Surat terakhir Kenny mengisahkan peristiwa kecelakaan yang terjadi di akhir bulan Desember. Raut wajah Moon menegang. Aku tak tahu apa isi surat yang Moon kirimkan ke masa lalu. Aku hanya mengira bahwa ia ingin mencegah kecelakaan itu terjadi. Namun, apa yang telah ditakdirkan tetaplah terjadi. Kurasa begitupun dengan pernikahan kedua orang tuaku. Masih ada satu surat lagi amplop surat bertulis ‘Moon’. Entah siapa yang mengirim. Moon membukanya hati-hati, penuh sentimental.
Untuk cucuku di masa depan, tahun 2023
Bertahun-tahun aku menangisi peristiwa yang terjadi pada keluargaku. Melakukan permohonana tiap kali gerhana bulan ini muncul kembali. Mengirimkan ratusan surat untuk masa lalu yang tak pernah kembali. Tertelan dalam kotak pos merah yang membuat harapan akan surat tersebut pupus. Sebesar apa pun harapanku memohon untuk balasan surat dari masa lalu, nyatanya akhir Desember 2001 justru kuterima sebuah surat dari masa depan. Surat dari cucuku yang berusia 31 tahun. Aku membacanya, semula aku kebingungan. Kuterima suratmu dalam kondisi berduka. Tetapi ketika pemuda pemusik itu dengan tubuh mengigilnya karena hujan memasuki pintu kafe bersama seorang anak kecil berwajah ceria seperti matahari, kutahu aku bisa mengubah sesuatu untukmu. Kurasa aku bisa membantumu, itu hadiah kecil dariku.
Kakek tercintamu, 2001
Moon menenggelamkan dirinya pada kertas surat. Aku yakin ia tak berhasil menahan air mata. Di antara semua luka, kupikir luka kakek bos yang paling dalam. Rasa kehilangan yang berlarut-larut hingga tercipta keajaiban. Deretan kalimat suratnya membuatku yakin, kakek bos telah mengikhlaskan suratan takdir yang tertulis untuknya.
***
Sinar matahari mulai menyusup melewati fentilasi jendela. Kami tertidur dalam posisi pipi menempel pada meja. Saat kubuka mata, yang pertama kulihat adalah wajah bos dengan mata terpejam. Lama kupandangi rupa menawan itu.
Heran dengan diriku yang pernah menganggapnya monster. Tak terasa tanganku perlahan menyentuh hidung Moon. Malu sendiri … langsung kutarik tanganku. Moon belum mengatakan perasaannya padaku. Kami hanya merasa begitu dekat karena rahasia surat untuk tahun 2001.
Moon membuka mata, langsung menatap lurus pada pintu. “Aku merasa ada yang aneh,” ucapnya serius. Aku pun menatap pintu dan terdiam. Matahari telah tinggi. Aneh sekali jika senior tidak membuka pintu kafe. Kami memandangi pintu itu beberapa detik, lalu terkesiap menyadari sesuatu. Aku dan Moon bergegas menuju rumah di mana ibu dan adikku tinggal.
Selama perjalanan itu degup kami seperti berpacu bersama waktu. Ada yang kami takutkan sekaligus kami harapkan. Pertama kali menginjakkan kaki di rumah, bukan angin yang membuat bulu kudukku berdiri, darahku berdesir. Namun, suara gelak tawa yang terdengar familiar.
Pintu depan terbuka, aku dan Moon takut-takut mengintip melalui sela pintu yang terbuka. Rupanya kehadiran kami disadari oleh seseorang. Dia melambai dan tersenyum. Akhirnya semua orang dalan ruangan itu menoleh. Mereka memanggil kami cepat. Suara tawa renyah yang sangat kami kenali berdiri di antara mereka. Di antara ayah, ibu dan adikku Tian. Oh, tidak! Aku menutup mulutku takjub. Ayah berada di rumah. Apa masa kini telah berubah? Surat-surat itu mengubah bagian buruknya, hal yang paling mengejutkan adalah Sun dengan wajah mataharinya kini menjadi bagian dari keluargaku.
Ibu terlihat lebih menawan juga ceria. Adikku terlihat normal, tidak menggelengkan kepalanya berulang kali. Senior memanggil orang tuaku dengan panggilan “Ayah dan Ibu” aku dan Moon yang masih terkejut dipeluk oleh ayah penuh arti. Senyum yang tersungging di bibirnya adalah senyuman Kenny muda, bukan lagi senyum mengejek pria paruh baya yang keras kepala. Apakah surat yang menembus waktu itu telah mengubah masa depan Kenny muda? Jika perubahan ini membuatku memiliki keluarga utuh lagi, aku bahagia. Tanpa terasa air mata kelegaan menetes di sela tawa.