Pagi itu, Mamoru yang menggandeng tangan Chihaya menjadi bahan gosip beberapa murid lain.
Sementara itu, dari kejauhan dua orang yang berdiri di atap sekolah tampak sedang memperhatikan pasangan itu.
"Mereka jadi bahan gosip satu sekolah, ya," kata Ryuto. "Mamoru benar-benar membuat skenario 'pacaran' karena foto yang menyebar kemarin. Hei, Raiji, menurutmu mereka ada kemungkinan jadi pasangan sungguhan?"
Raiji mengangkat bahu. "Maybe yes, maybe no,"
Ryuto manggut-manggut. "Selama ini Mamoru selalu menolak gadis-gadis di sekolah yang menyatakan perasaan padanya. Tapi sejak Chihaya datang ke sini dan bergabung di Klub Kurotake, Mamoru jadi lebih memerhatikan gadis itu,ya,"
Sementara itu, tanpa kedua pemuda itu sadari, Izumi diam-diam menguping pembicaraan mereka. Ada rasa perih di hati gadis berbando putih itu saat mendengar pembicaraan mereka, dan mengetahui kenyataan bahwa Mamoru lebih memerhatikan gadis lain.
"Ngomong-ngomong bagaimana kencanmu dengan Harumi?"
Ketika Ryuto dan Raiji mengalihkan topik pembicaraan ke hal lain, Izumi pun memutuskan untuk pergi menjauh dari sana sambil menahan air mata.
****
"Kamu serius pacaran dengan Mamoru-senpai, ketua klub Kurotake itu?" tanya Takeru pada Chihaya.
Chihaya mengangguk. Ketiga sahabatnya terus menanyainya karena dua hari berturut-turut melihat Mamoru mengantar gadis berkepang itu ke kelas. Namun, mereka tak tahu kalau sebenarnya ia dan Mamoru hanya pura-pura berpacaran.
Pura-pura. Chihaya berulang kali mengingatkan dirinya sendiri agar tidak memikirkan hal aneh.
"Sepertinya dia sudah mengenalmu, ya," tanya Yuji. "Sejak kapan? Bagaimana bisa?"
Chihaya terpaksa menceritakan tentang siapa sesungguhnya Mamoru. Begitu cerita selesai, mereka bertiga saling berpandangan dengan tatapan terkejut.
"Astaga, dunia ini sempit,ya!" kata Yuji sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.
"Jadi Mamoru-senpai itu teman masa kecilmu, Chihaya?" tanya Takeru yang masih tak percaya. "Kok seperti cerita di anime, ya,"
"Tapi kalian janji, ya, ini rahasia. Jangan bilang ke siapa-siapa," pinta Chihaya.
"Ah, baik, kami mengerti," balas Sachi setuju sambil mengacungkan jempolnya. Yuji dan Takeru juga setuju.
Obrolan Chihaya dan teman-temannya terhenti ketika Mamoru datang. Langsung saja mereka menoleh ke arah ketua klub Kurotake yang kini muncul di hadapan mereka.
"Haya-chan," Lelaki berambut ikal itu memanggil Chihaya dengan suara lembut.
"Ah...iya, Mamoru-senpai," balas Chihaya sambil memasang senyum termanis yang ia berikan, walau dalam hati ia sebenarnya malu setengah mati.
Gadis berkacamata itu terkejut ketika Mamoru berjalan mendekatinya dan tiba-tiba memegang tangannya.
"Yuk, ikut denganku ke ruang klub,"
"Eh?" Chihaya kaget mendengar permintaan Mamoru yang tiba-tiba itu.
"Aku pinjam Haya-chan sebentar, boleh,kan?" tanya Mamoru sambil mengerling pada Yuji dan yang lainnya. "Hari ini, aku mau mengajaknya makan denganku di ruang klub,"
"Oh, iya. Silakan,Senpai," balas Yuji. "Lagipula aku harus ke ruang OSIS, ada urusan,"
"Ah, aku juga ada pertemuan di ruang Klub Melukis, tadi salah satu Senpai di sana mengirim pesan padaku," tambah Sachi.
