Pertandingan sesi kedua dimulai dengan suasana yang penuh antisipasi dari semua pihak. Para peserta telah berkumpul di sekitar meja masing-masing, siap menunjukkan keterampilan mereka dalam pembuatan kopi. Christopher mengambil mikrofon, mengumumkan tantangan berikutnya.
"Sesi kedua akan menghilangkan dua peserta lainnya," kata Christopher dengan nada serius. "Kali ini, kalian akan diuji dalam pembuatan Vietnam Drip, V-60, dan Japanese Iced Cold."
Di antara para peserta, dua barista dari Shiosai Kamomei saling bertukar senyum. Mereka melirik Marlin dengan pandangan merendahkan. Marlin, mantan rekan mereka yang menjadi anak emas Christopher hingga di delegasikan ke Nagisano Shizuka itu dipandang sebelah mata oleh mereka. Tim Shiosai Kamomei yakin bisa mengalahkan Marlin dengan mudah.
Arlend dan Marlin langsung beraksi, memulai dengan Vietnam Drip, memilah setiap biji kopi Red Bourbon dengan seksama, menimbang gramasinya secara sempurna. Mereka bekerja dengan cepat dan cekatan, berusaha menunjukkan yang terbaik. Sementara itu, Yuki menghampiri Minoru, yang berdiri agak jauh dari kerumunan.
Minoru menatap Yuki dengan senyuman hangat. "Sudah lama, Yuki. Kau pasti sudah lupa, tapi aku pernah bekerja di Nagisano Shizuka bersama Benjiro."
Yuki terdiam sejenak, mencoba mengingat kembali. Kemudian, bayangan masa lalu muncul di benaknya. Ia ingat saat dirinya masih kecil, melihat dua pria yang jauh lebih muda mengelola kedai kopi yang kecil, Nagisano Shizuka, hampir 20 tahun yang lalu.
"Kakek Minoru..." Yuki akhirnya berkata, "Aku ingat sekarang. Kau dan Kakek Benjiro... kalian yang membuat Nagisano Shizuka seperti sekarang."
Minoru tertawa pelan. "Benar. Kami berdua bekerja keras untuk membangun kedai itu. Dan melihat kau sekarang, aku yakin kedai itu ada di tangan yang tepat."
Sementara itu, Kaoru Hana dari Kedai Hana dan timnya juga bekerja dengan penuh konsentrasi, ia mengarahkan dengan bahasa isyarat yang dipahami dengan baik oleh barsitanya. Tim Tsurumi Satou tidak kalah serius, berusaha memberikan yang terbaik untuk mempertahankan nama baik kedai mereka, kedai dengan resep tua itu sangat ketat dengan SOP yang diturunkan turun temurun dari Ishima Minoru.
Yuki yang berada di sisi Minoru, mendengarkan cerita-cerita masa lalu orang tua itu akhirnya mengerti bagaimana kakeknya, Benjiro, sangat menjaga tradisi melalui resepnya yang tidak diubah oleh Yuki meskipun ia sebenarnya menginginkan perubahan untuk mengikuti selesai pasar kekinian.
Kembali ke meja tim Nagisano Shizuka, Arlend dan Marlin bekerja dengan sangat tenang, setiap gerakan mereka terkoordinasi dengan baik. Mereka tahu bahwa setiap detail dalam pembuatan Vietnam Drip harus sempurna. Biji kopi Red Bourbon yang sudah mereka pilah dan timbang akhirnya diproses dengan hati-hati.
"Dengan berat biji kopi sebesar 12 gram, kita pastikan total air yang masuk adalah sebesar 170 ml, itu adalah rasio 1 banding 14 untuk kopi dan air, sementara itu, kau bantu aku memastikan suhu air tepat pada 92°C dan gilingkan kopi dengan ukuran medium," bisik Arlend sambil menimbang biji kopi dengan teliti. Marlin mengatur suhu air hingga mencapai 92°C dan mulai menggiling kopi sesuai arahan Arlend. Mereka tahu bahwa suhu dan waktu adalah kunci untuk menghasilkan cita rasa yang sempurna.
Arlend membasahi Dripper terlebih dahulu untuk memastikan suhu yang konsisten. Kemudian, Marlin menuangkan kopi yang sudah digiling ke dalam dripper dengan hati-hati, untuk perlombaan ini tidak memakai krimer seperti yang mereka biasa lakukan di kedai. Proses Blooming dimulai, menggunakan rasio dua kali dari berat kopi dan membiarkannya selama 30 detik untuk melepaskan gas yang terperangkap di dalam kopi.
Setelah itu, Arlend melanjutkan dengan proses Pouring, menuangkan total 170 ml air dengan gerakan memutar searah jarum jam, memastikan ekstraksi kopi merata. Waktu Brewing diatur tepat selama tiga menit empat puluh detik. Saat proses Brewing selesai, mereka menyajikan kopi dalam lepek kecil dengan sendok kecil, mengikuti standar penyajian yang begitu ketat sesuai dengan yang Yuki tetapkan di Nagisano Shizuka.
Dari kejauhan, Yuki memperhatikan tim Tsurumi Satou yang beranggotakan Himawari dan Daisuke. Mereka tampaknya menggunakan teknik yang hampir sama dengan Nagisano Shizuka. Yuki ternganga tidak percaya melihat kemiripan itu. Minoru, yang berdiri di sampingnya, tersenyum melihat reaksi Yuki.
"Kita memiliki kompetisi yang kuat," kata Minoru dengan nada tenang. "Tapi itu juga berarti kita harus lebih fokus melihat perkembangan mereka, Yuki."
Sementara itu, tim dari Shiosai Kamomei tampak begitu percaya diri dengan kemampuan mereka. Setiap gerakan mereka menunjukkan keahlian dan keyakinan. Mereka tahu apa yang mereka lakukan dan yakin bisa mengungguli yang lain.
Di sisi lain, tim dari Hana sedikit lebih lambat, karena mereka mengutamakan presisi. Kaoru Hana mengajarkan mereka untuk tidak terburu-buru dan menghasilkan rasa yang presisius, terus mengingatkan mereka dengan bahasa isyarat dari kejauhan. Mereka bekerja dengan tenang, mengikuti setiap langkah itu dengan hati-hati.
Ketika semua tim menyelesaikan pembuatan Vietnam Drip mereka, para juri mulai menilai. Mereka mencicipi setiap cangkir dengan cermat, mengamati dan mencatat setiap detail rasa, aroma, dan keasaman.