Hidup tenang tanpa drama bersama kakak dan adiknya adalah impian hidup Molly, anak tengah dari tiga bersaudara. Dia tak menyangka saat Agatha, kakaknya, tiba-tiba menghilang dan melepas tanggung jawab hingga adik bungsu mereka, Pandia, menjadi pengantin pengganti dalam sebuah pernikahan yang tak diinginkan.
...Read More >>"> SECRET IN SILENCE (Bab 08) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SECRET IN SILENCE
MENU 0
About Us  

Kemudian entah bagaimana kelanjutannya, si lelaki kini telah berada di hadapan Molly. Berdiri menjulang sedikit membungkukkan badan, mendekatkan wajahnya. Seringaian lancang khas predator itu memerangkap Molly dalam sebuah penjara tak terlihat. Napas panas yang membelai lembut pipinya seolah merantai kewarasannya.

Mengambil satu langkah maju, menutup jarak di antara mereka berdua, lalu jatuh ke dalam pelukan tubuh itu terdengar lebih menarik dari semua hal yang ditawarkan dunia kepada Molly.

Dari jarak sedekat ini, Molly dapat melihat sesuatu yang tidak beres dari sorot pernik mata hijau ini. Bagai berhadapan dengan malaikat hitam bengis yang berbahaya, lalu Molly ... dia rela menjadi mangsa empuknya.

Tunggu dulu. Kenapa aku tiba-tiba berpikiran begitu?

Dia mengerjapkan mata beberapa kali, menarik kesadarannya kembali ke masa kini. Bisa-bisanya Molly memikirkan hal kotor, vulgar, tidak pantas terhadap orang asing yang baru ditemuinya. Gagasan jatuh ke pelukan serta menjadi mangsa empuk sangat tidak mencerminkan seorang wanita terhormat.

Molly kemudian membuang muka, memaksa dirinya bersikap tenang meskipun dadanya berdebar aneh.

Lelaki itu tertawa kecil, lalu mengambil jarak. Ia mengambil gelas, menyesap minumannya sambil terus memandangi Molly. "Jatuh hati dengan warna mataku?"

Gila!

"Kepercayaan diri dalam dirimu patut diapresiasi, Tuan." Molly berkata datar, suaranya dingin namun bergetar halus. "Tapi, tidak semua wanita akan terbuai senyuman manismu."

"Ya ampun, Nona. Kau melukai hatiku." Lelaki itu memegang dadanya dramatis, bertingkah tengah terluka. "Yah, setidaknya kau menyebut senyumanku manis. Tidak semua orang mampu membeli gula."

Molly meremas roknya di samping tubuh, berusaha tetap rileks.

Si pemilik kedai, yang ternyata mengamati mereka berdua tiba-tiba ikut tertawa. Namun tawanya seolah ditahan untuk menghormati perasaan Molly.

Tidak. Molly tak akan terpancing. Dia harus tetap tenang dan bersikap selayaknya perempuan terhormat.

Sungguh, harga diri Molly tercoreng secara terang-terangan. Namun, berdebat dengan orang-orang mabuk hanya akan membuatnya terlihat jauh lebih bodoh dan tentunya malah menjadi bahan komedi—kemungkinan terburuk adalah gosip. Tidak, Molly tak menginginkannya. Lebih baik untuk tak meladeni laki-laki yang tidak waras dan kembali memfokuskan pencariannya.

Dia adalah penyair, dan mungkin memiliki kekuatan ajaib seperti yang dirumorkan dalam surat kabar. Pertama adalah koin, sekarang ... sekarang ini!

"Jadi, mengenai pertanyaanku tadi, bagaimana pendapatmu?" Molly mengalihkan perhatiannya kepada si pemilik kedai.

Si pemilik lantas menegakkan tubuhnya, menggosok tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, ya. Tentang apa yang dibicarakan oleh kakakmu yang berambut merah itu?"

Molly mengangguk, wajahnya menegang akibat kesabarannya yang hampir setipis busa ale.

"Ya, aku mendengar kalau dia mencari artefak sejarah milik mendiang permaisuri pertama Kerajaan Musim Semi." Si pemilik menjelaskan. "Kalau tidak salah namanya Keajaiban Bilena. Dia hanya mengatakan tentang hal itu."

"Bagaimana sosok informan yang berbicara bersama kakakku? Apakah kau benar-benar tidak mengingatnya?" Molly kini benar-benar terdengar memohon. Akan tetapi, si pemilik kedai menggelengkan kepalanya.

Padahal mudah bagi Molly melacak Agatha bila saja informan itu ada di sini. Mungkin saja posisi kakaknya tak jauh-jauh dari desa dan masih bisa terkejar hingga ke dalam hutan.

