Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

“Aku turun di gerbang aja, deh.” Tisha memajukan wajah ke sisi kepala Riana.

“Apa?” Riana menurunkan kecepatan motor untuk bisa lebih nyaman bicara.

Tisha mengulang permintaanya.

“Kenapa?”

“Pengin aja.” Tisha kembali memundurkan wajah, tak mau memperpanjang obrolan. Dia lebih memilih memperhatikan suasana hijau yang dilewati dengan perasaan tak biasa.

Karena kemarin motor Sawala masuk bengkel, maka hari ini gadis itu izin tidak bisa menjemput Tisha. Jadilah Tisha berangkat dengan Riana. Entah kenapa, setelah hampir dua minggu berangkat bersama Sawala, kini dia merasa agak aneh saat kembali dibonceng Riana menuju sekolah. Tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang hilang. Mungkin dia rindu? Ah, tak tahulah.

Riana tak mendebat demi mempertahankan mood paginya tetap baik. Begitu tiba di sekolah dia mengikuti permintaan Tisha, lalu berlalu menuju parkiran guru.

Sembari memainkan tali ransel, Tisha melangkah menyusuri koridor. Lagi, dia merasa aneh saat berjalan sendirian setelah kemarin-kemarin digandeng terus oleh Sawala diiringi beragam ocehan tentang hal-hal yang menuriut Tisha oversharing sampai rasanya dia ingin menyumpal mulut Sawala. Namun, kini dia malah ingin mendengarkannya.

“Tisha!”

Langkah gadis bermata sipit itu terhenti. Dengan semangat dia memutar kepala ke belakang. Pikirnya itu adalah Sawala yang akan memenuhi harapannya untuk memperdengarkan cerita. Namun, saat melihat orang yang mendekat, embusan napasnya terdengar lemas. Itu bukan Sawala, melainkan ... “Halo, Tazkia.” Tisha menyapa datar.

Gadis mungil itu memamerkan senyum. “Waktu di perpus aku lupa tanya kamu kelas apa? Kalau dari bet baju kita sama kelas sepuluh, ya, tapi aku belum tahu kamu kelas apa?”

“IPA 1.” Tisha berbalik dan kembali melanjutkan langkah. Dia tidak berniat menanggapi Tazkia lagi. Seperti rencananya lalu, dia hanya ingin mengenal gadis itu sepintas. Tak mau lebih.

Lagi pula itu memang gayanya tiap ada yang mengajak berkenalan. Hanya mengatakan informasi singkat. Tak berminat oversharing hanya demi mendapat teman atau sahabat. Sebab, sendirian pun dia tetap bisa hidup.

“Aku IPA 3, kelas kita tetanggaan. Bareng, ya.” Tazkia mengejar Tisha demi bisa berjalan beriringan.

Tisha hanya melihat sekilas sambil mempercepat langkah, berharap Tazkia tak bisa mengejarnya lagi.

Awalnya Tazkia ngotot memaksakan untuk mengikuti Tisha, tetapi di dekat sebuah pojok baca, dia memilih berhenti. “Kamu duluan saja, Tisha. Sampai jumpa lagi di perpus nanti.”

Tisha tak menyahut, malah berlari menuju kelasnya. Namun, saat sampai di ambang pintu dia dikejutkan oleh dua orang yang keluar. Mereka bukan teman sekelasnya, melainkan anggota Rohis yang sempat membantu Sawala membereskan mukena.

“Eh, Tisha, ternyata kamu anak kelas ini, ya. Barusan kami share info tentang peringatan hari besar Islam yang akan dilaksanakan sebentar lagi, mau ada perlombaan gitu. Ikut, ya.” Gadis dengan tahi lalat di dekat matanya itu menjelaskan dengan senyuman.

Namun, Tisha hanya mematung. Tak berniat menanggapi dengan suara ataupun gesture. Itu sama sekali tak menarik untuknya.

“Eh, kita belum kenalan, ya.” Gadis yang satu lagi bersuara sambil menunjukkan gigi kelincinya. “Aku Ayara dan dia Lidia.”

