Read More >>"> Di Antara Mereka (Chapter 26) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Antara Mereka
MENU 0
About Us  

  Lima hari berlalu. Tak terasa hari-hari masa sekolah telah Mita habiskan. Toga yang dipakainya dan teman-temannya menjadi simbol bahwa masa SMP-nya segera selesai. Gadis itu tengah menduduki bangku paling depan dengan sederet teman ceweknya sembari menonton pertunjukan-pertunjukan di acara wisuda itu. 

  1 jam kemudian. Semua pertunjukan telah usai. Sang moderator pun telah kembali ke panggung guna menyampaikan acara selanjutnya. Kini, tiba saatnya moderator membacakan siswa/siswi yang berprestasi untuk naik ke panggung. 

  Mita yang tak berharap mendapatkan prestasi itu hanya diam mengamati dua siswi yang telah siap di panggung itu. Usai satu siswa berprestasi dari kelas 9C terpanggil, tibalah saatnya moderator memanggil siswa berprestasi dari kelas 9D. "Baik... Untuk siswa berprestasi dari kelas 9D di raih oleh ananda......."

  Dag... 

  Dig... 

  Dug... 

  Dag... 

  Dig... 

  Dug... 

  "Namita Lekusi!" ucap moderator diiringi tepukan tangan dari teman-temannya. Mita yang sedari tadi duduk santai pun kini berdiri lalu berjalan ke atas panggung. 

  Satu persatu siswa-siswi di sana mulai menerima penghargaan dari kepala sekolah. Tak butuh waktu lama, giliran Mita tiba. Sebuah medali, piala dan piagam penghargaan dapat ia genggam usai mengambil beberapa gambar di kamerae. Bersalaman dengan pemimpin SMP 02 Pancasila adalah hal yang dilakukan setelahnya. "Selamat ya!" ucap kepala SMP 02 Pancasila. Mita mengangguk. 

  Kelima siswa itu pun turun dari panggung guna kembali ke tempat duduk masing-masing. Mita mengalungkan medalinya disertai piala dan piagam yang tetap dalam genggamannya. "Selamat ya, Mita."

  "Selamat ya, Mita."

  Ucap dua gadis yang duduk mengapitnya. "Waaaah... Makasih!" jawab Mita tersenyum senang. 

  "Sama-sama."

  *******

  "Mama.... Aku lulus!" teriak Mita usai pintu biru muda terbuka lebar. Lani yang sedari tadi sibuk berkutat dengan laptop, kini sontak beralih atensi pada sang putri. Kacamata anti radiasinya pun ia jauhkan dari mata. "Mama... Aku udah lulus SMP dan jadi lulusan yang paling baik dikelasku!" ucap Mita mengulurkan piala dan piagamnya. Lani pun terbelalak menatap benda itu. 

  "Ha? Ini beneran?" tanya Lani tak menyangka. 

  "Iya Ma. Coba Mama baca piagamnya ini ada namaku!" jawab Mita mengangguk-angguk bahagia. Lani spontan berdiri dan memeluk sang putri 

  "Aaaaawww.. Anak Mama pinter banget!" ucapnya lantas mencium kening dan kedua pipi Mita. "Selamat ya, Sayang!" Lani melepas pelukan. 

  "Iya Ma. Terima kasih!" jawab Mita mengangkat sudut bibirnya. Terasa lega untuk Mita yang telah menunjukkan prestasinya pada sang Mama. Ia nekat meminta sang supir untuk mengantarnya ke restoran lekusi dengan tujuan menunjukkan hal itu. Setelah itu pun, ia pulang. 

  Handphonenya kembali dimainkan usai tiba di rumah dan berganti pakaian. 

  Sebuah notifikasi dari Kenzie memasuki whatsaapnya. 

  Kenzie : Sayang. Apakah hari ini kamu ada di rumah?" 

  Dengan senang hati, Mita menggerakkan jemari untuk mengetik balasan. 

  Mita : Iya Sayang aku ada di rumah. 

  Kenzie : Malam ini aku mau ke rumah kamu. Ada sesuatu yang mau omongin!

