Loading...
Logo TinLit
Read Story - SECRET IN SILENCE
MENU
About Us  

"Kau boleh menyimpan pidatomu." Molly menyipitkan mata, menutupi sebagian dirinya yang terintimidasi oleh Bilena. "Aku akan mendengarkan ocehanmu setelah kau dan Agatha kembali dari cermin."

Bilena tertawa kecil, suaranya mendadak serak dan dalam, berbanding terbalik dengan raut mukanya yang lucu dan menggemaskan. Si kelinci lantas terbang mendekat, menginvasi ruang privasi Molly.

"Molly, aku penasaran, siapa yang membawamu kemari?" Bilena bertanya, namun nada bicaranya tidak jauh berbeda dengan mengofirmasi sesuatu, seolah memang telah tahu jawabannya.

Ketidaknyamanan Molly terhadap si kelinci semakin bertambah, malah meremang dan berdenyut-denyut di bagian hatinya. Dia tidak berencana untuk mengambil jarak, malah menunjukkan keberanian dan tekadnya dengan tetap berada dalam posisi. Tak goyah, tetap berdiri tegak, serta menaikkan dagunya sedikit.

"Apakah itu ada kaitannya dengan Agatha?" Molly balik bertanya, suaranya kental akan kecurigaan.

"Rolan, bukan?" Bilena menebak. Melihat ujung mata Molly yang berkedut mendengar nama si penyair disebut, si kelinci mengangguk pelan. "Kau masih memercayai laki-laki lancang itu?"

"Aku tidak punya pilihan lain."

"Padahal dia orang asing bagimu."

"Awalnya begitu, tapi sekarang tidak." Molly menelan ludah perlahan, berharap Bilena tidak menyadarinya. "Tetapi aku tidak peduli, karena sekarang Rolan tidak ada di sini untuk menggangguku."

"Kau tahu mengapa Cardos memanggilnya ke Lembah Esterdon?"

Molly menyipitkan mata, terheran-heran, dari mana Bilena tahu?

"Aku tidak melihat adanya alasan yang kuat untuk tenggelam dalam urusan orang lain." Molly menjawab cepat.

Si kelinci tertawa pendek.

"Apakah kau tidak curiga bagaimana bisa Rolan mengenal Cardos? Padahal di sisi lain, sang Penjaga Agung Lembah juga menjagaku, si Keajaiban Bilena." Pertanyaan Bilena seolah memancing.

"Apakah itu penting?"

"Ya." Bilena menjawab cepat, matanya menyipit seiringan dengan kesabarannya yang semakin terkikis. "Apakah kau tidak penasaran mengapa aku mengatakan kalau kita pernah bertemu?"

"Aku—" Molly terdiam seketika, menyadari satu hal: Bilena menanyakan hal-hal yang pernah ditanyakan oleh Cardos. Ini adalah sebuah kebetulan yang tidak biasa. Bagaimana mungkin?

Meski begitu, Molly telah bertekad untuk tak ikut campur terhadap masalah orang lain. Tujuannya sekarang sudah jelas, dan tentunya tidak ada hubungannya dengan Rolan.

"Mendiang ayahku selalu mengatakan, rasa penasaran pasti membuka jalan kemalangan. Oleh karena itu, aku tidak akan ikut campur dengan urusan Rolan. Aku tidak peduli, asalkan Agatha pulang bersamaku."

Bilena tertawa kecil, suaranya kali ini terdengar lebih berat dan membawa misteri. "Yah. Baiklah, aku hanya ingin mengingatkanmu."

"Kau tahu, setelah semua ini selesai, aku dan Agatha akan hidup tenang di Nevervale. Urusanku dengan Rolan akan segera berakhir. Dia bukanlah ancaman yang aku prioritaskan."

"Oh, kau harus memasukkannya dalam daftar prioritasmu, Mol," Bilena berkata lancang, "apakah kau tidak mendapatkan tanda-tandanya saat perjalanan ke tempat ini? Apakah kau tidak menyadari suatu hal?"

"Kau sedang menghasutku untuk mencurigai Rolan, ya?" Kening Molly berkerut. "Itu tidak akan berhasil. Kau mungkin membantu Agatha, tapi karena kau menghina kawan seperjalananku, aku tidak tahu apakah aku bisa menghormati dan menghargaimu lagi, Bilena."

"Benar. Kau boleh mengubah pandanganmu padaku, tapi aku hanya ingin memberimu sebuah pencerahan." Jeda. "Molly, ini adalah pertemuan kita yang ketiga, dan untuk pengulangan yang ketiga ini, kau akan tetap gagal membawa Agatha pulang."

Molly terdiam, membeku, matanya membulat memandang Bilena, seolah aliran darah berhenti dan tekanan udara semakin dingin dan berat. Kalimat itu lolos begitu mudah dan ringannya dari mulut si kelinci, seolah itu adalah perkara yang tidak penting.

"Yang benar saja, kelinci," desis Molly, mulai kehilangan kartu kesabarannya. "Kau sedang bermain dengan api—"

"Salah. Kau yang sedang bermain-main dengan api, bukan aku," Bilena menyahut datar. Dia melenggang manja di udara mendekat ke cermin perunggu.

