Kini Sasha tengah berada di dalam mobil milik Fansya. Dia di antar pulang oleh Fansya karena malam t'lah larut. Sasha juga tak punya teman untuk pulang.
Harusnya Sasha pulang bersama Senja dan Clara karena memang mereka datang bersama. Namun sayangnya Senja beranjak pergi begitu gadis tak di kenal tadi muncul.
Clara? Jangan tanya dia. Mana mungkin Clara yang tak suka pada Sasha mau pulang bersama dengan gadis itu. Dia membawa serta mobil dan sopirnya pergi entah kemana. Serge dan Astrid juga tak datang dan hanya menonton lewat live saja.
" Oke, sampe " Ucap Fansya menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang kediaman Gemilang.
" Makasih ya kak udah mau nganterin " Ucap Sasha sebelum keluar. Fansya hanya mengangguk sebagai jawaban.
" Kamu tinggal serumah sama Aigar? " Tanya Fansya menghentikan Sasha yang hendak keluar.
" Emm, bisa dibilang gitu "
" How Can? "
" Dulu ibuku kerja disini "
" Dulu? "
" Iya. Sekarang nggak lagi. Dia ditangkap polisi karena melakukan percobaan pembunuhan terhadap tuan Serge " Jelas Sasha.
" Meski gitu, mereka tetep ngebolehin aku buat tinggal disini " Sasha tersenyum tipis.
" Gimana-gimana? Cerita dong " Ucap Fansya mulai tertarik.
" Nggak dulu. Udah malem. See you " Sasha buru-buru keluar dari mobil.
Fansya terus memperhatikan punggung Sasha yang semakin menjauh darinya " Kalo dia nggak diculik, pasti seumuran sama Sasha kan? " Fansya menyalakan ponselnya. Menatap foto gadis kecil yang dijadikan lockscreen oleh Fansya.
Dia membuka satu aplikasi dan mengetikka sesuatu disana.
" I hope so, Sasha "Fansya mematika ponselnya dan menyalakan mesin mobil. Mulai melajukan mobilnya menuju rumah.
π
" Sasha pulang " Ucap Sasha membuka pintu utama. Langkahnya terhenti saat melihat semua anggota keluarga Gemilang tengah berkumpul di ruang tamu. Matanya terpaku pada gadis yang duduk bersebelahan dengan Senja.
" Udah pulang? " Ucap Astrid bangkit dari tempat duduknya.
Sasha tersenyum. Tak lagi memperdulikan Senja yang tetap asik engobrol dengan gadis tak dikenal itu.
" Clara mana? " Tanya Astrid.
" Clara bilang mau nginep di rumah temennya "
" Oh gitu " Astrid mengangguk paham " Pasti cape kan? " Tanya Astrid. Dia menggandeng Sasha, meninggalkan ketiga orang yang masih saja fokus mengobrol.
" Penampilan kamu hebat hari ini "
" Makasih "
Astrid masih menggandeng Sasha. Mereka berjalan kelantai dua. Kearah kamar yang dipakai oleh Sasha semenjak penangkapan Melisa.
Flash back on
Sasha berjalan masuk ke kediaman Gemilang bersama dengan Senja. Kini dia sydah berada di ruang tamu. Berdiri tak bersuara. Memperhatikan dokter yang tengah mengobati luka Serge dengan telaten.
Astrid yang sadar akan kehadiran Sasha lantas menghampiri gadis yang masih berdiri mematung.
" Kamu baik-baik aja kan? " Tanya Astrid.
" Iya. Saya nggak apa-apa "
Hening untuk sesaat " Saya pergi besok ya. Buat malam ini tolong biar-- "
" Shuuttt " Astrid menutup mulut gadis itu dengan jemarinya " Siapa bilang kamu harus pergi? "
Astrid menggeleng " Kamu nggak boleh pergi Sasha. Kamu tetap disini "
" Tapi... "
" Nggak. Nggak ada penolakan. Mulai sekarang, aku ibu kamu dan kamu juga bagian keluarga Gemilang "
Off
Sasha tersenyum mengingat kejadian hari itu. Astrid memang wanita yang benar-benar baik. Sasha kira dia akan langsung ditendang malam itu juga. Ternyata dia malah disambut baik oleh Astrid dan juga Serge.
" Oh ya. Mama ada hadiah buat kamu yang udah berhasil tampil dengan baik hari ini " Astrid membuka kamar Sasha. Disana sudah ada beberapa papper bag dengan berbagai ukuran yang beragam.
" Buat Sasha? "
" Iya dong. Buat siapa lagi emang? "
" Tapi, ini kebanyakan. Sasha ambil salah satu aja ya "
Astrid mengayunkan jarinya kekanan dan kekiri " Harus kamu ambil semua. Kamu nggak kasihan sama mama yang udah ngehabisin waktu cuma buat milihin hadiah buat kamu? "
" Emm, Yaudah makasih "
Astrid mengambil satu papper bag berukuran sedang " Ini terutama yang harus kamu terima " Astrid mengeluarkan sebuah ponsel dan laptop dari sana.