"Aku juga mau ke toilet," kata Takeru.
"Terima kasih,ya," Mamoru tersenyum pada mereka. Maka pemuda berambut ikal itu pun menggandeng Chihaya, menuntun gadis itu berjalan di koridor menuju ruang klub Kurotake. Sepanjang jalan mereka mengobrol.
"Kudengar Yuji juga ikut seleksi anggota OSIS,ya?" tanya Mamoru. Kali ini ia melepaskan tangan Chihaya dan berjalan bersisian dengan gadis itu.
"Ya," jawab Chihaya.
Mamoru manggut-manggut. "Kebetulan Yukio juga anggota OSIS,"
Chihaya memiringkan kepala. "Siapa Yukio?"
"Oh, kau belum tahu,ya? Dia Sekretaris 2 Klub Kurotake," jelas Mamoru. "Kalau bertemu dengannya, nanti kukenalkan,"
Chihaya teringat ucapan Mamoru tentang sekretaris 2 yang tidak hadir saat acara perkenalan pengurus dan anggota baru klub Kurotake minggu lalu.
"Senpai, kenapa Yukio-senpai...kemarin tidak hadir saat acara perkenalan pengurus?" tanya Chihaya penasaran.
Mamoru terdiam sebentar mendengar pertanyaan itu. "Oh...itu...jadwal klub bertabrakan dengan jadwal bimbingan belajarnya,"
"Begitu,ya..." Chihaya manggut-manggut. Ia baru tahu kalau Yukio mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. "Bukan karena dia punya kegiatan lain di OSIS?"
Mamoru menggeleng.
"Pasti berat, ya. Mengatur waktu dengan kegiatan sebanyak itu pasti sulit bagi Yukio-senpai,"
Mamoru menanggapi dengan anggukan kepala. Namun ia tak menceritakan lebih lanjut tentang Yukio. Mamoru mengalihkan topik dengan menceritakan tentang sejarah nama Kurotake pada Chihaya.
Sebenarnya ada banyak cerita tentang asal usul nama tersebut. Versi petama, nama tersebut terinspirasi dari tumbuhan bambu hitam yang banyak tumbuh di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Kata kurotake sendiri bermakna 'bambu hitam'. Bambu hitam banyak digunakan untuk pembuatan perabotan rumah tangga, kerajinan, dan alat musik tradisional. Versi lain menyebutkan, nama itu juga sengaja dipilih karena di belakang gedung SMA Sakura, ada lahan luas yang ditumbuhi oleh bambu hitam.
Alasan lain yaitu dalam kebudayaan Jepang sendiri, tanaman bambu muncul dalam banyak legenda, contohnya legenda Putri Kaguya yang bercerita tentang anak perempuan yang ditemukan dalam batang pohon bambu. Tumbuhan bambu juga digunakan dalam salah satu festival di Jepang yaitu festival Tanabata, dimana orang-orang menggantungkan kertas permohonan di pohon tersebut.
Chihaya manggut-manggut mendengar penjelasan Mamoru.
Mamoru lalu menceritakan tentang sejarah Klub Kurotake. Berdasarkan cerita yang ia dengar dari Kouji-senpai, ketua sebelumnya yang kini duduk di kelas 12, Klub Kurotake awalnya merupakan komunitas kecil yang didirikan oleh murid anggota Klub Sains yang menyukai anime dan manga. Mereka kemudian membentuk sebuah klub sendiri untuk menarik perhatian komunitas pecinta budaya Jepang dan memperkenalkan budaya Jepang pada masyarakat umum.
Menurut Mamoru, klub Kurotake seharusnya sudah berdiri selama sepuluh tahun. Namun di tahun kelima, klub itu sempat ditutup oleh mantan kepala sekolah SMA Sakura yang tidak suka dengan keberadaan klub itu, entah apa alasannya. Klub Kurotake baru dibuka kembali tiga tahun kemudian oleh Kouji-senpai dan teman-temannya. Kouji-senpai diangkat menjadi ketua klub. Klub itu dibuka kembali setelah kepala sekolah sebelumnya mengundurkan diri. Kabarnya beliau masuk penjara karena melakukan suatu tindakan pemerasan dan penipuan terhadap salah seorang murid SMA.