  Mita : Oke Sayang... Aku tunggu ya. 

  Kenzie : Iya Sayangku. 

  Mita mematikan ponsel. Sudut bibirnya terangkat kala membayangkan kebersamaannya dengan Kenzie di rumah ini. 

                              🌹🌹🌹

"Mas Arga, aku udah lulus SMP," ucap Gio mendapati Arga masuk rumah. Cowok itu baru saja pulang dari pasar guna memasak bahan dagangannya. 

  "Waaahhh... Beneran nih? Cepet banget," respon Arga tersenyum lebar. Ia yang membawa tas anyaman itu menghentikan langkah di hadapan Gio yang menggenggam ijazahnya. 

  "Bener, nih buktinya!" Gio menyodorkan ijazah tersebut. Diambilah oleh Arga yang lantas melihatnya. 

  "Alhamdulillah deh, kalau gitu. Sebentar lagi kamu SMA," jawab Arga berjalan ke dapur. 

  Tak ingin diam saja, Gio membantu Arga di dapur. Mulai dari mencuci sayuran, mengiris sayuran tipus-tipis hingga memasaknya. Semua itu Gio lakukan dengan senang hati. Bersyukurlah ia di usir dari rumah dan dapat tinggal dengan insan yang baik itu. Gio sangat menyayanginya.

  Kegiatan mereka berakhir pada pukul 15.25. Namun, tak sampai di situ. Gio dan Arga memindahkan makanan dagangan ke bakul yang terpasang di jok motor. Usai semua siap, Arga pun berangkat ke angkringannya. 

                                🌹🌹🌹

  "Kamu ini gimana sih, Ca? Mama udah minta kamu buat belajar serius biar bisa jadi murid terbaik di kelas, masa' gitu aja nggak bisa? Lihat ini nilai kamu jelek semua!" omel Mina yang telah melihat hasil nilai belajar Lica. Yang diomeli hanya menunduk bungkam. "Kamu bisa nggak sih sekali aja banggain Maka dengan prestasi kamu? Mama nggak ingin apa-apa dari kamu, Mama hanya ingin kamu berprestasi, jadi anak pintar. Bukan begini caranya, hei!!!!" Mina menelunjuk Lica. Wanita itu sangat kecewa dengan putri semata wayangnya. Semua permintaan Lica telah banyak ia turuti dengan harapan anak itu dapat semangat belajar untuk menjadi anak yang berprestasi. Namun, nyatanya apa? Seluruh nilai mata pelajaran mendapat predikat C. Hal itu sontak mengecewakan Mina yang spontan memarahinya. Harapannya telah pupus. Tiada harapan lagi untuk Lica dapat berprestasi di SMP. Sebab cewek itu telah lulus. Meski begitu, Mna tetaplah kecewa dengan nilai Lica 

  "Maaf Ma... Aku udah berusaha, tapi---"

  "Tapi apa? Nggak ada tapi-tapian. Mama udah kerja keras buat biayain sekolah kamu biar kamu tuh pinter. Tapi kenapa nilai kamu bisa jelek-jelek kayak gini! Sangat tidak sesuai ekspetasi Mama!" tegas Mina memotong jawaban Lica tadi. 

  "Maaf Ma!" ucap Lica lirih. 

  "Maaf.. Maaf... Emangnya maaf kamu bisa naikin nilai kamu secara langsung?" Mina melipat tangan di dada sembari memutar bola mata. Lica menggeleng pelan. "Makanya belajar yang bener! Jangan sandiwara terus!" tegas Mina menusuk hati Lica yang membangkitkan emosinya. Apa? Lica dilarang sandiwara oleh Mina? Bukankah Mina yang mengajarkan sandiwara kepadanya? Eh... Bercanda. 

  "Mama kan yang mengajari aku buat bersandiwara?" tanya Lica dengan santai. 

 "Enggak," jawab Mina berbohong. 

  "Bohong itu dosa Ma!" Lica berusaha menetralkan emosinya. 

