Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Maze Of Madness
MENU
About Us  

Nora kembali ke dunia nyata dengan kondisi yang secara mengejutkan amat sangat normal.

Ia mengepalkam tangan, bernafas dengan kelegaan dan semangat baru dalam benaknya. Ia kini tahu apa yang akan dilakukan meski masih khawatir akan pendapat Kieran. Pasalnya laki-laki itu mencengkram bahunya dengan sangat erat dan panik bukan main. Matanya menelusuri wajah Nora dengan pupil gemetaran, nafas yang memburu.

"Kau tak bisa kucapai selama lima belas menit. Kupikir aku akan kehilanganmu." Ia berucap dalam satu tarikan.

Nora menepuk-nepuk lengannya dengan bingung. "Hanya lima belas menit, Kieran. Aku baik-baik saja."

"Aku tak tahu kau bisa melakukan itu."

"Aku juga tidak."

Kieran mengangguk, tak ingin menyuarakan kebingungannya lebih dulu. "Baiklah. Apa yang kau dapatkan?"

"Itu... ada seorang pria, dia terluka di sini. Sekarat, sebenarnya. Dia mengatakan kalau Alhok tak mungkin dikalahkan dengan perkelahian fisik atau hal semacam itu. Kurasa dia memiliki pengalaman melawan makhluk itu lebih banyak daripada Julie Ward." Nora sepintas menyuruh Kieran duduk dengan lebih nyaman dengan menekan lututnya. "Dia bilang kita bisa melawannya dengan senjatanya sendiri."

Kieran memicing. "Maksudnya?"

"Alhok membuat sebuah ilusi berkelanjutan yang ia gunakan untuk menjebak seseorang. Ia akan memaksa orang itu masuk ke dalam jebakan ilusinya, membuatnya super bingung dan trauma, lalu datang seolah-olah ia adalah pahlawan yang akan menarik orang yang dia jebak keluar dari ilusinya sendiri. Tapi ketika orang itu menurutinya, orang itu masuk ke ilusi lain yang seolah-olah berisi... semacam surga, kenikmatan, aku tidak terlalu paham. Jika orang itu sampai mau mengikutinya, maka Alhok sempurna memiliki jiwa orang itu dan dia tak akan bisa diselamatkan lagi. Teknik manipulasi yang cerdas, menurutku." Nora melirik Kieran yang terperangah di tempatnya, pada penjelasan Nora dan komentar Nora akan itu. "Tapi kita ada di pihak lawannya yang berarti ini bukan hal baik."

Kieran menggeleng-geleng. "Apa Logan sedang ada di dalam sana sekarang?"

"Ya, pria yang berbicara denganku mengatakan kalau Logan bisa berada di sana selama tiga hari dunia nyata, tapi Logan tak menyadarinya. Jadi kita punya waktu sekitar dua hari—kurang dari 48 jam—untuk menyelamatkan Logan."

"Dengan cara?"

"Menjemputnya." Nora menjawab demikian seolah yang ia lakukan akan mudah. "Kita akan masuk ke sana dan—"

"Tunggu, tunggu. Kau pikir masuk ke ilusi berkelanjutan seorang Penyihir Gelap semudah memasuki rumah hantu? Dan bertahan di dalam sana tak lebih buruk dari menghadiri kompetisi ilmiah yang sering kau lalui di Mt. Newslake?"

Kini Nora yang terperangah. "Kau tahu sekolahku?"

"Oke, tak ada pemotongan atau pengalihan topik. Tidak penting aku tahu atau tidak tapi—"

"Penting untuk tahu, Kieran. Kau tahu semua latihanku dengan Patrice. Lalu kau kini tahu sekolahku dan apapun yang kulakukan di sana. Kau menguntitku atau apa?"

Kieran menemukan dirinya kesulitan untuk menjawab. Dia memang tahu semua itu karena dia sering mencari tahu tentang Nora dan apapun yang gadis itu lakukan. Tapi bagaimana caranya ia menjawab pertanyaan Nora?

"Aku sering mengobrol dengan ayahmu. Sebenarnya." Kieran sedikit berbohong. "Dia yang cerita."

Kieran tahu jawaban apapun yang ia utarakan akan membuat suasana hati Nora berubah. Ia tanpa sengaja kembali membuka konflik batin Nora yang tak bisa ia sembuhkan. Bahkan tak bisa Kieran apa-apakan karena tak ada alasan jelas kenapa ia menorehkan luka itu. Kenapa ia mendiamkan Nora selama lima tahun dan tanpa sengaja membuatnya berharap demikian? Kieran tidak tahu.

Mendengarnya, Nora menghela nafas. "Kau tahu... Aku—"

Kieran menunggu. Ia mengharapkan Nora mengatakan sesuatu yang menenangkan kecemasannya.

