Read More >>"> GAUNG SANGKARA (4/ Malam yang tak berujung) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - GAUNG SANGKARA
MENU
About Us  

🌾a documentary story🌾

Berat untuk membuat keputusan. Namun ketukan pintu yang dilayangkan oleh Sean sangat menggangguku.

Kelana segera memakai pakaiannya yang mana semua terlepas oleh ulahku.

“Setelah ini apa boleh aku menghubungimu lagi?” tanyaku.

Kelana terdiam tak memberi jawaban. Merasa bahwa sepertinya ia tak nyaman aku memberikan pertanyaan lain kepadanya. “Emmm apa boleh aku menyapamu saat bertemu di kampus?” tanyaku kedua kalinya.

Kelana menatap wajahku, melihat seluruh tubuhku yang hanya tertutup oleh selimut. Ia menggelengkan kepalanya, pertanda tak menyetujuinya.

Ponselnya bordering, tak sengaja ku lihat nama ‘Juan’ kini yang menghubunginya. Di sisi lain Sean masih mengetuk pintu. Ahh aku sedikit malu.

Jujur saja saat itu aku sedikit mabuk. Aku membiarkan Kelana membuka pintu. Namun saat pintu  hampir terbuka, aku merasa harus mengejarnya. Kuraih tangannya sembari membiarkan ia melihatnya tak memakai sehelai pakaian sama sekali.

Dia menoleh terdiam saat ku raih tangannya, aku menghentikannya. Namun dengan lembutnya ia melepas tanganku, lalu tanpa kusadari begitu saja ia mengecup bibirku selembut mungkin. Pertanda bahwa hubungan kita hanyalah saling pemuas satu sama lain di malam itu.

“Sial!” ujarku dalam hati.

Tak terlalu lama, tapi aku rasa kita saling menikmati saat itu. Ia memulai ia juga yang mengakhiri. Ia melepaskan tubuhku yang sepenuhnya menempel hangat di tubuhnya. Membuka pintu dan tepat di depan pintu adalah Sean.

“Screw you all,” Aku tak membiarkan Sean melihat tubuhku yang sepenuhnya bugil. Itu pasti akan menjijikkan baginya.

Melihat Kelana pergi begitu saja usai mencium bibirku, segera ku tutup pintu yang terbuka lebar-lebar itu. Sean tertawa seolah ia mengejekku. Persetan dengannya selalu.

“Kau duluan, aku menyusul,” ucapku cukup sedikit berteriak dari dalam ruangan yang tertutup.

“Kau? Apa kau akan menaiki motor atau naik mobil bersama kami?”

“Aku bergabung dengan kalian!”
Saat itu aku masih terbawa suasana mabuk yang benar-benar membuatku bahagia. Kelana jug saat itu membuatku cukup bersemangat.

Namun sebenarnya, dalam hatiku yang paling dalam, aku sedih ketika aku harus menidurinya malam itu juga.

)(

Ah, aku sebenarnya tak mau menceritakan hal se-frugal ini. Tapi sungguh karena malam itu, aku mulai bersikukuh agar menjadi orang yang selalu menjaganya.

Sayang sekali aku harus menceritakan hal ini pada dunia, bisa jadi nanti akan menjadi viral. Tapi aku tetap menghormatinya. Aku tidak sesering itu memakainya.

Aku juga tak ingin menceritakan hal ini sebenarnya. Tapi sungguh, jika waktu bisa diputar. Aku Akan lebih bersikap baik hingga kita sampai tak berpisah seperti ini.

“Sir, apa kau masih mengharapkan agar hubungan kalian kembali?”

“Tentu saja, dia adalah orang yang keren!”

“Dengan membuka aib mantan kekasihmu, apa membuatmu lebih baik?”

“Tentu saja tidak! Aku hanya ingin dunia tahu, bahwa aku akan selalu menyambutnya meski dia tak ingin. Bukankah dengan hal itu, aku terlihat seperti orang yang menerimanya apa adanya?”

“Sebelumnya, apa kau sudah izin dengan mantanmu untuk menceritakan hal sesensitif ini?”
Melihat pertanyaan wartawan yang terus mencecarku aku terpojokkan. Mengakhirinya dengan senyuman.

Apa aku boleh melanjutkannya?
Jadi selanjutnya, aku mengkondisikan bahwa saat itu tubuh dan pikiranku harus stabil untuk malam yang terus berlanjut.

Saat itu pun hampir menuju tengah malam. Aku bersama kelima temanku menaiki mobil untuk menuju klub paling besar di Jakarta. Dimana kita selalu melakukan hal itu rutin di weekend.

Yah! Begitulah, aku cukup menikmati hidupku. Sesungguhnya aku tak begitu suka belajar, bersyukur mendapat banyak teman yang mana mereka adalah orang-orang yang memiliki latar belakang kuat sepertiku.

Sampai pagi kita hanya menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan dan bermain wanita.

Aku cukup pusing saat itu hingga melihat wajah perempuan lain pun terlihat seperti Kelana. Jam menunjukkan jam dua dini hari. Bodohnya aku menelepon Kelana yang aku sendiri tidak tahu apa yang ia lakukan saat itu.