“Ya.” Hanya itu. Tisha tak berniat memperpanjang kalimat. Dia memilih masuk dengan tergesa bahkan sampai menyenggol bahu dua gadis itu.

“Tisha kamu jadi perwakilan buat kaligrafi, ya?” Ketua murid langsung menodong.

Tisha melihatnya sekilas. “Embung,” putusnya ketus dengan wajah lempeng.

***

“Teman-teman, kali ini kita akan membahas tentang taaruf.”

“Yuhu ....” Koar mengudara dari anggota Rohis yang tengah mendengarkan kajian dari pemateri yang merupakan alumni. Para siswi itu ramai ber-cuit-ria sambil saling senggol. Kebiasaan para remaja saat pembahasan akan merujuk ke romantis.

“Mohon perhatian, Teman-Teman.” Pemateri bernama Syaibah itu bertepuk tangan beberapa kali. “Yang kita bahas kali ini tidak akan fokus ke taaruf yang mungkin teman-teman bayangkan tentang lawan lawan jenis yang akan menuju pernikahan. Namun, lebih ke taaruf secara universal.”

Setelah suasana kembali kondusif, Syaibah membacakan sebuah ayat Al Qur’an dengan suara merdunya. “Yang barusan itu ayat ke-13 dari surat Al-Hujurat yang artinya, ‘Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal’. Nah, taaruf atau mengenal di sana berarti sangat luas, agar kita berhubungan baik dengan orang-orang dari beragam latar belakang.”

Pembahasan berlanjut tentang hablumminannas, hubungan manusia dengan sesama. Pembawaan Syaibah begitu interaktif membuat semua memperhatikannya dengan saksama, termasuk Tisha yang berada di pojokan.

Jumat itu untuk kedua kalinya Tisha mengikuti kajian Rohis. Rasanya dia berada di tempat yang strategis untuk menyandar pada dinding dan terlelap. Namun, bukannya memejamkan mata, dia malah memandang intens pemateri di depan sana. Telinganya menajam tanpa sadar saat mendengar bahasan tentang pertemanan.

“Berarti kita boleh, ya, berteman sama yang bukan muslim?” tanya Ayara.

Syaibah mengangguk-angguk. “Boleh, kita boleh berteman dengan siapa saja. Akan tetapi ..., ada tapinya, ya, teman-teman, kita harus memilah-milah mana yang cukup jadi teman dalam arti saling mengenal dengan interaksi pada waktu-waktu tertentu saja, dan mana yang bisa menjadi sahabat dalam arti kebersamaan juga komunikasinya intens sampai berbagi banyak hal. Usahakan memilih sahabat yang bisa mendekatkan kita pada kebaikan. Karena sedikit banyak sikap kita dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar kita, jadi pilihlah yang bisa membuat sikap kita positif.”

“Daripada ribet, mendingan sendiri.”

Tisha tertegun saat mendapati hampir semua orang memandangnya. Dia merutuki diri sendiri yang telah kehilangan kendali sampai tanpa sadar menyuarakan isi hatinya dengan keras. Kini dia hanya bisa menutup mulut dan menunduk.

“Begini, teman-teman.” Syaibah kembali menarik atensi. “Memang bisa dibilang kalau kita lahir, hidup, bahkan mati pun sendiri. Kita punya hak akan ruang sendirian. Namun, ada juga hak akan ruang-ruang kebersamaan, yang kemudian membuat kita tidak pernah bisa benar-benar sendiri. Salah satu faktornya dalah keterbatasan kapasitas yang membuat kita mau tidak mau pada akhirnya akan membutuhkan orang lain. Misalnya dalam kebutuhan materil sehari-hari, enggak semua orang bisa bercocok tanam, enggak semua orang juga bisa menjahit pakaian, maka kita saling membantu untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.”

Setelah merasa tak lagi jadi pusat perhatian, Tisha pun perlahan mengangkat wajah. Topik yang Syaibah sudah sering ia dengar, terutama dari Riana. Namun, kali ini entah kenapa dia tidak menyimpan dongkol seperti biasanya. Kalimat pertama yang diucapkan pemateri itu membuatnya merasakan sensasi yang berbeda, dia merasa divalidasi.