Kepala sekolah yang baru, Arina, adalah orang yang kembali meresmikan klub Kurotake. Beliau juga menunjuk Bu Rinka dan Bu Ruri sebagai guru pembimbingnya. Klub ini juga mendatangkan guru penutur asli bahasa Jepang langsung dari negara Jepang, yaitu Miyuki-sensei. Ketika Kouji memimpin klub Kurotake, klub itu pun berkembang pesat. Dalam waktu dua tahun klub Kurotake bisa kembali berpartisipasi dalam bunkasai atau festival budaya di SMA Sakura.
"Wah, keren!" Chihaya kagum mendengar cerita Mamoru.
Mamoru mengangguk. "Ya, Kouji-senpai memang luar biasa. Sekarang ia memercayakan jabatannya padaku. Aku dan yang lain akan berusaha yang terbaik dalam memimpin klub ini,"
"Kalau begitu, semangat, Senpai!" ucap Chihaya.
Chihaya dan Mamoru sampai di depan ruang klub. Begitu masuk, gadis berkacamata itu terkagum dan memperhatikan dengan saksama setiap bagian dalam ruangan Klub Kurotake. Di dekat ruang tempat berkumpul terdapat sebuah ruang minimalis yang dibatasi pintu geser berwarna kekuningan, dengan motif kupu-kupu. Lantai ruangan minimalis itu dilapisi dengan tikar tatami dan terdapat sebuah meja kecil di tengahnya. Dinding ruangannya bercat krem, di salah satu sisinya tergantung sebuah lukisan siluet bambu dan matahari senja berwarna kemerahan dengan tulisan kanji 'hitam' dan 'bambu'.
Mamoru menuntun Chihaya menjelajah seluruh area ruang klub. Ada susunan kursi yang mereka pakai untuk acara penyambutan klub kemarin. Selain itu terdapat sebuah meja besar dan 7 kursi, 6 kursi berhadapan dan 1 kursi ada di depan. Terdapat sebuah papan tulis yang tergantung di dinding di belakang meja kursi tersebut.
Di dekat rak buku ada tiga buah sofa panjang berwarna kuning pucat untuk bersantai, juga lemari kayu dengan pintu yang terbuat dari kaca yang digunakan untuk menyimpan yukata dan kimono. Selain itu ada juga dapur untuk memasak dan ruangan kecil yang digunakan untuk acara chanoyu atau upacara minum teh.
Sembari menjelajah ruangan, Mamoru menjelaskan berbagai barang-barang yang ada di dalam ruangan kepada Chihaya. Mendadak mereka seperti sedang berada dalam konten video room-tour. Chihaya merasa betah di ruang klub ini. Ia beruntung memiliki kakak kelas sekaligus teman masa kecil yang merupakan pemimpin dari Klub Kurotake. Chihaya senang karena mendapat privilege berupa pelajaran bahasa dan budaya Jepang secara langsung dari ketua klub,bahkan jika itu adalah materi yang belum diajarkan.
Chihaya kemudian berhenti di antara ruang aktivitas dan ruang rapat. Ia terkejut ketika melihat salah satu dari tiga lemari di ruang aktivitas. Ia ingat, lemari itu tadinya merupakan lemari kaca. Kini lemari itu terlihat sudah kosong,hancur, dan sebagian kayunya sudah hangus terbakar. Pecahan kacanya berceceran di lantai. Lantai di bawah lemari itu menghitam, begitu juga dengan setengah bagian dari dua lemari lainnya dan rak-rak di ruang aktivitas.
"Senpai, ada apa dengan lemari ini?" tanya Chihaya.
