Loading...
Logo TinLit
Read Story - Because I Love You
MENU
About Us  

“Kamu tahu itu cinta ketika yang kamu inginkan

hanyalah orang itu bahagia, bahkan ahkan jika kamu bukan

bagian dari kebahagiaan mereka.”

-Julia Robert-

          Abhi masih mematung mendengar ucapan Sakha yang memanggilnya dengan sebutan Papa. Bahkan ia masih terdiam ketika Sakha mengatakan hal yang sama. Abhi baru sadar dari ketertegunannya ketika bocah itu bangun dari posisi berbaringnya dan merangkul Abhi.

          “Pa, Papa Sakha…,” ucap Sakha.

          “Apa Nak? Coba ulangi…,” pinta Abhi belum percaya dengan pendengarannya sendiri.

          “Papa, Om Papa Sakha, benal bukan?” Sakha malah balik bertanya, untuk meyakinkan bahwa perkiraannya benar atau tidak.

          Abhi menganggukkan kepalanya. Ia memeluk erat tubuh gembul bocah lelaki itu.

          “Iya Nak ini Papa. Papa Sakha..,” ujar Abhi dengan suara parau mencoba menahan tangisnya.

          Sementara Sakha masih memeluk Abhi erat dengan isak tangis. Bocah itu tampaknya tak berani menangis dengan kencang, yang Abhi dengar hanyalah tangis sesenggukan Sakha.

          Abhi mengurai pelukannya ketika isak tangis Sakha mulai mereda. Ia mengusap bekas air mata yang menggenang di pelupuk mata dan pipi putranya itu. Abhi mengambil napas dalam sebelum akhirnya bertanya kepada sang putra.

          “Sakha, sejak kapan Sakha tahu kalua Om adalah Papa Sakha?” tanya Abhi.

          “Bebelapa hali yang lalu….,” ucap Sakha.

          “Siapa yang memberi tahu Sakha?” tanya Abhi.

          Sakha pun menggelengkan kepalanya. Pasalnya, ia memang tahu sendiri dengan perkiraannya sendiri yang mungkin bagi Sebagian orang mustahil. Tidak mungkin anak sekecil Sakha akan mengerti. Tapi, itulah bedanya Sakha di bandingkan dengan bocah kecil lainnya. Sakha terlalu pintar dan sulit sekali rasanya membohongi bocah kecil itu.

          “Mama? Kakek?”

          Abhi kembali menanyakan siapa yang memberitahu kepada Sakha bahwa dirinya adalah Papa Sakha. Sakha pun kembali menggelengkan kepalanya.

          “Bukan. No mama, No Kakek. Cakha liat foto kecil Mama di buffet tempat nyimpen kacet cpongbob Cakha. Awalnya, Cakha cali-cali kacet, telus nemu foto mama. Pas Cakha buka kok anak foto anak kecil milip mukanya kayak Cakha. Cakha pun akhilnya nanya Bi Ningcih kalna mama gak ada. Kata Bi Ningcih itu foto Mama cama Om Abhi…,” jelas Sakha dengan suara cadel khasnya.

          Abhi mendengarkan dengan saksama penjelasan Sakha dengan ucapan cadelnya itu. Ia sedikit banyak mengerti apa yang dimaksud putranya.

          “Nama Om, Om Abhi kan?” tanya Sakha. Abhi pun mengangguk, menjawab pertanyaan Sakha.

          “Nah, Cakha nggak pelcaya kalua foto itu Om Abhi, macak cih wajahnya milip sama foto Cakha di hpnya Mama…,” jelas Sakha. Abhi pun masih menyimak pernyataan Sakha.

          “Terus…,” tanya Abhi.

          “Telus Cakha mau nanya cama Mama kalua itu foto Cakha bukan Om Abhi, tapi Cakha lupa naluhnya. Cpongbobnya main jadi Cakha lupa, nggak inget lagi. Waktu mau tidul Cakha balu inget lagi dan Cakha nanya cama Mama meski nggak ada foto. Ma, kalau olang wajahnya milip itu altinya apa?” jelas Sakha.