Tak ada petunjuk maupun solusi, satu pun tak ada. Molly mendengkus putus asa, memikirkan Pandia. Lalu, di mana lagi dia harus mencari petunjuknya?

"Akhir-akhir ini banyak sekali yang mencari Keajaiban Bilena, ya. Untuk apa orang mencari benda itu jika mereka bisa menciptakan keajaiban sendiri?" Si penyair itu ikut menimpali. Suaranya terdengar sinis, seolah merendahkan. "Artefak itu tidak lebih dari sekadar dongeng."

"Orang-orang mencarinya karena benda itu bernilai untuk dijual." Si pemilik kedai menjawab acuh tak acuh seraya memberikan sebotol rum kepada seorang pengunjung di sebelah kiri Molly.

Si lelaki bermata zamrud itu mengusap dagunya, lalu menanyakan, "Dan untuk apa, seorang perempuan manis sepertimu mencari artefak itu?" Mendadak, gaya bicaranya diselimuti oleh sopan santun ketika bertanya.

Molly menyipitkan mata, curiga. Alih-alih menjawab pertanyaan lelaki asing itu, dia malah bertanya, "Kau mengetahui sesuatu?" Ya, ada sebuah perasaan yang menggumpal dalam hatinya. Perasaan dejavu. "Kau pernah bertemu kakakku?"

Si penyair menaikkan satu alisnya, seolah bingung sekaligus geli dengan nada tajam Molly.

"Katakan padaku di mana kau terakhir kali melihatnya, aku akan menyusulnya." Molly bersikeras.

"Tidak. Aku tidak pernah bertemu atau melihat kakakmu, Nona." Lelaki itu mendengkus, lagi-lagi bosan, lalu meneguk ale-nya. "Tapi aku tahu seseorang yang memiliki informasi tentang Keajaiban Bilena."

Seumpama harapan adalah sepasang sayap putih yang bersinar, maka sekarang Molly pasti merentangkan sayapnya lebar-lebar. Lalu mengepakkan sayapnya terbang melintasi langit malam, menyinari jalanan gelap Nevervale dan membuat bulan cemburu .

Molly secara tidak sadar mendekatkan tubuhnya kepada si lelaki. Matanya membulat penuh oleh harapan saat mengonfirmasi, "Sungguh?"

Si penyair mencondongkan tubuhnya ke belakang, sedikit menjauh. Wajahnya setengah cemberut dan terbata sewaktu menjawab, "Ya." Sebelum Molly sempat membuka mulutnya untuk berbicara, si lelaki menyahut, "Tapi, tidak."

Molly mendengus kecewa saat mendengarnya. "Apa maksudmu berkata begitu?"

"Menyusul kakakmu adalah ide yang berbahaya. Saranku, kau kembali ke rumah, duduk manis sambil berdoa agar dia pulang selamat." Lelaki itu turun dari kursi tinggi sambil membawa gelasnya. Dia tersenyum angkuh melihat wajah Molly yang tertegun.

"Kembali pulang? Aku tidak ingat meminta pilihan darimu, Tuan." Molly mendengus, menahan perasaan jengkel dalam hatinya. Ia melipat tangannya di dada. "Jika kau tahu sesuatu, beritahu aku. Sikap sinismu tidak akan menghentikanku."

"Kau benar-benar berpikir aku akan menyia-nyiakan waktuku pada seseorang yang begitu naif? Itu menggemaskan." Si penyair membalas dengan nada menggoda namun penuh sarkasme.

Pernik mata Molly menajam, meskipun hatinya tertegun oleh kata-katanya. "Naif? Maksudmu, usahaku mencari kakakku adalah hal yang naif? Oh, aku tersanjung atas penilaianmu padaku." Suaranya tidak kalah lancang dan berani dari si lelaki. "Jangan anggap aku sepele. Aku tidak butuh belas kasihanmu, yang aku butuhkan adalah informasi"

Dia menyeringai skeptis, mengatakan, "Sekilas info: itu bukan urusanku. Dunia ini tidak seindah pikiranmu. Jadi, menyerahlah."

Molly tertawa kecil tanpa sadar. Jengkel, kecewa, dan kesal bercampur aduk menjadi satu—menggumpal di bagian terdalam hatinya. Dia menganggukkan kepalanya lalu mengatakan, "Aku setuju dengan kalimat terakhirmu. Tapi, aku tidak akan membiarkan keraguan mengikatku. Dan bilamana kau tidak menghendaki untuk membantu, aku mengerti. Aku juga tidak akan menyia-nyiakan waktuku bersama orang vulgar sepertimu."