Tapi kemudian Nora mengibaskan tangannya. "Lupakan. Kita kembali ke pembicaraan awal. Aku berencana untuk masuk ke ilusi berkelanjutan itu."

Dan di sinilah Kieran, mencengkram bahu gadis itu sekali lagi dan menggeleng kuat. "Tidak. Bisa. Kau tidak akan ke dalam sana."

"Ya, aku akan ke dalam sana. Aku hanya membutuhkan bantuanmu untuk kembali ke Dunchaster secepat mungkin melalui Moralki, lalu menengok Logan ke rubanah kabinmu. Entah kau akan mengikutiku ke dalam sana atau tidak, terserah dirimu."

"Nora." Kieran menekan kedua bibirnya kelewat erat. Ia tampak menahan diri.

Maka Nora memiringkan kepala, menuntutnya. "Apa?"

"Kau tidak tahu apa yang akan kau temui di dalam sana."

"Memang tidak."

"Kau bahkan tidak tahu apapun tentang sihir."

"Ya, aku tidak tahu apapun."

"Kau bisa mati. Jiwamu bisa dimakan oleh Alhok. Kau bisa pergi dari sini—selama-lamanya. Tidak akan kembali lagi."

"Kau pikir aku tidak tahu resiko yang akan kuhadapi nanti?" Nora perlahan melepas tangan Kieran dari bahunya. "Kalau kau memiliki sesuatu untuk untuk mengalahkan Alhok selain dari ini, sesuatu dari apapun yang kau kerjakan lima tahun terakhir, maka katakan padaku. Aku— Aku tidak akan tanya-tanya apapun tentang yang kau kerjakan itu, aku hanya butuh hasilnya, jika ada."

Kieran tak menjawab. Ia hanya menunduk, bibirnya sempat mencoba untuk berbicara, tapi ia menutupnya lagi.

Nora menggeleng tak percaya. "Apakah sesusah itu untuk memberitahuku, Hall?"

Gadis itu mendadak memikirkan banyak hal di kepalanya. Cara agar ia sampai ke Dunchaster dari Lotshire yang tempatnya di ujung dunia ini kurang dari 48 jam. Kendaraan yang akan ditungganginya, barang-barang yang akan dijualnya untuk ditukar dengan uang dan tiket kereta, juga perban dan alat-alat lain yang bisa membalut lukanya.

Karena ia sudah bertekad untuk tak menggunakan Moralki. Ia tak akan meminta bantuan lagi pada Kieran dan arwah rusa yang laki-laki itu punya.

Nora berjalan melewati tubuhnya untuk mencapai perosotan. Ia akan naik dari sana daripada pergi ke pantai yang tak tentu kemana arahnya. Tapi Kieran mendengus keras di belakangnya, dengan kuat menahan lengannya dan menarik tubuh gadis itu supaya bisa ia rengkuh.

Nora hendak memberontak, tapi tangan Kieran menahan bahu dan punggungnya. Angin juga mulai berpusing di sekitarnya dan aroma Moralki muncul kembali.

"Aku sudah bilang Moralki memang agak pemilih."

"Lepaskan aku, Kieran."

"Tidak hari ini." Kieran berujar lembut, "kita kembali ke kabin."

 

***

 

Daphne memekik saat Kieran dan Nora tiba di ruang tamu, berpelukan, dan Nora nyaris menangis. Tangannya juga meneteskan darah.

Kieran menolak tawaran Daphne untuk mengobatinya. Karena ia hendak bicara pada Nora sekaligus membuatnya merasa lebih tenang. Di ruangan yang Nora gunakan untuk beristirahat sebelumnya, Kieran dengan kotak perawatan darurat di pangkuannya mulai bercerita.

"Tanganmu." Kieran dengan lembut meminta. Nora masih belum mau berbicara atau melakukan apapun. Jadi Kieran menarik tangan gadis itu dan menaikkan kain yang membalut lengannya. "Aku akan membuka ini sebentar."

Nora tak mengatakan apapun. Ia diam-diam berjengit saat suatu cairan mengenai sayatan yang terbuka. Luka itu tak terlalu lebar, juga tak terlalu pajang. Tapi cukup dalam hingga tak berhenti mengeluarkan darah. Ia tak sekalipun menoleh pada Kieran. Setidaknya ia mencoba.

"Aiden." Kieran memulai dengan sesuatu yang membuat mata Nora sedikit meliriknya. "Adalah kakak laki-lakiku. Dia yang dirasuki Alhok di malam ia membunuh orang tua kami. Awalnya aku mengira ia benar-benar sekeji dan sekurang-ajar itu karena ia membunuh orang tuanya sendiri. Namun ayahmu mematahkan pikiranku yang satu itu dan mengatakan kalau Aiden tidak bersalah. Ia menghilang malam itu dan aku tidak tahu kemana Alhok membuatnya pergi."

