Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ben & Cori
MENU
About Us  

Kantor Cabang Mega Legenda telah ditinggalkan oleh karyawannya satu per satu karena waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Namun, ada dua orang karyawan yang masih duduk diam-diaman di kursi kepunyaan Pak Raflis dan Pak Boy—sekuriti sangar tapi ramahnya minta ampun.

Dua orang itu adalah si Penaksir dan si Auditor.

"Pulang, yuk?" ajak Ben memecah keheningan.

"Aku nunggu jemputan. Bang Ben duluan aja."

Kening Ben mengusut. “Siapa yang jemput kamu?"

"Tuh." Telunjuk Cori mengarah pada sebuah sedan hitam yang baru saja parkir di sebelah Brio putih-nya Ben. Ketika seorang pria keluar dari pintu pengemudi ... Ben langsung mendengkus kesal.

"Ngapain dia jemput kamu?" desis Ben.

"Bukannya Bang Ben sendiri yang minta aku menyelesaikan masalahku secepatnya?" bisik Cori tak mau kalah.

Saat Cori benar-benar menoleh ke sebelah kirinya, dia mendapati seorang pria yang rahangnya  mengeras dan mukanya memerah. Untuk pertama kalinya Cori berhadapan dengan sifat baru Ben sejak pertama mereka bertemu: murka.

"Aku tahu, tapi nggak menjamin dia akan merayu kamu lagi agar kalian tetap bersama. Dia ... licik!"

"Bang, aku yang akan memutuskan apakah dia licik atau enggak. Bang Ben nggak berhak menilai Mas Arga. Bagaimanapun dia masih kekasihku!"

Ben bak tersambar geledek dan terbakar api cemburu. Kalimat terakhir menghempas kewarasannya.  

"Dia akan menikah dengan Riri!"

"A-Apa?!" Cori tak menutupi wajahnya yang terluka.

Saat itu juga Ben menggigit lidahnya sendiri dan dihujani penyesalan dan perasaan bersalah. Bukan tempatnya memberi tahu fakta itu. Ben sadar telah terlampau jauh masuk ke dalam masalah pribadi Cori.

"Ma-maksudku... Itu..." Mulai gelagapan si Auditor. 

"Bang Ben udah tahu Mas Arga akan menikahi Kak Riri tapi enggan memberi tahu aku?!" Suara Cori gemetar rapuh.

"Bu-bukannya aku nggak mau kasih tahu kamu, Cori."

Sebagai seorang Auditor yang terkenal lugas dan tegas dalam bicara, Ben akan mendapati lawan bicaranya tak akan sanggup membantah, apalagi melawan. Tapi dengan wanita ini, lisannya begitu berat bicara fakta, terbata-bata menyampaikan isi kepala.

Pertahanan Ben runtuh ketika tahu bahwa sewaktu-waktu mata berkaca-kaca itu bisa saja mengalirkan air mata di pipinya yang chubby. Ben hilang akal. Ben jadi tak berdaya. Pesona Cori benar-benar membuatnya terjerat dan tidak bisa melawan.

"Kenapa Abang diem aja?!" tuntut Cori di sela-sela giginya.

"Itu—, "

"Cori, yuk," potong Arga tanpa memedulikan situasi dua manusia yang sedang perang urat saraf. Ia hanya ingin membawa Cori cepat-cepat pergi dari sini. Urusan dengan Ben akan ia pikirkan nanti. 

Ben nelangsa melihat punggung tetangganya menjauh menuju mobil si pengecut itu. Ben tidak bisa berbuat apa-apa.

Sesaat sebelum Cori masuk ke kursi penumpang, ia berbalik arah dan kembali berjalan cepat menuju Ben.

Untuk sesaat, Ben dilambungkan oleh sebuah harapan: Cori kembali padanya. Namun, harapan itu menghilang secepat kedipan mata setelah rangkaian kata-kata Cori yang penuh ancaman.

"Kita harus bicara serius setelah ini, Pak Malik!"

"Tunggu!" Entah kerasukan setan apa, dengan impulsifnya Ben menahan pergelangan tangan Cori agar wanita itu tak ke mana-mana.

Anak gadis Sudjana terkesiap oleh sensasi listrik berdaya kejut rendah yang mengalir hingga ke dadanya akibat sentuhan dadakan itu.

"Aku antar."

"Mana bisa begitu, Bang," desis Cori.