Mamoru menjawab. "Kemarin, ada seseorang yang masuk ke ruang klub Kurotake tanpa izin. Dia membakar lemari ini, beserta seluruh isinya,"
"APA?" Chihaya kaget setengah mati. "Siapa pelakunya? Kejam sekali,"
"Aku masih menyelidikinya bersama pengurus lain, jadi belum bisa dipastikan siapa pelakunya. Tadinya aku ingin melaporkan kejadian ini pada polisi, tapi Yukio mencegahku," jawab Mamoru. "Yukio tidak ingin mengambil resiko,aku juga tidak mau mempertaruhkan klub ini dan membuat nama SMA Sakura menjadi tercoreng. Hanya para pengurus yang tahu soal ini,"
"Tenang saja, Mamoru-senpai," ucap Chihaya. "Aku akan tutup mulut soal ini,"
Mamoru menghela napas lega. "Terima kasih, Haya-chan. Tapi...kau ikut membersihkan ruang klub ini bersama para pengurus, ya,"
Chihaya terkejut. "A-apa?"
****
Chihaya merutuk kesal karena Mamoru mengerjainya, atau lebih tepatnya menjebaknya. Ia tidak menyangka kalau ia justru diminta bekerja bakti membersihkan ruang klub, khususnya bekas area ruang aktivitas yang (hampir) terbakar.
Ouka juga datang untuk membantu. Mereka pun berbagi tugas. Mamoru membersihkan kayu-kayu lemari dan rak di ruang aktivitas.Sementara Chihaya dan Ouka bertugas membersihkan buku-buku, juga kertas origami dan sebagian kertas manga yang terkena api. Tampaknya kebakaran yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab itu hampir melahap seluruh ruang aktivitas klub Kurotake. Sebelumnya, dinding ruang aktivitas itu banyak ditempeli oleh origami burung bangau dari kertas beraneka warna dan motif. Selain itu juga ada beberapa poster anime, juga kertas bergambar manga karya para pengurus dan anggota klub.
Benda yang tidak banyak terkena api hanya beberapa rak buku berisi manga atau komik,buku tentang sejarah Jepang, novel ringan, juga terdapat majalah tentang anime dan idol Jepang.
"Senpai, ini gambar siapa?" tanya Chihaya saat melihat gambar sketsa karakter Kongou dari Kantai Collection.
"Oh, itu karyaku," jawab Ouka.
"Eh?" Mata Chihaya mengerjap saat menatap Ouka yang berdiri di hadapannya.
"Benar,kok,itu karyaku," jawab Ouka bangga.
"Dia memang master manga Klub Kurotake," sambung Mamoru.
Wow. Chihaya kagum dengan kemampuan Ouka.
"Kau mau melihat gambarku, Haya-chan?"
Mamoru menunjukkan dua gambar yang terpajang di bagian kiri atas. Ia menggambar karakter Kosaka Honoka dari anime Love Live! dan Tohsaka Rin dari anime Fate Stay/Night. Gambar Mamoru ternyata sangat bagus. Kedua karakter itu hampir mirip dengan aslinya.
"Nanti akan ada materi menggambar manga,kok." jelas pemuda berambut ikal itu. "Aku dan Ouka akan mengajari kalian --anggota kelas 10-- cara menggambar manga,"
Chihaya mengangguk. Wajahnya masam saat menatap Mamoru yang kembali sibuk membersihkan kayu-kayu lemari.
Dasar lelaki tidak peka!
"Kenapa, Chihaya?" tanya Ouka yang sepertinya menyadari keanehan dari ekspresi Chihaya.
Chihaya menarik Ouka ke pojok ruang aktivitas. Gadis berkepang itu langsung menceritakan hal yang baru dilakukan Mamoru pada Ouka.
"Mamoru parah sekali, deh," kata Ouka dengan nada kesal. "Kau bohong pada Chihaya dengan mengajaknya makan di ruang klub, padahal bersih-bersih? Maksudnya apa?"
Mamoru berhenti memungut kayu-kayu. Ia menoleh begitu mendengar Ouka mengatakan hal itu.
"Aku tidak bohong," bantah Mamoru. "Kan, ada makanan di dapur klub,"
"Eh? Memang ada?" Raut wajah Chihaya berubah.
"Ada. Sebentar, kuambilkan," kata Ouka yang langsung bergegas menuju ruang dapur klub.Tak lama gadis berambut ikal itu kembali dengan membawa sebungkus steam cheesecake merek Yamazaki.