  "Tapi Mama tidak meminta kamu untuk bersandiwara!" alibi Mina. Sudahlah, telah malas untuk Lica menanggapi omelan Mina. Ia memutuskan untuk masuk ke singgasana guna menenangkan diri di sana. Kesunyian di ruangan itu membangkitkan keinginannya untuk mengintropeksi diri. 

  "Yang dikatakan Mama itu benar. Nilaiku jelek. Aku kurang belajar. Aku lebih mementingkan bermain handphone dari pada belajar. Aku lebih memikirkan Gio daripada materi pelajaran. Aku kurang bekerja keras. Aku sangat jauh dari kata sempurna. Jangankan sempurna, jadi orang baik saja, aku belum bisa. Pantas saja jika Gio lebih mencintai Mita daripada aku. Dia jauh lebih baik. Dia cantik, pintar dan mungkin tidak sejahat aku!" batin Lica tengkurap di kasur. "Sekarang, aku harus berusaha memperbaiki diri. Aku harus bisa mengikhlaskan Gio bahagia dengan siapapun. Aku tidak berhak merebutnya lagi. Aku harus jadi orang yang lebih rajin belajar dan lebih baik lagi. Aku tidak ingin banyak drama dalam hal apapun lagi! Dan satu lagi aku harus memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku juga minta maaf pada orang yang sudah ku sakiti!" Di sepanjang kalimat batinnya itu, Lica berusaha menahan air mata. Ia yakin dirinya kuat dan tidak mudah menangis. Lica mengubah posisi duduk. Ia menghela napas sembari mengusap dadanya dengan lembut. Pikirannya pun tenang seketika. Sepasang mata yang telah berkaca-kaca, kini menjadi normal seperti semula. Tidaklah jadi airnya menetes. "Mita! Ya, Mita, aku harus minta maaf padanya. Aku akan mengirim pesan padanya babwa aku ingin bertemu. Tapi........... Aku tidak punya kontaknya." Lica menatap langit kamar sembari berpikir cara mendapatkan kontak Mita. Teringat ia pada seseorang yang pernah jadi istimewa di hatinya. Gio. Ya, cowok itu. Lica mengirim pesan padanya untuk meminta kontak Mita. Gadis itu membaca pesan yang telah dikirimnya sembari menunggu balasan. 

  Lica : Gio. Maaf aku mengganggumu. Tolong kirimkan kontak Mita padaku! 

  Gio is sending a contact person

  Lica : Terima Kasih

  Tanpa pikir panjang, Lica mengirim pesan pada Mita. 

  Lica : Assalamu'alaikum Mita.

  Mita : Waalaikumsalam. Maaf, ini siapa ya?

  Mita bertanya lantaran hanya tampak nomor telepon Lica di handphonenya. 

  Lica : Aku Lica. Maaf telah mengganggumu. Aku ingin bertemu dengamu, Mita. Apa kamu bisa?

  Mita : Mau ketemu di mana?

  Lica : Terserah kamu aja. 

  Mita : Ya sudah, kita ketemu di taman bunga tulip saja. 

  Lica : Baiklah, aku segera ke sana sekarang! 

  Mita : Oke. 

  Lica memasukkan handphone ke saku. Ia beranjak dari ranjang lalu keluar. Sepeda listrik hitam menjadi pengantarnya untuk tiba di tempat tujuan. 

  Bunga tulip warna-warni yang mengelilingi taman itu menyambut kedatangan Lica yang langsung memarkir sepedanya di tepi.  Ia mengedarkan pandangan pada deretan tanaman yang menakjubkan itu. Dedaunan yang bergoyang pelan membuat tulip bergerak melambai seolah memanggil gadis itu. Sangat takjub dengan hal itu, Lica pun mendekatinya. Diusapnya lembut tulip merah yang mekar. Bau harum pun memasuki indra penciumannya. "Harum sekali! Taman ini pun sangat cantik!" batin Lica melepaskan tulip dari tangannya. Kakinya melangkah mengikuti jalan putih yang membelah banyaknya bunga tulip. Jalan itu membawanya ke tengah taman yang sangat hijau dengan alas rerumputan dan beberapa pohon yang berdiri di seluruh sudutnya. Air mancur tampak keluar lancar di sekitar tempatnya
Bangku panjang di dekat sana menarik Mita untuk menempatinya. Ia mengeluarkan handphone dari saku. Dibukanya kembali roomchat Mita yang lantas ia isi dengan pesan baru. 