Tapi Ben tidak mau berhenti begitu saja. "Nanti aku jemput."

"Bang..."

"Please, Cori. Biarkan aku jemput kamu." Tidak ada lagi harga diri Ben di depan wanita ini. Ben tidak rela Cori bersama si berengsek itu lebih lama dari itu. 

Saat ini mereka saling menatap ke dalam iris masing-masing, mencari makna dari semua debat kecil tadi.

"Kita lihat aja nanti." Pelan tapi pasti, Cori melepaskan diri dari genggaman Ben yang ... nyaman. 

Ben ditinggalkan dengan perasaan campur aduk.

Raflis dan Boy saling sikut setelah menyaksikan adegan sinetron episode ke sekian di tempat ini. Mereka sedang saling tunjuk, siapa yang mau menyapa si Auditor galau. 

Setelah perdebatan senyap semenit penuh, akhirnya Boy memberanikan diri untuk maju. 

"Pak Malik mau ngopi?"

Ben terkesiap dan menoleh ke belakang. Ia lupa ia masih berada di kantor.

"Boleh, Pak."

Tiga kopi dan sepiring gorengan terhidang di meja kecil milik sekuriti kantor Mega Legenda, membersamai senja tiga lelaki Sejahtera Bersama. 

"Diminum dulu, Pak. Biar adem kepala dan ... hatinya," tawar Boy. 

"Makasih, Pak." Ben menyeruput coffee mix buatan Raflis sedikit. "Pak Boy, Pak Raflis. Mengenai kejadian tadi pagi dan barusan, tolong dirahasiakan, ya?" pinta Ben sekali lagi. 

"Amaaan. Kami bukan pembawa acara gosip Pak Malik," ujar Raflis meyakinkan.

"Sudah banyak kami saksikan ragam cerita karyawan yang dimutasi ke kantor ini, Pak Malik, tapi tak satupun yang lolos dari mulut kami." Boy menceritakannya dengan bangga.

"Tapi kayaknya Pak Malik mesti gercep, nih," saran Raflis tiba-tiba serius.

"Gercep buat apa, Pak?"

"Pak Malik sepertinya harus menyelamatkan Bu Cori dari Mas-Mas yang tadi, deh," sambung Raflis.

"Memangnya kenapa Pak?"

Sorot mata Ben bergantian memandang Boy dan Raflis yang tiba-tiba kompak meringis tidak enakan. Dada Ben berdebar tidak nyaman.

Raflis spontan memindai keadaan sekitarnya sebelum bicara. "Saya nggak suka aja sama Mas yang tadi."

"Saya juga, Pak Malik."

Duo sekuriti itu saling pandang dan serentak berkata, "Lho, kok sama?!"

Perasaan Ben makin tidak nyaman. "Saya mendengarkan Bapak-Bapak."

"Begini, Pak Malik. Waktu shift malam, si Masnya jemput Buk Cori. Sambil nunggu Bu Cori kelar, Masnya ngejelekin Buk Cori," ungkap Raflis. "Maaf kata, dia nyinggung-nyinggung fisik Buk Cori ke saya." Raflis memberengut tidak senang.

"Saya malah pernah denger si Mas itu lagi nelepon mesraaa banget sama seseorang. Dalam hati saya, 'ini siapa sih yang ditelepon? Wong pacarnya lagi di dalem'. Gitu, Pak," cerita Boy berapi-api.

"Ada lagi, Pak Boy, Pak Raflis?"

Ben harus tahu semua kelakuan kurang ajar si berengsek Arga.

***

Untuk kedua kalinya Ben menjadi pria tak berdaya gara-gara wanita.

Yang pertama karena Sang Bunda.

Dulu Ben masih terlalu muda untuk mengerti apa artinya pertengkaran orang dewasa. Ben tidak memahami untuk apa orang tua mereka bertengkar di dalam kamar, dan keesokan harinya terlihat bahagia di depan anak-anak mereka.

Ben kesulitan menerima dengan akal sehat mengapa setelah sekian tahun menikah, akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai dengan melemparkan tuduhan menyakitkan pada satu sama lain terlebih dahulu.

