Joanne terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menyusup masuk dari gordennya yang terbuka sedikit. Ia segera turun dari kasurnya dengan terburu-buru. Lagi-lagi hal pertama yang ia ambil adalah sebuah pena dengan selembar kertas kecil.
Sebelum ia melupakan semuanya, Joanne menuliskan apa saja yang ia ingat. Tentang kenangan orang yang pernah tinggal di rumah ini. Semakin detail tulisannya, semakin cepat pula ingatannya hilang
Yang tersisa hanyalah sebuah ketidakpercayaan bahwa ia mengalami mimpi yang aneh terus-terusan semenjak pindah ke sini. Dan kisah terakhir sebelum ia tidak pernah bermimpi sadar lagi ialah cerita tentang lelaki berambut pirang itu.
Setelahnya, seberapa seringnya pun Joanne berusaha tidur. Ia tak pernah menemukan lorong itu lagi. Ia tak bisa merasakan udara segar dari sana lagi. Ia juga tak akan lari lagi dari kejaran dua gempal yang tak bisa ia ingat namanya itu
Bagaikan waktu yang terus berjalan dengan cepat, ia juga melupakan seluruh cerita yang sudah terjadi. Yang tersisa hanyalah catatan itu, sekarang semua catatan itu hanya ia selipkan pada sebuah buku kosong
Joanne melirik keluar jendela, “Entah apa yang terjadi. Aku merasa seolah merindukan seseorang saat ini...” ia terus menanti mobil hitam yang selalu datang