Nora duduk di tepi ranjang, kakinya terjulur di depan dada Kieran. Sementara laki-laki itu berlutut di depannya, membersihkan lukanya dengan telaten.

"Kau butuh banyak jahitan. Dan aku kehabisan anestesi." Kieran seolah berbisik di telinganya.

"Oh, tidak."

"Kau pernah dijahit tanpa anestesi sebelumnya?"

"Tidak, tapi—" wajah Nora mendadak menggelap. "Tidak bisakah hanya diperban saja?"

"Aku tidak tahu setajam apa kayu yang melukaimu tapi ini cukup dalam. Setidaknya tiga atau empat jahitan."

Nora menggigit bibirnya, sedikit panik. Kieran meraih tangan kiri Nora yang meremat sprei terlalu kencang, lalu memindakannya ke bahunya.

"Kau bisa mencakarnya untuk menyalurkan rasa sakitmu. Kau juga boleh teriak, menangis, terserah. Tapi mengobrol denganku lebih efektif untuk mengalihkan perhatian."

Nora mengangguk, tiba-tiba mencengkram bahu Kieran kelewat keras.

Laki-laki itu tetap mengaduh meski sebenarnya cengkraman Nora tak melukainya. "Apa kau sudah merasa sakit sebelum aku memulai?"

Nora mendengus. "Kau membuatku jengkel."

Kieran terkekeh. "Sama-sama, Lady Hathaway. Aku akan mulai. Semangat, ya."

Jarum itu terasa panas dan luar biasa menyengat kulit Nora. Ia perlahan bisa merasakan kulitnya tertembus dan terlewati sesuatu yang luar bias tipis. Satu jahitan bahkan baru dimulai tapi rasanya seperti berabad-abad. Nora mencengkram bahu Kieran kuat-kuat dan mencoba untuk tak berteriak.

"Teriak saja."

"Katanya kau mau mengobrol." Nora berujar pelan, "ayo, ajak aku mengobrol."

"Sudahkah kuberitahu dirimu mengenai Aiden?"

Nora bergumam, antara menjawab Kieran dan memberi respon akan tembusan jarum bagian kulitnya yang lain.

"Oke, dia menghilang malam itu dan aku punya ambisi besar untuk menemukannya. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tahu alasan ia melakukan itu. Dan karena alasan yang kemungkinan besar tak bisa kuterima, aku bertekad untuk membunuhnya. Ketika aku bilang padamu aku mencarinya hingga dasar kota bawah tanah Rumberhog atau bankir-bankir tukang korup di Gresnin, aku benar-benar melakukannya. Meski aku hanya ke Gresnin sekali. Aku mengikuti jejak Maverick kemanapun dan tetap tak bisa meraihnya hingga saat ini."

"Tapi ada Aiden di beberapa korban Alhok yang kau temukan."

"Dia ada di sana, beberapa orang mengaku melihatnya. Tapi tak ada yang tahu apa yang ia lakukan." Kieran memberi jeda sejenak. "Pada akhirnya aku menemukan hal lain yang berhubungan dengan Alhok. Yang berhubungan dengan kakakku."

"Dan hubungan apa itu?" Nora semakin menunduk hingga dahinya nyaris menyentuh bahu Kieran.

"Alhok bisa dibilang adalah sebuah alat. Dia merupakan arwah Penyihir Gelap, seperti yang sudah kita ketahui, yang memiliki kemampuan unik. Dia berubah menjadi Makhluk Kegelapan tanpa alasan dan kini digunakan oleh sekelompok orang yang menginginkan hal jahat." Kieran menghela nafas, menyeka rambut Nora yang keluar dari pengikatnya dan jatuh menutup lengan. "Ini sudah masuk ranah kriminal dan organisasi rahasia super berbahaya. Kurasa kau lebih baik tidak perlu tahu lebih jauh."

"Kenapa?"

"Beberapa hal sifatnya memang demikian. Jika kau tak benar-benar ingin menyelam ke dalam kehidupan bawah tanah Rumberhog, kau lebih baik tidak tahu apapun. Atau kau akan dikenal seisi Holy Turner seperti aku."

Mendengarnya, senyum kecil terbit di wajah Nora. "Jadi mereka tidak hanya mengenalmu gara-gara tipes?"

"Tidak, sebenarnya. Aku jarang ke sana jika alasannya selain karena tipes. Aku selalu mengandalkan bantuan Daphne, atau seringnya diriku sendiri. Ilmu menjahit luka ini juga kudapat dari lima tahun pengalamanku berada dekat dengan kematian."

Nora menggeram pelan. Ia merasakan sudah tiga jahitan terbentuk. Tangan kanannya sudah sampai di tahap mati rasa.

"Apakah masih ada lagi?"

"Satu lagi." Kieran kembali membenarkan anak rambut Nora. "Kenapa tidak kau ceritakan dirimu juga?"