Aku berjalan ke luar ruangan. Meneleponnya dalam keadaan mabuk, “Halo?” ujarku, ketika ia mengangkat teleponku.

“Ada apa?” tanyanya cukup ketus, ia kembali ke dalam mode gadis kampus teladan.

“Apa kau bisa kesini?” tanyaku sambil menahan tubuhku yang cukup chaos.

“Apa maksudmu?”

“Kau kesini atau aku bilang tentang kita semalam pada Juan?” aku berusaha mengancam, dan itu hanya hening. Aku tak sadar bahwa aku langsung menutup teleponnya, aku seperti orang kesetanan. Ku kirim fitur share location dari ponsel ku.

Aku berdiri cukup lama, memperhatikan dan bersatu dengan malam yang begitu dingin. Saat itu aku juga sempat berkelahi dengan orang luar negeri yang menyenggol ku, ya, benar! Aku cukup sensitif.

Hingga tiba begitu lama, mungkin sekitar 30 menit kurang atau lebih, aku tak mengingatnya. Gadis berambut hitam panjang memakai pakaian serba modis, ia memakai hot pant dan sneakers. Seperti memiliki antenna, aku tahu bahwa itu Kelana, Mulai dari saat dimana ia keluar dari sebuah mobil. Aku berlari menujunya dan terjatuh dalam pelukannya.

“Aku merindukanmu,” ujarku lirih, berbisik di telinganya, mungkin saat itu dia juga cukup terganggu dengan bau badanku yang dipenuhi alkohol.

Aku benar-benar brengsek.

Kelana menuntunku untuk masuk ke mobil, di sepanjang perjalanan ia hanya fokus menyetir tanpa mengajakku berbincang.
Saat itu benar-benar definisi dari malam tak berujung.

)(

Tiba di apartemen miliknya yang untung saja ada sebuah lift yang benar-benar mendukung keadaan. Ia menuntunku untuk berjalan dan membaringkan tubuhku di tempat tidurnya.

Kalau tak salah apartemennya cukup mewah, aku masih berpikir, sebenarnya sebagaimana sulitnya ekonominya hingga ia menjual diri. Padahal ia benar-benar seperti orang kaya yang memiliki vibes mahal. Apartemen pun juga sangat menakjubkan.

Aku berbaring di tempat tidurnya, Kelana masih tak mengajakku berbincang Aku juga sudah cukup lelah saat itu. Terlalu malu hingga yang ku bisa hanya menutup mataku.
Sesekali ia melonggarkan semua pakaianku.

Aku yang merasakan bahwa tangannya melepaskan kancing kemejaku, secara tak terduga aku membuat reaksi. Meraih tangannya agar tetap berhenti, ku buka mataku, dia terus saja memandangiku. Ku banting dia agar tertidur di sampingku, dan semudah itu, dia mengikuti alur.

Di situlah kita banyak berbincang hingga matahari mulai terbit.

Aku mengerti semua tentangnya begitu juga sebaliknya. Namun yang sulit ia tak bisa melepaskan Juan semudah itu dan disitulah aku merasakan patah hatiku pertama kali.

"Aku tidak pernah patah hati, justru aku adalah tipe yang suka mematahkan hati orang lain. Tapi ketahuilah kau adalah orang pertama yang menghancurkan ku!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Over panik
291      169     1     
Short Story
Kalian semua pasti pernah merasakan yang namanya panik. Gara gara kepanikan yang tidak terkontrol menciptakan perilaku yang kurang wajar.
Janji-Janji Masa Depan
10050      2955     11     
Romance
Silahkan, untuk kau menghadap langit, menabur bintang di angkasa, menyemai harapan tinggi-tinggi, Jika suatu saat kau tiba pada masa di mana lehermu lelah mendongak, jantungmu lemah berdegup, kakimu butuh singgah untuk memperingan langkah, Kemari, temui aku, di tempat apa pun di mana kita bisa bertemu, Kita akan bicara, tentang apa saja, Mungkin tentang anak kucing, atau tentang martabak mani...
PALSU
926      572     7     
Short Story
Fake! Kira-kira kayak apa sih kepalsuan yang aku hadapi? Ehh, salah deng! Bukan aku yang menghadapi, tapi dia. Hehe... Seorang kekasih yang tak sadar akan hal itu.
A Day With Sergio
1079      522     2     
Romance
Are We Friends?
2590      818     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
Sahabat Sejati
410      273     1     
Short Story
Sahabat itu layaknya tangan dan mata. Saat tangan terluka mata menangis, saat mata menangis tangan mengusap. Saling melengkapi tanpa merasa tersaingi. Ini adalah kisah dua sahabat yang kocak habis. Mereka lengket macam perangko. Kadang romantis tapi tak jarang juga sadis. Kehadiran mereka berdua kadang membawa malapetaka yang berujung bahagia. Adalah Alyd dan Keken, sahabat sejati yang saling men...
Konferensi Pintu Toilet
265      147     0     
Short Story
kisah seorang tunas kelapa di bumi perkemahan negeri orang, dan tentang penantian yang berujung...(silahkan baca storynya ya...)
Sandal Bersama
294      174     2     
Short Story
"Jangan Beli Sandal Yang Sama! "
Story Of Chayra
8228      2602     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Warisan Kekasih
620      437     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...