"Wah, terima kasih, Ouka-senpai!" Chihaya terlihat senang menerima roti kemasan itu. "Aku benar boleh makan ini?"
"Makan saja," kata Mamoru. "Semua makanan dan kudapan yang ada di dapur untuk pengurus dan anggota klub,"
"Terima kasih, Mamoru-senpai," Chihaya kembali tersenyum pada Mamoru. Gadis itu langsung memakan rotinya, sementara wajah Mamoru memerah, terpesona oleh senyum Chihaya.
"Kamu tidak ikut makan, Mamoru?" Pertanyaan Ouka menyadarkan Mamoru dari lamunannya.
"Oh...iya,iya," Mamoru ikut mengambil sebungkus roti isi daging ikan tuna dan mayonaise pedas di dapur klub dan memakannya, bersama Chihaya.
****
Setelah makan, Chihaya, Ouka, dan Mamoru kembali bekerja. Chihaya membantu kedua kakak kelasnya membersihkan rak buku sejarah. Rak itu terdiri dari empat tingkat. Chihaya sedikit kesulitan saat akan mengambil buku di rak paling atas. Ia pun mengambil kursi kayu, lalu memanjat kursi untuk mengambil buku.
Kursi pun bergoyang seiring dengan Chihaya yang bergerak membersihkan rak paling atas.Namun Chihaya tak tahu kalau ternyata kursi kayu yang ia naiki kayunya sudah lapuk.
KREK!
Kaki kursi itu pun patah. Posisi kursi menjadi tidak stabil. Chihaya tak sempat menyeimbangkan diri dan terjatuh ke belakang.
"Chihaya!" teriak Ouka panik.
Chihaya tak bisa melakukan apapun. Tubuh dan kepalanya nyaris menyentuh lantai.
Saat itulah seseorang dengan sigap menangkap tubuhnya.
Gadis berkacamata itu menoleh dan menatap orang itu.
Mamoru Azai menangkapnya!
Sesaat mereka saling bertatapan. Chihaya merasa gugup karena baru pertama kalinya Mamoru berada sedekat ini dengannya. Saat mata mereka bertemu, Chihaya merasakan jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.
Seandainya saja Mamoru tidak menolongnya atau datang terlambat sedikit saja, mungkin saja ia akan terluka.
"Daijoubu desu ka?*" tanya Mamoru. Chihaya yang masih belum bisa menguasai diri sepenuhnya hanya bisa mengangguk.
"Apa yang kalian lakukan?"
Keempat orang itu kaget saat mendengar suara seseorang di belakang mereka. Chihaya dan Mamoru pun menoleh. Raut wajah keduanya berubah melihat seorang pemuda berjaket merah yang menatap mereka dengan heran. Ia memakai jaket merah dan di lehernya ada headphone berwarna hitam yang dikalungkan di leher. Di sampingnya ada Ryuto dan Raiji.
"Kenapa kau menggendong Chihaya?" tanya Ryuto pada Mamoru sambil melirik Chihaya.
"Jangan-jangan, kalian mau berbuat mesum,ya?!" tuduh Raiji. "Wah, Mamoru, aku tidak menyangka kau berniat melakukan hal semacam itu di ruang klub dengan kouhai-mu sendiri! Kuadukan ke Bu Ruri dan Bu Rinka,ya!"
"Sembarangan!" bantah Mamoru. "Tentu saja aku tidak akan melakukan hal semacam itu di ruang klub. Memangnya aku cowok sepertimu yang hobi ke klub malam dan membawa cewek berbeda setiap kali keluar dari sana?"
Mamoru perlahan menurunkan Chihaya, lalu menunjuk kursi kayu yang patah.
"Tadi kursi itu patah, dia jatuh. Aku menyelamatkan dia yang hampir jatuh! Kalian pikir aku akan membiarkannya jatuh dan kepalanya luka karena terbentur lantai?"
"OK, OK, aku mengerti!" sahut Raiji. Sementara cowok berjaket merah di sebelahnya menggelengkan kepalanya melihat perdebatan Raiji dan Mamoru. Ia lalu melirik kursi yang kakinya patah,penyebab Chihaya hampir terjatuh tadi.
