Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love 90 Days
MENU
About Us  

Perasaan Ara gelisah bukan main selama menanti bel istirahat pertama berbunyi. Monic di sampingnya berkonsentrasi menyimak materi, pun dengan Vika yang hampir tidak pernah menoleh ke belakang sejak kesalahpahaman itu terjadi.

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Seperti biasanya, semua langsung menghambur ke luar kelas. Di antara anak-anak yang saling mendahului untuk keluar, ada seseorang yang malah menerobos masuk ke dalam kelas.

Iago.

Cowok yang kali ini tidak mengenakan hoodie-nya itu terlihat keren dalam balutan seragam khas sekolah berupa kemeja putih dengan kelim biru tua kotak-kotak, serta celana panjang yang sama dengan kelim kemejanya. Sampai di dalam kelas, Iago celingukan mencari-cari Ara.

Dion yang mengetahui kehadiran Iago langsung berteriak, “Woy! Cepet banget lo sampai sini? Baru juga bel.”

Yang diteriaki langsung berjalan ke arah Dion.

“Tumben lo main ke kandang gue,” kata Dion lagi.

“Gue boleh pinjem bangku lo sebentar?” tanya Iago pada Dion. “Gue mau ngomong sama mereka bertiga.”

“Ya kan tinggal ngomong aja. Cepet!”

“Tapi lo pergi dulu. Gue ada perlunya cuma sama mereka, bukan sama lo.”

“Njirrr. Gue diusir dari kandang gue sendiri,” gerutu Dion. “Tapi ntar istirahat kedua lo traktir gue makan di kantin, ya?”

“Kantin lo rampok juga sah-sah aja. Nanti biar gue yang bayar.”

“Wuih!” Dion menonjok main-main dada Iago. “Eh, tapi inget, lo jangan apa-apain cewek gue!”

Iago memutar mata. “Gue cuma mau ngomong doang,” tegasnya.

Monic yang semula duduk di samping Ara pindah ke sebelah Vika, mempersilakan Iago untuk menduduki kursinya.

“Jadi lo mau ngomong apa?” sentak Vika tak mau berbasa-basi.

“Pertama gue mau minta maaf, gara-gara gue, lo berdua jadi salah paham ke Ara,” ucap Iago pada Vika dan Monic. “Gue butuh Ara, tapi sayangnya gue nggak bisa kasih tahu alasan gue sekarang, nanti kalian semua juga pasti bakalan tahu kalau Ara nolongin gue. Lalu soal gue bantuin Ara,” Iago menelan ludah, “gue tulus bantu dia.”

“Gue nggak percaya sama lo,” hardik Monic. “Lo itu kurang apa sih, Go? Lo pasti berniat PHP-in Ara dengan bilang kalau lo bisa bantuin dia cari cowok itu.”

“Dan begonya lagi dia percaya gitu aja.” Vika melirik Ara.

Ara menggeram diam-diam, ingin sekali menyudahi semua ini. Menurutnya, penjelasan Iago tidak akan memperbaiki apa-apa.

“Sebagai sahabat harusnya kalian berdua lebih tahu apa yang dirasakan Ara.”

“Lo itu sok tahu banget sih!” Vika menyolot tak terima.

“Karena gue emang tahu,” balas Iago kalem.

Mereka semua terdiam. Vika dan Monic saling bertukar pandang, sementara Ara sibuk menghindari tatapan Iago.

“Ara bakal mati kalau sampai nggak ketemu sama cowok itu,” ujar Monic. “Gue sama Vika cuma nggak mau Ara mati.”

Iago tersenyum miring. “Dengan cara ngejar cowok-cowok yang pernah nembak dia?”

Tak ada yang menyahut.

“Cara gue lebih efektif. Gue bisa cari tahu tanpa perlu Ara balik kucing ke cowok-cowok itu,” lanjut Iago.

Vika menggeleng. “Kalau informasi yang lo dapet nggak akurat gimana?”

“Lo bisa pegang omongan gue.”

Ara yang sejak tadi hanya menyimak akhirnya angkat bicara. “Cukup,” desisnya tertahan. “Gue bakal cari cowok itu sendiri.” Dia bergantian menunjuk Iago, Vika, dan Monic. “Lo, lo, dan lo.... Nggak usah bantuin apa-apa. Toh kalau cowok itu nggak ketemu, yang bakal mati itu gue, bukan kalian. Jadi—”

“Gue nggak mau lo mati, Ra!” geram Iago, tangannya spontan menggebrak meja.

“Lo bilang gitu karena lo masih butuh bantuan gue, kan?”

Iago memasang wajah tak percaya. “Lo beneran mikir gitu ke gue?” tanyanya. “Picik banget sih lo! Gue tulus mau bantuin lo, bahkan gue nggak peduli pada akhirnya lo mau nolongin gue atau nggak. Gue nggak mau lo mati, Ra! Berapa kali sih gue harus bilang itu ke lo?”

Ara tersentak. Belum pernah Iago terlihat semarah ini.