"Tidak mau. Bukannya kau sudah tahu?"

Kieran tertawa kecil. "Tidak juga."

"Bagian mana yang kau tidak tahu?"

"Bagian rupanya kau memiliki kemampuan membaca pesan orang mati."

"Memangnya kau tidak bisa? Kau mainnya dengan Moralki, kan?"

Kieran mendengus. "Aku bisa, cuma—"

"Cuma beberapa mayat sempat membuatmu tipes?"

Kieran memutar bola matanya. "Tidak. Iya, tapi tidak semua."

Kini Nora yang tertawa. "Sepertinya kau tidak punya bakat main-main dengan arwah."

Kieran mendengus, lalu ikut terkekeh. "Satu lagi, hampir selesai."

Nora mengangguk. Ia sepintas menatap Kieran, menatap bola mata kebiruannya yang fokus meniti lengan Nora. Kadang menyipit, kadang memicing, kadang mengerjap dan melembut.

Lalu Nora memejamkan mata setelah satu jahitan selesai Kieran buat. Gadis itu tak berani menggerakkan lengannya barang sekali selama Kieran memasang perban di sana. Baru saat Kieran mengangguk dan melepas tangannya, Nora mengangkat sedikit lengannya sambil meringis pelan.

"Jangan banyak bergerak. Jangan sampai jahitannya lepas sebelum lukamu sembuh."

Nora mengangguk. "Tapi aku harus tetap menjemput Logan."

Kieran menatap Nora tidak percaya. "Kau keras kepala sekali, ya."

Nora mengulum bibirnya. "Kau boleh—"

"Aku ikut, Nora." Kieran menutup kotak perawatan lukanya dengan suara yang cukup keras. "Apapun yang hendak kau lakukan, sudah jadi tanggung jawabku untuk membantumu. Sejak kau pertama kali kuselamatkan, bahkan sejak pertama kali aku tiba di manormu. Aku berhutang banyak padamu dan ayahmu."

Nora menunduk, menahan senyum kecil yang sangat ingin timbul.

"Aku akan mengikutimu dan melindungimu, Nora. Bahkan jika kau hendak terjun ke dalam neraka untuk menyelamatkan temanmu. Aku akan membantumu," ujar Kieran lembut.

Nora membiarkan senyum tulus tersungging di bibirnya. "Terimakasih, Kieran."

Kieran, setelah menatapnya, terdorong untuk memberikan senyum yang sama. "Apapun untukmu, Lady Hathaway."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Claudia
6669      1713     1     
Fan Fiction
Ternyata kebahagiaan yang fana itu benar adanya. Sialnya, Claudia benar-benar merasakannya!!! Claudia Renase Arditalko tumbuh di keluarga kaya raya yang amat menyayanginya. Tentu saja, ia sangat bahagia. Kedua orang tua dan kakak lelaki Claudia sangat mengayanginya. Hidup yang nyaris sempurna Claudia nikmati dengan senang hati. Tetapi, takdir Tuhan tak ada yang mampu menerka. Kebahagiaan C...
KATAK : The Legend of Frog
426      343     2     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
Garuda Evolution
2382      1109     0     
Fantasy
Sinetra seorang pemuda culun. Bertemu sosok lainnya bernama Eka, diri lain darinya. Mereka dipertemukan dengan Mirna Kemala, seorang Pahlawan Garuda. Dia menawarkan mereka untuk bergabung di Aliansi Garuda. Akhirnya mereka bergabung, dan berteman dengan dua teman mereka sesama Pahlawan Garuda. Tugas dari seorang Pahlawan Garuda adalah mencari lima kartu yang tersimpan daya sihir, membawa mereka k...
Tulus Paling Serius
9733      1054     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Pillars of Heaven
2954      951     2     
Fantasy
There were five Pillars, built upon five sealed demons. The demons enticed the guardians of the Pillars by granting them Otherworldly gifts. One was bestowed ethereal beauty. One incomparable wit. One matchless strength. One infinite wealth. And one the sight to the future. Those gifts were the door that unleashed Evil into the World. And now, Fate is upon the guardians' descendants, whose gifts ...
Night Stalkers (Segera Terbit)
624      509     4     
Horror
Ketika kematian misterius mulai menghantui sekolah di desa terpencil, Askara dan teman-temannya terjebak dalam serangkaian kejadian yang semakin tak masuk akal. Dimulai dari Anita, sahabat mereka yang tiba-tiba meninggal setelah mengalami kejang aneh, hingga Ifal yang jatuh pingsan dengan kondisi serupa. Mitos tentang kutukan mulai beredar, membuat ketakutan merajalela. Namun, Askara tidak per...
Glad to Meet You
303      235     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...
CHANGE
482      344     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
Crystal Dimension
320      222     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
PROMISES [RE-WRITE]
6080      1790     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,