Lelaki itu tertegun mendengar perkataan Molly, matanya membulat sempurna, mulutnya menganga lebar. Dia ingin membalas, namun tak menemukan kalimat yang pas, alhasil kembali mengatupkan mulutnya.

Molly berencana pergi dari tempat itu. Selain malam semakin larut, dia juga tidak ingin terbakar api amarah seperti Agatha, kakaknya. Sayangnya, ketika hendak membalikkan badan, Molly malah menabrak seorang pemabuk yang melintas, menyebabkan botol rum milik pria itu jatuh pecah di lantai.

"Hei! Kalau jalan pakai mata!" hardik pria mabuk itu. Dia mengangkat tangannya hendak menampar Molly, namun perempuan muda itu berhasil menepis tangannya cepat dan mendorongnya menjauh. Membuat beberapa pria di sana tertegun menyaksikan kemampuan Molly membela diri. "Ganti rum-ku!" protes si pemabuk.

Molly mengepalkan tangan di samping tubuh, hebatnya dia masih bisa berbicara tenang. "Baik." Matanya melesat ke pemilik kedai. "Tuan, berikan aku satu botol rum untuk tuan di sebelahku ini, sebagai permintaan maafku. Berapa harganya?"

Sekarang Molly melirik tajam kepada si lelaki bermata zamrud, membuat si penyair menaikkan satu alisnya.

Si pemilik mengeluarkan sebotol rum dari dalam laci di belakang meja bar, membuka tutup botol, dan menjawab, "Satu keping koin emas, Nona."

"Tentu." Molly tersenyum tipis. "Tagihannya akan dibayar oleh tuan muda ini."

Dia mendekat kepada si lelaki, matanya menatap tajam penuh keberanian.

Pandangan si penyair bergerak turun, menyambut tatapan kedatangan Molly yang mendekat padanya, namun dia tidak berkata apa pun.

"Dua keping koin untuk satu senar kecapi yang putus."[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hamufield
27651      3170     13     
Fantasy
Kim Junsu: seorang pecundang, tidak memiliki teman, dan membenci hidupnya di dunia 'nyata', diam-diam memiliki kehidupan di dalam mimpinya setiap malam; di mana Junsu berubah menjadi seorang yang populer dan memiliki kehidupan yang sempurna. Shim Changmin adalah satu-satunya yang membuat kehidupan Junsu di dunia nyata berangsur membaik, tetapi Changmin juga yang membuat kehidupannya di dunia ...
Glad to Meet You
264      203     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...
Puncak Mahiya
554      399     4     
Short Story
Hanya cerita fiktif, mohon maaf apabila ada kesamaan nama tempat dan tokoh. Cerita bermula ketika tria dan rai mengikuti acara perkemahan dari sekolahnya, tria sangat suka ketika melihat matahari terbit dan terbenam dari puncak gunung tetapi semua itu terhalang ketika ada sebuah mitos.
House with No Mirror
391      292     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
ALACE ; life is too bad for us
1022      617     5     
Short Story
Aku tak tahu mengapa semua ini bisa terjadi dan bagaimana bisa terjadi. Namun itu semua memang sudah terjadi
Mic Drop
419      328     2     
Fan Fiction
Mic Drop (Ethereal/7 Raga 1 Asa) Ethereal adalah boy band ternama dari kahyangan (langit lapis ke-7) beranggotakan 7 pangeran tampan (MarJinny, MarYoonGa, MarJayHop, MarJooni, MarChimmy, MarTaeVi, dan MarJuki). Selain berparas tampan, mereka juga memiliki suara yang indah, sehingga dijuluki the golden voices alias suara emas. Masing-masing anggota memiliki mic dengan warna yang berbeda. Se...
The Golden Prince
64      56     1     
Fantasy
*Nggak suka cerita Aksi-Fantasi? Coba dulu ini! nggak nyoba nggak akan tahu!! *BUKAN TERJEMAHAN, cerita ini ori hasil ketik tangan penulis, jadi please jangan plagiat!! [Blurb]------------------------------ Ini tentang seorang Kesatria muda, seorang Master Pedang paling cemerlang di Kerajaannya - yang terlempar ke masa depan, ke 10 tahun di depan. Dunia yang dikenalnya telah berubah, lo...
Detective And Thief
3868      1194     5     
Mystery
Bercerita tentang seorang detektif muda yang harus menghadapi penjahat terhebat saat itu. Namun, sebuah kenyataan besar bahwa si penjahat adalah teman akrabnya sendiri harus dia hadapi. Apa yang akan dia pilih? Persahabatan atau Kebenaran?
Secret Garden
260      220     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
5710      1090     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...