          “Mama bilang apa?” tanya Abhi.

          “Mama bilang kalua milip belalti caudala Om, kayak Kak Dan cama ade Jiji. Tapi Om Abhi kan nggak mungkin caudala Cakha, Om nggak mungkin lahil dali pelut Mama, Om aja udah besal, udah tua hampil kayak mama, cementala Cakha masih kecil. Jadi, Cakha pikil mungkin hubungannya olang tua cama anak, Om. Cakha tahu coalnya cama kayak adek Jiji sama tante Luna milip banget, fotonya waktu kecil juga cama. Kalna itulah Cakha pikil mungkin Om Abhi itu Papa Cakha kalna milip sepelti adek Jiji yang milip mamanya yaitu tante Luna…,” jelas Sakha.

          Lagi-lagi Abhi dibuat tertegun dengan ucapan Sakha. Ia sedikit banyak mengerti penjelasan Sakha dimana bocah itu tahu bahwa dirinya adalah Papa kandungnya yakni dari foto masa kecilnya dengan Nara dulu yang tidak sengaja ditemukan oleh bocah itu.

          Hal itulah yang juga membuat Abhi meyakini bahwa Sakha adalah darah dagingnya melihat wajahnya yang memang duplikat dirinya sewaktu kecil. Tapi, satu hal yang membuat speechless adalah Sakha yakin bahwa dia Papanya karena tak mungkin saudara usianya terpaut jauh dan seusia mamanya pula. Lantas mamanya melahirkan di usia berapa kalua anaknya usianya sama dengan sang mama, begitulah logikanya. Abhi kemudian bergumam, benarkah anak usia lima tahun bisa berpikir seperti itu? Atau…hanya Sakha?

          “Nak, Sakha umur lima tahun kan?” tanua Abhi kemudian. Sakha pun menganggukkan kepalanya.

          “Bagaimana Sakha bisa sepintar ini?” tanya Abhi.

          “Cakha pintal Pa?” tanya Sakha balik.

          “Tentu saja pintar bisa tahu Om Abhi adalah Papa Sakha dari selembar foto,” ujar Abhi.

          Mendapati pujian dari sang papa bocah itu tersenyum lebar.

          “Belalti Daddy benel Pa. Kalau Cakha pintal bakal bisa cepet ketemu Papa cepelti cekalang..,” ucap Sakha sembari kembali memeluk Abhi.

          Abhi menepuk-nepuk lembut punggung Sakha. “Daddy siapa Nak?” tanya Abhi.

          Sakha pun mengalihkan atensinya menatap Abhi sebelum menjawab pertanyaan lelaki itu.

          “Daddy Pa, Daddy-nya Cakha. Olangnya baik, cuka beliin Cakha ice clim, mainan, daddy juga ganteng tapi lebih ganteng papa cih menulut Cakha. Ntal Cakha kenalin ke Papa kalua Daddy dating.

          Abhi yang masih belum mengerti siapa “Daddy” yang dimaksud Sakha pun hanya menganggukkan kepalanya. Ia enggan bertanya lagi pada putranya itu karena beberapa kali sang putra menguap, tanda bahwa ia tengah mengantuk. Abhi pun mencoba menidurkan Sakha. Hingga kemudian terlintas satu pertanyaan yang mengganggunya, mau tak mau ia harus menuntaskan rasa penasarannya itu walaupun putranya sudah mulai mengantuk.

          “Nak, apa Mama pernah bilang kalua Papa di surga?” tanya Abhi sembari masih menepuk-nepuk pantat sang putra.

          Sakha yang berada dalam pelukan Abhi di posisi berbaringnya menggelengkan kepalanya, hal itu dirasakan Abhi ketika kepala Sakha bergerak-gerak menyentuh lehernya.