Selama ini Riana jarang mengamini opininya tentang kesendirian. Kakaknya itu selalu langsung menodong tentang manusia sebagai mahkluk sosial, melewatkan bagian manusia sebagai mahkluk individual.

Pemateri melanjutkan, “Kita juga tidak bisa menafikan bahwa ada kebutuhan moril akan eksistensi. Maksudnya, secara mental kita membutuhkan kehadiran dan pengaruh orang lain dalam hidup kita, begitu pun sebaliknya, mungkin kita juga dibutuhkan orang lain. Ingat bahasan Jumat lalu tentang menjadi sebaik-baiknya manusia?”

Semua berkoar mengatakan ‘iya’. Termasuk Tisha yang tak lagi menahan diri.

“Kita baru bisa jadi sebaik-baiknya manusia kalau bermanfaat, dan untuk jadi bermanfaat maka kita harus berinteraksi dengan orang lain, menjalin hubungan pertemanan, persahabatan, bahkan persaudaraan. Ingat, bahwa dalam Islam, sesama muslim itu bersaudara. Kita harus meneladani Rasulullah SAW yang begitu baik menjalin hubungan dengan para sahabatnya, sampai banyak dari mereka yang dijanjikan surga. Jadi, kita perlu melakukan taaruf, mengenal orang-orang yang mengingatkan dalam kebaikan dan menjadikannya sahabat untuk perjalanan dunia dan akhirat. Insyaallah, enggak ada yang rugi dari sebuah hubungan yang diridai Allah.”

Sesaat hening. Sampai Tisha menginterupsi dengan tangan yang terangkat tinggi.

“Bagaimana, Dek? Ada yang ingin ditanyakan?”

Tisha mengangguk mantap. “Bagaimana jika sahabat itu malah menyakiti?”

Catatan:

Embung: enggak mau (Bahasa Sunda yang kasar banget)

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tulus Paling Serius
9965      1110     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
12696      2914     1     
Romance
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain masa. Ia takkan melupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari Wilwatikta sebagai rakyat biasa yang menyandang nama panggilan Viva. Tak lupa pula ia akan indahnya asmara di Tanah Blambangan sebelum mendapat perihnya jatuh cinta pada seseor...
Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
3204      1366     2     
Romance
Tentang sebuah petualangan mencari Keberanian, ke-ikhlasan juga arti dari sebuah cinta dan persahabatan yang tulus. 3 Orang yang saling mencintai dengan cara yang berbeda di tempat dan situasi yang berbeda pula. mereka hanya seorang manusia yang memiliki hati besar untuk menerima. Kiara, seorang perempuan jawa ayu yang menjalin persahabatan sejak kecil dengan Ardy dan klisenya mereka saling me...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
184      158     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
Cinta dalam Impian
141      113     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Tumpuan Tanpa Tepi
11682      3189     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
I love you & I lost you
7124      2545     4     
Romance
Kehidupan Arina berubah 180 derajat bukan hanya karena bisnis ayahnya yang hancur, keluarganya pun ikut hancur. orang tuanya bercerai dan Arina hanya tinggal bersama adiknya di rumah, ayahnya yang harus dirawat karena mengalami depresi berat. Di tengah hancurnya keluarganya, Arina bertemu kembali dengan teman kecilnya, Arkan. Bertemunya kembali mereka membuka sebuah lembaran asmara, namun apa...
Le Papillon
3263      1284     0     
Romance
Victoria Rawles atau biasa di panggil Tory tidak sabar untuk memulai kehidupan perkuliahannya di Franco University, London. Sejak kecil ia bermimpi untuk bisa belajar seni lukis disana. Menjalani hari-hari di kampus ternyata tidak mudah. Apalagi saat saingan Tory adalah putra-putri dari seorang seniman yang sangat terkenal dan kaya raya. Sampai akhirnya Tory bertemu dengan Juno, senior yang terli...
1'
4606      1536     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Under The Moonlight
2297      1122     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...