Ben tidak habis pikir mengapa dirinya mau disuruh diam saja melihat bundanya menangis karena kelakuan ayahnya sendiri. Permintaan Popy kala itu membuat Ben benar-benar tak berdaya. Jiwa laki-lakinya bisa saja menghajar orang tua kandungnya karena telah menyakiti sosok yang telah mengandung, melahirkan, dan membesarkannya dengan kasih sayang. Namun, Popy berhasil menahan gejolak jiwa remaja Ben agar tetap logis dalam bertindak, agar masih bisa menjadi panutan bagi Boni si adik bungsu yang kelak tidak akan mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tua.

Ternyata, Ben telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin dan kepala rumah tangga, menggantikan sosok sang Ayah yang meninggalkan keluarganya demi wanita lain.

Kenyataan pahit lain yang harus Ben telan bulat-bulat.

Ben sudah dewasa sekarang. Seharusnya dia bisa mempertahankan pendapatnya dan membela apa pun yang menurut akal sehatnya patut diperjuangkan. Tapi lagi-lagi prinsip itu tidak berlaku pada satu wanita: Cori.

Padahal Cori hanya seorang adik kelas yang dia kenal tak lebih dari sepuluh hari masa kelas tiganya di tahun akhir SMA. Namun, walaupun hanya beberapa hari, Cori telah mendapat tempat khusus di hatinya mulai dari hari ke satu.

Bahkan, hingga mereka dipertemukan kembali dua belas tahun kemudian, keunikan seorang Cori selalu membuat Ben terpesona. Perasaan ingin melindunginya muncul dan semakin mengakar setiap waktu. Seakan, Ben diciptakan untuk melindungi sosok rapuh itu.

Sebut dia bodoh karena Ben menjadi lemah di depan Cori. Demi Tuhan. Ben hanya ingin melindunginya dari lelaki pengecut itu. Ben tidak mau melihat wanitanya menangisi seseorang yang bahkan tidak pantas ditangisi dan diperjuangkan.

Sebut saja Ben sedang tidak waras karena berteriak penuh euforia di depan Boy dan Raflis. Apa yang membuat Ben senang bukan kepalang? Yaitu sebuah pesan yang ia tunggu-tunggu di wanitanya. 

Apa tawaran Bang Ben tadi masih berlaku?

Bersambung

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta untuk Yasmine
2299      994     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
5285      1855     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
The Puzzle
1202      702     4     
Fantasy
Banyak orang tahu tentang puzzle, sebuah mainan bongkar-pasang untuk melatih logika. Namun berbeda dengan puzzle yang dimiliki Grace, awalnya Grace hanya menganggap puzzle yang dimilikinya sama seperti puzzle yang dimiliki orang lain. Dia sering memainkan puzzle itu sejak kecil tapi setelah dia dewasa, puzzle itu mulai memunculkan teka-teki baginya. Grace heran saat ayahnya benar-benar menjaga pu...
Kare To Kanojo
6334      1718     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
One-room Couples
1154      577     1     
Romance
"Aku tidak suka dengan kehadiranmu disini. Enyahlah!" Kata cowok itu dalam tatapan dingin ke arah Eri. Eri mengerjap sebentar. Pasalnya asrama kuliahnya tinggal dekat sama universitas favorit Eri. Pak satpam tadi memberikan kuncinya dan berakhir disini. "Cih, aku biarkan kamu dengan syaratku" Eri membalikkan badan lalu mematung di tempat. Tangan besar menggapai tubuh Eri lay...
IW-baee
2962      1249     3     
Romance
Jika tawa adalah hal yang tak ingin kulepas, kenapa aku terus bersama sedih?
L.o.L : Lab of Love
3119      1127     10     
Fan Fiction
Kim Ji Yeon, seorang mahasiswi semester empat jurusan film dan animasi, disibukan dengan tugas perkuliahan yang tak ada habisnya. Terlebih dengan statusnya sebagai penerima beasiswa, Ji Yeon harus berusaha mempertahankan prestasi akademisnya. Hingga suatu hari, sebuah coretan iseng yang dibuatnya saat jenuh ketika mengerjakan tugas di lab film, menjadi awal dari sebuah kisah baru yang tidak pe...
Call Kinna
6723      2199     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Sampai Kita Bertemu Nanti
227      190     1     
Short Story
Aku sering berpikir bahwa perpisahan adalah salah satu hal yang menyakitkan. Namun, setelah kualami, perpisahan adala salah satu proses perubahan yang membuat kita tetap hidup. Maka, inilah perpisahanku.
Kama Labda
546      341     2     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...