"Jangan lupa laporkan juga kerusakan kursi ini pada Bu Rinka, bersama dengan laporan lemari yang terbakar," kata cowok itu.
"Tentu," jawab Mamoru. "Oh ya,acara perkenalan anggota baru kemarin kenapa tidak hadir?"
Cowok berjaket merah itu melengos, tidak menjawab.
"Hei, bersikaplah lebih baik, Yukio!" seru Ouka. "Kau sadar siapa ketua di klub ini? Apa kau tidak malu di depan anggota baru?"
Chihaya terkejut ketika mengetahui pemuda berjaket merah itu adalah si sekretaris 2 Klub Kurotake. Sementara Yukio melirik Chihaya dengan tatapan tak suka. Ia kemudian menghela napas.
"Kau Chihaya Hamada?" tanya Yukio.
"I-iya," jawab Chihaya gugup.
"Kelas berapa?"
"10-1."
"Ah, jadi kau gadis yang disukai Mamoru," katanya. "Aku sudah mendengar gosip dari murid-murid di sekolah ini,"
Bibir Chihaya seperti dikunci. Ia tak tahu harus menjawab apa.
"Namaku Yukio. 11 IPA 4, sekelas dengan Ouka. Sekretaris 2 Klub Kurotake,"
"Senang bertemu dengan Senpai," balas Chihaya.
"Santai saja, jangan terlalu diambil hati soal sikap Yukio. Dia orangnya memang agak menyebalkan," kata Mamoru pada Chihaya.
Ryuto dan Raiji keluar dari ruang klub sebentar,kemudian masuk sambil membawa beberapa kantong belanja. Mereka melihat isi dalamnya. Ada beberapa makanan dan minuman ringan, juga bahan masakan untuk ditaruh di dapur. Selain itu ada juga beberapa novel ringan dan komik yang baru dibeli dari toko buku. Mamoru mengucapkan terima kasih kepada Yukio.
Ternyata Mamoru meminta tolong pada Yukio, Raiji, dan Ryuto untuk membeli komik dan novel di toko buku, juga barang-barang dari supermarket untuk ditaruh di dapur.
Mereka melanjutkan acara bersih-bersih ruang klub. Chihaya dan Ouka juga melanjutkan membersihkan rak buku, dan kali ini mereka diawasi oleh Mamoru.
Mamoru mengambil kursi dari ruang rapat pengurus yang berbahan plastik dan lebih kuat untuk Chihaya.
"Terima kasih sudah menolongku tadi, Senpai," Chihaya mengucapkan terima kasih pada Mamoru.
Mamoru mengangguk, ia menepuk-nepuk bahu Chihaya lalu pergi ke ruang rapat bersama Yukio. Chihaya dan Ouka pun melanjutkan pekerjaan menyusun makanan ke dalam kulkas dan lemari dapur. Raiji dan Ryuto membersihkan ruangan lain, termasuk ruangan minimalis.
Saat sedang membersihkan rak buku bersama Ouka, Chihaya sempat melihat Yukio, Raiji, Ryuto, dan Mamoru masuk ke dalam ruang minimalis untuk membicarakan sesuatu. Samar-samar ia mendengar mereka mengatakan hal seperti :
"Syukurlah kimono dan kostum cosplay bisa diselamatkan. Karena banyak yukata yang terbakar, mau tidak mau kita harus membeli yang baru. Tapi kali ini, kita hanya bisa membeli satu atau dua,"
"Kenapa dia melakukan ini? Dia melakukan ini murni karena dendam atau ada orang yang menyuruhnya?"
"Yang jelas, 'orang itu' harus di-skors dari klub. Apa yang dilakukannya benar-benar fatal..."
"Chihaya," suara panggilan Ouka menyadarkan Chihaya dari lamunannya. Chihaya buru-buru menghampiri Ouka untuk membantunya. Rasa penasarannya pun terlupakan.
****
*Daijoubu desu ka? = kau baik-baik saja?