“Lo nggak nolongin gue, gue nggak bakalan mati. Tapi lo.... Lo itu bakalan mati kalau nggak bisa menemukan cowok itu. Lo ngerti nggak sih?!” lanjut Iago lantas berdiri. “Seumur-umur gue nggak pernah mikirin orang yang bukan siapa-siapa gue. Lo yang pertama. Dan lo juga yang pertama ngebuang niat baik gue.”

Perasaan Ara berkecamuk tak keruan. Apa pun yang baru saja terjadi, semua ini di luar perkiraannya. Dan sekarang dia tak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiknya. Dalam hatinya Ara sadar, jika dia baru saja menyakiti Iago.

“Makasih udah bikin gue kecewa,” desis Iago sebelum memalingkan muka dari Ara dan berjalan keluar kelas, meninggalkannya bertiga dengan Vika dan Monic yang sama-sama bingung.

Vika yang pertama mengguncang tubuh Ara. “Ra, lo nggak apa-apa, kan?”

Air mata dengan cepat menggenangi pelupuk mata Ara. Tidak pernah hatinya terasa sesakit ini, sampai-sampai rasanya bernapas pun sulit. Hidupnya dulu selalu santai, hanya didominasi oleh bersenang-senang. Namun kali ini kenapa semua di sekelilingnya terasa sangat serius?

“Ra, gue minta maaf,” kata Vika lagi. “Gue sama Monic salah karena udah mikir gitu ke lo, padahal kita nggak tahu lo udah mati-matian nolak Iago.”

“Iya, Ra, jangan nangis dong.” Monic cepat-cepat mengambil tisu dan menyeka air mata Ara. “Setelah gue ngelihat Iago, gue rasa tuh anak ada benernya. Dia bisa dapetin informasi apa pun—sesuatu yang kita nggak bisa.”

Vika mengangguk setuju. “Sori ya, Ra. Kami malah bikin segalanya jadi berantakan.”

Ara menelungkupkan kepalanya di atas meja. Dan menangis. Kesalahpahamannya dengan Vika dan Monic memang sudah selesai, akan tetapi timbul masalah baru antara dirinya dan Iago.

Sungguh, Ara tidak pernah seperti ini ketika berurusan dengan cowok. Bahkan menolak cowok pun dapat dilakukannya dengan mudah. Lantas kenapa dengan Iago semuanya terasa begitu rumit?

Kenapa setelah berhasil menata semua yang berantakan, Ara masih saja merasa ada sesuatu yang tidak pada tempatnya?

Entahlah.

*

 

Napas Iago masih memburu ketika dia akhirnya berhasil kembali ke kelasnya. Kecewa di dadanya tak dapat ditangkal. Rasanya tidak sampai sakit, hanya saja ... aneh. Pokoknya tidak wajar.

Mengabaikan tatapan teman-teman sekelasnya, Iago mulai mengingat-ingat kenapa dia bisa menjadi seperti ini dengan Ara. Ketika memutuskan untuk meminta bantuan cewek itu, detik itu juga Iago seperti terikat. Semula yang dikiranya mudah, ternyata jauh lebih sulit. Ara membuatnya mengejar-ngejar, menginvasi kepalanya, terus berputar-putar dan membayanginya

Jangan-jangan....

Tak butuh waktu lama bagi Iago untuk menerka perasaan apa yang tengah merasukinya. Namun bila mengingat begitu gigihnya Ara menolak cowok-cowok yang pernah menyatakan perasaannya, Iago merasa ciut. Selama ini dia yang selalu dikejar-kejar, belum pernah sekali pun menerima penolakan. Hanya Ara. Hanya cewek itu yang dengan terang-terangan menolaknya.

Jika biasanya Iago yang mengecewakan seseorang, kali ini dia yang dikecewakan. Ironis sekali, bukan?

Sempat blank sejenak, pikiran Iago kembali melayang.... Andai saja perasaannya pada Ara terus seperti ini dan semakin dalam, ketika Ara menemukan cowok yang dicarinya kelak, apa yang terjadi pada hatinya?

Iago meringis. Jika memang skenarionya seperti itu, artinya yang dia lakukan saat ini tak ubahnya seperti aksi bunuh diri. Namun jika dia tidak membantu Ara, cewek itu akan mati. Terus terang situasi ini membuat Iago frustrasi.

Kenapa ujung-ujungnya lo tetep harus ngecewain gue sih, Ra?

*

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Werewolf, Human, Vampire
4188      1271     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY!(username: msjung0414) 700 tahun lalu, terdapat seorang laki-laki tampan bernama Cho Kyuhyun. Ia awalnya merupakan seorang manusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis vampire cantik bernama Shaneen Lee. Tapi sayangnya mereka tidak bisa bersatu dikarenakan perbedaan klan mereka yang tidak bisa diterima oleh kerajaan vampire. Lalu dikehidupan berikutnya, Kyuhyun berub...
Heya! That Stalker Boy
582      354     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
The First
521      376     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
The Twins
4540      1589     2     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...
Pemeran Utama Dzul
396      265     4     
Short Story
Siapa pemeran utama dalam kisahmu? Bagiku dia adalah "Dzul" -Dayu-
Sweet Sound of Love
476      314     2     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
Bittersweet Memories
47      47     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
587      331     4     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
Chloe & Chelsea
8628      1859     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
Ketos pilihan
788      544     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?