  Lica : Mita, aku sudah sampai di taman.

  Mita : Tunggulah. Aku masih di perjalanan. 

  Jarak antara rumah Mita dan taman bunga tulip yang cukup jauh memakan waktu lama untuk Mita dapat ke sana. Sembari menikmati keindahan tempat itu, Lica setia menunggu kedatangan Mita. 

  Beberapa menit kemudian.... 

  "Permisi Ca. Maaf aku terlambat, pasti kamu sudah lama menunggu!" ucap Mita. Pikiran positif membuatnya bersikap sopan pada Lica. Tidaklah ia berpikir bahwa cewek itu akan melakukan hal buruk, melainkan sebaliknya. Dari perkataan lembut Lica di whatsappnya  yang membuat Mita dapat berpikir positif. 

  "Iya nggak papa kok!" jawab Lica bergeser guna memberi tempat duduk untuk Mita. "Silakan duduk!" Mita menuruti pinta Lica. 

  "Terima kasih!" ucap Mita mengangkat sudut bibir. 

  "Sama-sama," jawab Lica lalu memulai pembicaraan. "Mungkin kamu penasaran dan bertanya-tanya tentang alasanku mengajakmu untuk bertemu." Mita mengangguk. "Aku mau minta maaf sama kamu karena aku sudah pernah merebut kebahagiaanmu. Mungkin, kamu tersakiti karena aku. Mungkin, kamu pernah menangis karena aku. Dan sekarang aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Aku sadar kalau perbuatan aku yang dulu itu salah. Tolong maafkan aku ya!" ucap Lica dengan lembut tanpa melepas tangan Mita dari genggamannya. 

  "Aku sudah lama memaafkanmu, Lica. Syukurlah kalau sekarang kamu sudah sadar!" jawab Mita menatap Lica dengan tersenyum. Lica mengangguk-angguk. 

  "Terima kasih sudah memaafkanku!"

  "Sama-sama. Aku juga minta maaf kalau aku pernah membuatmu cemburu dan aku pernah salah sama kamu!" 

  "Nggak papa. Itu tidak jadi masalah sekarang. Lupakan saja!" jawab Lica melepas tangan Mita. Gadis itu mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru. "Sekarang, aku sudah melupakan Gio dan aku persilakan kamu untuk kembali bersamanya!" ungkap Lica tak ingat bahwa Mita telah memiliki Kenzie. 

  "Maaf Ca. Tapi aku sudah punya Kenzie!" tolak Mita mengembalikan tatapan Lica padanya. 

  "Owh iya, aku lupa itu. Maaf.. Maaf!" Lica tersipu malu. 

  "Ehehehe... Iya nggak papa!" Gadis yang mengenakan kaos hitam dengan cardigan putih itu mengeluarkan tawa kecilnya. 

  "Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu!" Lica tersenyum singkat. 

  "Aamiin."

  "Mungkin, hanya ini yang bisa aku sampaikan. Terima kasih atas waktunya!" ucap Lica beranjak dari bangku. "Aku pamit pulang!"

  "Iya Ca.... Hati-hati!" respon Mita turut berdiri. Gadis itu melanangkah bersama guna keluar dari taman. Lica kembali mengendarai motor maticnya. Begitupun dengan Mita yang kini menaiki sepeda listriknya. 

