sha? "

" Ya? " Saat gadis itu menleh, bibir mereka kembali bertemu. Kali ini Senja dalangnya. Membuat suasana semakin panas.

Setelah beberapa saat, Senja melepas kecupan manis itu dan cepat-cepat keluar dari mobil. Kembali ke kursi kemudi.

" Langsung pulang kan? " Tanya Senja mecoba santai.

" Iya "

Senja mulai melajukan mobilnya. Menetralisir perasaan aneh yang menjalar dalam diri.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gray November
3825      1314     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Teman Berbagi
3697      1359     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
Kalopsia
750      551     2     
Romance
Based of true story Kim Taehyung x Sandra Sandra seharusnya memberikan sayang dan cinta jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri dari pada memberikannya pada orang lain. Karna itu adalah bentuk pertahanan diri Agar tidak takut merasa kehilangan, agar tidak tenggelam dalam harapan,Β  agar bisa merelakan dia bahagia dengan orang lain yang ternyata bukan kita.Β  Dan Sandra ternyata lupa karna meng...
29.02
447      239     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Konstelasi
914      477     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.
Aromantic Roomates
160      144     1     
Non Fiction
Raya dan Rafa sahabat sejak kecil yang tak pernah terpisahkan Suatu saat keduanya diperhadapkan dengan masalah orang dewasa pada umumnya pernikahan Raya dan Rafa yang tak pernah merasakan jatuh cinta memutuskan untuk menikah demi menyelesaikan masalah mereka Akankah takdir membuat keduanya saling mencintai atau akankah perasaan mereka tetap pada tempatnya hingga akhir
XIII-A
851      625     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
RINAI : Cinta Pertama Terkubur Renjana
454      329     0     
Romance
Dia, hidup lagi? Mana mungkin manusia yang telah dijatuhi hukuman mati oleh dunia fana ini, kembali hidup? Bukan, dia bukan Renjana. Memang raga mereka sama, tapi jelas jiwa mereka berbeda. Dia Rembulan, sosok lelaki yang menghayutkan dunia dengan musik dan indah suaranya. Jadi, dia bukan Renjana Kenanga Matahari Senja yang Rinai kenal, seorang lelaki senja pecinta kanvas dengan sejuta war...
Another Word
634      369     2     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
Our Different Way
5459      2092     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...