“Rin, hari ini dibenakku masih kepikiran tentang dia” curhat Amel padaku.
Sore ini, sambil ditemani segelas thai tea dan sajian kopi manis hangat, Aku dan Amel bertemu. Seperti biasa, alunan musik sendu, suara penyanyinya yang merdu, ditambah tempat duduk yang memang sengaja kami pilih di pojok kanan di bawah pohon, dengan hiasan batu batu dinding yang estetik, menambah hangatnya pertemuan kita.
Tempat ini, memang menjadi tempat favorit kami berdua, setiap kali melepas penat dari banyaknya aktivitas pekerjaan yang kami lakukan.
“Bersabarlah sebentar Mel, memang tak mudah untuk melupakan. Tapi, yakinlah itu adalah pilihan yang terbaik untukmu.” Sahutku pada Amel.
Amel, sahabatku yang satu ini adalah sosok perempuan yang tak mudah untuk jatuh cinta. Memilih untuk tidak berpacaran, di era gempuran “ayang-ayangan” kata orang, mungkin terasa sulit bagi orang-orang yang melihat Amel hanya sekedar dari luarnya. Tapi, bagiku yang telah mengenalnya sejak kecil, Amel memang merupakan sosok yang berbeda. Dia memilih untuk tidak menjatuhkan hati kepada seseorang , kecuali telah sah menjadi suaminya. Tapi, sayangnya disuatu hari Amel jatuh cinta.
Sepucuk surat yang dibarengi dengan setangkai mawar merah mendarat di rumahnya beberapa bulan yang lalu. Isinya pun hanya satu kalimat seperti ini, ‘Assalamualaikum Amelia Astuti, bolehkah aku mengenalmu? ‘ .
Dulu, aku dan Amel pun terheran-heran kok masih sempat-sempatnya ya ada orang ngirim pesan via kang paket seperti ini. Padahal ini sudah di era kemajuan teknologi. Unik memang.
Setelahnya, Amel pada akhirnya berinteraksi dengan dia via handphone, dan bertemu langsung. Dalam waktu sebulan, Amel bilang kepadaku bahwa dia yakin tak akan keliru memilih lelaki ini. Amel pun juga mengizinkannya untuk bertemu dengan ibunya di rumahnya.
Aku sebagai sahabatnya pun juga turut senang akan hal itu.
Hingga disuatu hari, lelaki itu menghilang. Bukan tak ada kabar dan tak ada alasan, dia memilih mundur dan tidak melanjutkan hubungannya dengan Amel. Setelah itu Amel pun kecewa.
“Rin, salah aku apa sih,” Tanya Amel yang sering dilontarkannya padaku beberapa bulan yang lalu. Dan hari ini, Amel mengulang pertanyaannya lagi.
“Nggak ada yang salah Mel, Jatuh cinta tak pernah salah. Karena itu, salah satu hal yang akan pasti kita temui,”
“Maka, ketika kamu jatuh Cinta, kamu juga harus siap bertanggung jawab dan menyiapkan dua bilik hati. Satu bilik hati untuk bahagia, satu bilik hati untuk perasaan terluka. Karena cinta tak melulu bicara bahagia, tapi juga bisa berbicara tentang luka dan kecewa.” Nasehatku pada Amel.
“Bijak memang sobatku ini yaa…”, seringai Amel sambil menyeruput segelas Thai Thea nya.
“Belajar dari pengalaman, dan banyak membaca Mel, “ sahutku tersenyum simpul.
Pada akhirnya, kita pun membahas topik lain yang lebih seru, daripada membahas topik tentang patah hatinya Amel yang dulu. Kata Amel, hidup harus berlanjut, karena hidup bukan tentang dia saja, masih banyak hal yang harus menjadi perhatian kita, untuk terus menjadi pribadi yang bertumbuh kea rah yang lebih baik.
----:----