  Terasa tenang pikirannya sekarang. Mengingat ia telah berdamai dengan orang yang pernah menyakitinya. Lica telah berhasil memasuki ruang maaf di hati Mita. Meski rasa bersalah masih menyelimutinya. Namun, ia senang dapat berdamai dengan orang yang pernah ia sakiti. Lica tak ingin mengulang kesalahannya lagi. Gadis itu ingin mengubah sikap buruknya agar menjadi baik. Tak ingin lagi ia membuat masalah dengan pihak manapun. Teringin ia berdamai dengan semua orang agar hatinya selalu tenang. Perdamaiannya pada Mita membuatnya merasa lebih tentram. Dapatlah ia simpulkan bahwa damai itu indah. Damai itu tenang. Damai itu nyaman. Jika ia berdamai dengan banyak orang. Maka, hatinya pun dapat jauh lebih tenang. Beban pikiran buruk pun dapat sirna. 

  Butuh waktu 15 menit untuk Mita dapat kembali ke rumah. Gadis itu menaiki tangga menuju balkon. Lantai putih menjadi tempat duduk Mita sembari memeriksa handphone-nya. 

  Kenzie : Sayang❤

  Kenzie : Sayang

  Kenzie : Sayang.... Kamu di mana? 

  Kenzie : Sayangku.. Lagi ngapain?

  Kenzie : Sayang... 

  Sepasang Mita terbelalal membaca pesan-pesan tersebut. Rasa cemas sontak menyelimutinya. Bagaimana kalau Kenzie marah lantaran Mita lambat pesannya? Mita takut dengan hal itu. Tanpa pikir panjang gadis itu menggerakkan pada layar handphone yang menampilkan deretan huruf. 

  Mita : Iya Sayangku. Maaf ya, aku baru balas. Aku baru pulang. Tadi habis ada urusan. 

  Kenzie : Urusan apa Say?

  Mita : Urusan sama Lica.

  Kenzie yang tak asing dengan Lica pun sontak bertanya-tanya. Mengingat sikap buruknya pada Lica dulu, membuat Kenzie cemas jika sang kekasih kembali disakiti. 

  Kenzie : Urusan apa itu Say? Kamu diapakan lagi sama dia? Ceritaka  padaku! 

  Mita : Enggak diapa-apakan kok Say. Dia sekarang baik. Nanti malan aku ceritakan padamu kalau kamu sampai di sini. 

  Kenzie : Iya Sayang. 

  Mita menutup whatsapp dan beralih menonton film anime.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Wanita S2
5111      1456     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
Kutunggu Kau di Umur 27
3929      1766     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
Buku Harian
759      464     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
My Rival Was Crazy
108      94     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
The Hallway at Night
4393      2081     2     
Fantasy
Joanne tak pernah menduga bahwa mimpi akan menyeretnya ke dalam lebih banyak pembelajaran tentang orang lain serta tempat ia mendapati jantungnya terus berdebar di sebelah lelaki yang tak pernah ia ingat namanya itu Kalau mimpi ternyata semanis itu kenapa kehidupan manusia malah berbanding terbalik
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
6314      1970     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
7635      2655     12     
Horror
"Kamu mengkhianatiku!" Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari. Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar biasa. Ia har...
Dialog Tanpa Kata
13214      3859     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Janji-Janji Masa Depan
12464      3307     11     
Romance
Silahkan, untuk kau menghadap langit, menabur bintang di angkasa, menyemai harapan tinggi-tinggi, Jika suatu saat kau tiba pada masa di mana lehermu lelah mendongak, jantungmu lemah berdegup, kakimu butuh singgah untuk memperingan langkah, Kemari, temui aku, di tempat apa pun di mana kita bisa bertemu, Kita akan bicara, tentang apa saja, Mungkin tentang anak kucing, atau tentang martabak mani...
Yang Terindah Itu Kamu
8978      3149     44     
Romance
Cinta pertama Aditya Samuel jatuh pada Ranti Adinda. Gadis yang dia kenal saat usia belasan. Semua suka duka dan gundah gulana hati Aditya saat merasakan cinta dikemas dengan manis di sini. Berbagai kesempatan juga menjadi momen yang tak terlupakan bagi Aditya. Aditya pikir cinta monyet itu akan mati seiring berjalannya waktu. Sayangnya Aditya salah, dia malah jatuh semakin dalam dan tak bisa mel...