"Aku beritahu, tidak ada untungnya kau mengonfrontasiku," balas Molly dingin. "Jadi, simpan konspirasimu, kelinci."

"Ah, Molly ... selalu yang paling acuh tak acuh, impulsif, dan tidak peka. Terkadang kepolosan itu berbanding lurus dengan sifat keras kepala." Bilena berkata, suaranya terkesan merendahkan, bagai anak remaja yang senang mencari perhatian. Si kelinci membalikkan badan, menatap penuh rasa kemenangan. "Begini saja. Kalau sampai aku dan Agatha tidak kembali, kau bisa bertanya pada Pandia. Dia ... dia berteman dekat dengan Rolan, hihihi."

"Jangan bawa-bawa adikku!" Molly tidak beranjak dari posisinya, namun tangannya dikepalkan kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. "Kau akan membawanya pulang dan Agatha akan pulang bersamaku. Ti—"

Molly terkejut, tak mendapati Bilena di posisi sebelumnya. Kelinci itu pasti telah masuk ke dalam cermin saat Molly sedang menundukkan kepalanya tadi.

Molly lantas mengedipkan mata.

Hening.

Tak ada tanda-tanda Bilena dan Agatha kembali.

"Tunggu." Molly mengedipkan mata.

Nihil.

Molly bergegas mendekati cermin perunggu, menyentuhnya dengan tangan perlahan.

"Cerminnya mengeras," gumamnya.

Ya, cermin perunggu itu kembali mengeras, tidak seperti genangan air yang dilihat Molly ketika Agatha melompat masuk. Cahaya keemasannya juga meredup.

"Agatha," panggilnya perlahan seraya kedua tangannya mendorong-dorong cermin itu. Suaranya yang pecah menggema di udara, namun cermin perunggu itu tetap membisu.

Bilena dan Agatha berjanji akan kembali dalam satu kedipan mata. Akan tetapi, setelah Molly mengedipkan kedua matanya beberapa kali, keduanya masih belum kembali juga. Rasa panik kembali membungkus seluruh inci bagian tubuhnya, membuat dadanya berdebar bagai genderang perang.

Rambut emasnya bergoyang ketika Molly berdiri perlahan. Dia meremas-remas kedua tangannya, perasaan cemas semakin mendominasi setelah dia berkali-kali mengerjapkan matanya. Dan, hasilnya tetap sama.

Molly menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata lekat-lekat, lalu membukanya cepat-cepat.

"Lho, tidak ada," rengeknya seraya kembali berlutut dan memegang cermin dengan kedua tangannya. "Agatha." Suaranya kental akan kecemasan. "Agatha! Kau berjanji akan kembali dalam hitungan satu kedipan mataku! Agatha!"

Molly memukul-mukul cermin itu.

Tidak mungkin, tidak mungkin aku gagal lagi. Tidak mungkin yang dikatakan Bilena menjadi kenyataan.[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Fidelia
2073      894     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
The Wire
10005      2182     3     
Fantasy
Vampire, witch, werewolf, dan guardian, keempat kaun hidup sebagai bayangan di antara manusia. Para guardian mengisi peran sebagai penjaga keseimbangan dunia. Hingga lahir anak yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan hidup dan mati. Mereka menyebutnya-THE WIRE
Tanpo Arang
38      32     1     
Fantasy
Roni mengira liburannya di desa Tanpo Arang bakal penuh dengan suara jangkrik, sinyal HP yang lemot, dan makanan santan yang bikin perut “melayang”. Tapi ternyata, yang lebih lemot justru dia sendiri — terutama dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar villa keluarga yang sudah mereka tinggali sejak kecil. Di desa yang terkenal dengan cahaya misterius dari sebuah tebing sunyi, ...
Gadis Kecil Air Tawar
496      357     0     
Short Story
Mulailah berbuat baik terhadap hal-hal di sekelilingmu.
Game of Dream
1437      801     4     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
760      518     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Holiday In Thailand
108      97     1     
Inspirational
Akhirnya kita telah sampai juga di negara tujuan setelah melakukan perjalanan panjang dari Indonesia.Begitu landing di Bandara lalu kami menuju ke tempat ruang imigrasi untuk melakukan pengecekan dokumen kami pada petugas. Petugas Imigrasi Thailand pun bertanya,”Sawatdi khrap,Khoo duu nangsue Daan thaang nooi khrap?” “Khun chwy thwn khatham di him?” tanya penerjemah ke petugas Imigras...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
175      149     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
Hideaway Space
70      56     0     
Fantasy
Seumur hidup, Evelyn selalu mengikuti kemauan ayah ibunya. Entah soal sekolah, atau kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam hal ini, kedua orang tuanya sangat bertentangan hingga bercerai. evelyn yang ingin kabur, sengaja memesan penginapan lebih lama dari yang dia laporkan. Tanpa mengetahui jika penginapan bernama Hideaway Space benar-benar diluar harapannya. Tempat dimana dia tidak bisa bersan...
Glad to Meet You
303      235     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...