" Kamu butuh kan? "
" Iya. Makasih ma "
Astrid tersenyum senang " Nanti minta tolong Aigar buat program ya. Atau kamu bisa sendiri? "
" Nanti Sasha program sendiri aja "
" Oke deh. Kalo gitu mama keluar dulu. Kamu bisa liat-liat yang lain sendiri. Jangan lupa istirahat, good night girl "
Sasha membalas ucapan Astrid dengan senyuman dan lambaian tangan. Dia terus memandang wanita itu hingga benar-benar keluar dari kamar yang lumayan luas ini.
Sasha memasukan papper bag-papper bag itu kedalam lemari yang masih longgar. Dia tak ingin membukanya sekarang. Mungkin nanti saat dia membutuhkan sesuatu. Ya intinya tidak sekarang.
Sasha memilih untuk mandi dulu. Rasanya gerah setelah memakai gaun yang berbahan tebal seperti tadi selama beebrapa jam. Berat pula. Hingga Sasha harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk bergerak.
π
Senja memasuki rumahnya setelah mengantar pulang tamunya " Udah dianter sampe rumah? " Tanya Serge yang masih berada di ruang tamu.
Senja mengangguk " Dalam kendali " Ucapnya setelahnya.
" Aigar, tolong anter ini ke kamarnya Sasha ya " Ucap Astrid dari arah dapur.
" Kok aku? " Tanya Senja sambil menunjuk dirinya sendiri.
" Kamu mau naik kan? Pelayan juga udah pada istirahat. Tolong bawain ya sayang? "
Senja berakhir mengambil mangkuk berisi salad buah itu bersamanya menujunkamar Sasha yang memang searah dengan kamarnya.
Tok,tok,tok.
Senja berdiri didepan pintu. Menunggu sag pemilik kamar membukakan pintu. Namun tak ada respon. Senja lantas kembali mengetuk pintu.
Tok,tok,tok.
Masih tak ada jawaban. Senja memegang knop pintu " Gua masuk ya " Ucapnya sebelum membuka pintu. Pada saat yang bersamaan pula, Sasha membuka pintu kamar mandi. Baru menyelesaikan mandinya.
Wajah Senja memerah saat itu juga. Seperti kapas terkena tetesan jus strouberry.
Senja cepat-cepat keluar dan menutup pintu rapat-rapat. Menetralkan nafasnya yang kini memburu. Jantungnya berdetak tak karuan. Dia hampir kehabisan nafas karena rasanya jantungnya tak dapat memompa darah dengan lancar.
Senja masih terkejut dengan penampakan Sasha yang hanya mengenakan sehelai handuk saja. Senja meneguk salivanya susah payah. Senja menggeleng kuat " Tenang Aigar, jangan gini. Lo nggak SUKA sama dia, nggak. Aghh lo jadi aneh "
Senja menampar pipinya sendiri beberapa kali. Menyadarkan dirinya yang dirasa mulai tak waras dan aneh sejak kehadiran Sasha. Beberapa kali dia menghela nafas. Setelah dirasa sudh tenang, dia kembali mengetuk pintu kembali.
" Lo udah selesai? " Tanya Senja kikuk.
" Bentar "
Senja menunggu. Dia tak mau kejadian seperti tadi terulang lagi.
" Oke udah "
Senja kembali membuka pintu. Menatap Sasha yang kini sudah mengenakan gaun tidur selutut berwarna merah muda.
" Sorry soal tadi "
" Nggak apa. Salahku juga kan nggak ngunci pintunya " Balas Sasha.
Keduanya diam. Diselimuti hening yang tiba-tiba menyapa. Tak berani saling menatap.
" Jadi, kenapa tiba-tiba kesini? " Sasha menghidupkan kembali suasana.
" Oh iya. Ini ada salad dari mama. Dimakan ya " Jawab Senja mengingat tujuan awalnya datang kemari.
Senja menyerahkan semangkuk salad yang langsung diterima oleh Sasha.
" Makasih ya " Ucap Sasha dengan senyuman manisnya.
" Ya. Gua permisi dulu " Senja langsung berbalik dan melenggang pergi.
π
Hari Mingu. Sekolah libur. Sasha memutuskan tetap dirumah. Dia malas untuk pergi. Dia tengah duduk di balkon lantai dua sekarang ditemani teh hangat dan biskuit manis untuk menikmati pagi yang indah ini.
Fokus Sasha teralihkan saat ada seorang gadis yang tiba-tiba saja duduk besebrangan dengan dirinya. Gadis cantik berponi dora dengan rambut coklat. Matanya yang berwarna kebiruan menambah vibes bahwa dia bukan orang asli indonesia.
" Good morning " Ucap gadis itu lembut.
" Morning " Balas Sasha ramah meski tak mengenal gadis yang sepertinya akan mengajaknya bicara.
" Kamu temennya Aigar? " Tanya gadis itu.
" I-iya " Jawab Sasha canggung. Bagaimana gadis ini bisa sesantai itu mengobrol dengan orang yang bahkan tak dikenalnya.
" Oh ya, aku lupa belum memeperkenalkan diri. Namaku Zenith Zeana panggil senyemanmu "
" Nice to meet you, Zenith. Aku Verdasha panggil aja Sasha "
Keduanya saling melontarkan senyum. Namun, rasanya canggung untuk Sasha. Seakan memang ada yang aneh disini "