          “Mama bilang Papa kelja di tempat yang jauh dan cemua itu buat Cakha. Buat beli mainan lobot Cakha, cucu Cakha, pempes Cakha… Jadi Mama bilang Cakha nggak boleh nangis nyali-nyali Papa, takut Papa cedih…,” ujar Sakha.

          “Sakha kangen Papa?” tanya Abhi. Sakha kembali menganggukkan kepalanya.

          “Kangen. Kangen Papa, cangat. Mama juga. Mama celing nangis liatin foto di dompet. Cakha nggak tahu fotonya ciapa. Telus Cakha pikil pasti Mama kangen Papa juga kalna nangis kayak Cakha kalua lagi kangen Papa,” jelas Sakha dan kini bocah itu menutup matanya perlahan-lahan.

          Melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, Abhi pun perlahan-lahan turun dari ranjang. Ia mengecup kening sang putra dan menyelimutinya sebelum beranjak keluar kamar. Tampak dilihatnya Pak Bumi berdiri di depan pintu kamar yang memang tidak Abhi tutup semenjak ia bermaksud untuk memindahkan Sakha ke ranjang. Dan sepertinya, Papa Nara itu juga mendengarkan percakapan antara dirinya dan Sakha.

          Papa Nara menepuk lembut bahu Abhi dan Abhi mengerti bahwa itu adalah salah satu bentuk pemberian semangat pada Abhi. Abhi pun membalas dengan anggukan kepala. Selepas kepergian Pak Bumi, Abhi kembali ke ruang keluarga. Kali ini, Abhi menggendong Nara dan hendak memindahkan gadis itu ke ranjang tepat di samping putranya yang tertidur pulas. Abhi menatap lamat wajah Nara, menyingkirkan poni ke samping agar tak menutupi wajah gadis itu.

          “Kenapa membohongiku Nara…?” ujar Abhi lirih.

💮💮💮

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Madesy

    lanjutt....

    Comment on chapter 8 II Selangkah Lebih Dekat
Similar Tags
CHANGE
482      344     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
Lovesick
446      327     3     
Short Story
By Khancerous Why would you love someone else when you can’t even love yourself?
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
6976      1607     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
Cinderella Celdam
1789      619     4     
Romance
Gimana jadinya kalau celana dalam kamu tercecer di lantai kantor dan ditemukan seorang cowok? - Cinderella Celdam, a romance comedy
Layar Surya
1260      759     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...
Love Arrow
443      295     2     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
Today, After Sunshine
1785      761     2     
Romance
Perjalanan ini terlalu sakit untuk dibagi Tidak aku, tidak kamu, tidak siapa pun, tidak akan bisa memahami Baiknya kusimpan saja sendiri Kamu cukup tahu, bahwa aku adalah sosok yang tangguh!
Dear, My Brother
807      519     1     
Romance
Nadya Septiani, seorang anak pindahan yang telah kehilangan kakak kandungnya sejak dia masih bayi dan dia terlibat dalam masalah urusan keluarga maupun cinta. Dalam kesehariannya menulis buku diary tentang kakaknya yang belum ia pernah temui. Dan berangan - angan bahwa kakaknya masih hidup. Akankah berakhir happy ending?
Love Letter: Mission To Get You
467      363     1     
Romance
Sabrina Ayla tahu satu hal pasti dalam hidup: menjadi anak tengah itu tidak mudah. Kakaknya sudah menikah dengan juragan tomat paling tajir di kampung. Adiknya jadi penyanyi lokal yang sering wara-wiri manggung dari hajatan ke hajatan. Dan Sabrina? Dicap pengangguran, calon perawan tua, dan... “beda sendiri.” Padahal diam-diam, Sabrina punya penghasilan dari menulis. Tapi namanya juga tet...
Anything For You
3302      1330     4     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...